Langit berjalan dengan cepat menuruni anak tangga, ia baru sadar jika kini ia berada di rumah musuhnya namun kenapa ia bisa berada disini?.
Ia berjalan hendak keluar dari rumah itu, saat ia sudah berada di lantai bawah rumah itu ia mencium wangi masakan yang membuat perutnya seketika berbunyi. Ia teringat dari kemarin malam sebelum ke club' ia tidak makan apapun kecuali minum bersama sahabatnya.
Langit melangkahkan kakinya menuju arah aroma masakan yang menggugah seleranya. Aroma itu sangat wangi, saat sudah sampai di dapur ia melihat seorang wanita berkutat dengan wajan di atas kompor, wanita itu memakai celemek berwarna Biru ia tahu kerena talinya berwarna Biru meskipun tubuh Wanita itu membelakanginya.
Ia berjalan mendekat ke arah meja makan di pantry, ada beberapa lauk pauk yang sudah di masak oleh wanita itu. saat Langit ingin mengambil paha ayam sebuah suara menghentikan aksinya.
"Jingga jangan di ambil tu paha kalo mau makan bareng-bareng, bangunin dulu Kak Langitnya" ucap wanita itu tanpa menoleh ke arah langit. Langit tercekat bagiamana wanita itu tahu bahwa ada orang yang hendak mengambil makanannya tanpa perlu ia berbalik sedikit pun.
Langit tak peduli kembali melanjutkan aksinya mengambil satu paha ayam yang ada di meja pantry kerena perutnya sangat lapar.
"Udah gue bilang jingga jangan makan duluan" bentak gadis itu kemudian melempar spatula kayu yang ia pegang ke arah Langit.
Bukk
Kepala langit terkena lemparan itu meringis kesakitan. Biru menoleh ke arah belakang menatap orang yang mengambil ayam goreng tanpa seizin nya.
"Udah gue bilang kan jangan, rasain di tabok. Taruh tu ayam" perintah Biru tajam.
"Langit" ucapnya kaget ketika yang ia lihat bukaannya adiknya Jingga tetapi langit yang sedang memegang paha ayam.
"Kepala gue sakit tau, main lempar-lempar. Kelihatan banget tingkah Lo memang bar-bar nggak di sekolah di rumah juga" ucapnya kesal sambil mengusap-usap kepalanya yang dilempar spatula itu.
"Enak aja Lo ngomong. Lagian kayak maling aja main comot tuh ayam" desis Biru tajam.
"Gue laper, lagian ada makanan di meja nggak di makan sayang" lanjutnya sambil mengigit paha ayam itu.
"Dasar nggak tau malu emang. Sadar diri tuan Erlangga Langit Rajanendra ini bukan rumah anda" ucapnya tajam.
"Justru karena ini rumah Lo makanya gue bisa seenaknya. Gue kan tamu disini" lanjutnya.
"Tamu? Tamu dari Hongkong, udah kan Lo udah sembuh mendingan balik gih ke asal Lo. Lo bukan tamu di undang disini".
"Santuy mbaknya saya cuma bercanda tadi, jangan di usir dong" ucapnya terkekeh kemudian mengigit paha ayam.
"Gue minta ni paha" ucapnya lagi.
Biru mencibir "Udah di gigit baru minta dasar" desisnya tajam.
******
Mereka berdua makan dalam keadaan hening hanya bunyi sendok garpu menggema di meja makan itu. Sesaat suara hening itu kini berubah menjadi ricuh karena teriakan suara anak laki-laki.
"Kakkkkkkk tega Lo nggak bangunin gue" ucap anak remaja itu kemudian menarik kursi duduk di sebelah gadis remaja bercelemek itu.
"Pekak kuping gue ****" umpatnya kesal dengan kedatangan adiknya.
"Tega-tega Lo kak, nggak bangunin gue padahal gue udah laper banget sumpah kesal gue sama Lo. Gue Bakal bilang ke bunda kalo Lo nggak bangunin gue buat sarapan samper perut gue keroncongan" ucap Jingga mendramatisir ucapannya.
"Ngadu sana lagian udah biasanya bunda aja nggak pernah bangunin Lo, Dasar sok-sokan tersakiti" desisnya tajam.
"Kalo Lo sampe ngadu ke bunda sama ayah yang nggak-nggak. Gue colok mata sama robek mulut Lo" ancamnya disertai menusukan dada ayam ke garpu yang menimbulkan bunyi yang mengerikan.
Jingga melihat tatapan mematikan yang di berikan Biru padanya seketika nyalinya menciut, ia tahu siapa kakaknya itu. Dulu saat Jingga di pukuli oleh teman SMP nya hingga membuat dirinya manderita lebam di seluruh wajah dan badan akibat pukulan itu dan juga membuat dirinya malu. Biru datang ke sekolahnya memukuli temannya itu dengan brutal hingga 5 anak yang saat itu mengeroyok dirinya karena pacar ketua geng itu menyukai dirinya harus berakhir di rumah sakit tetapi dalam kasus yang lebih parah yaitu patah tangan dan kaki. Sehingga hal itulah yang membuat Jingga sangat takut dengan kemarahan Biru.
Pernah juga sebelum mereka pindah ke Bandung, tetangga sebelah rumah mereka hendak dilecehkan oleh ayahnya sendiri, gadis itu juga teman Biru karena umur mereka sama. Saat Biru hendak ke masuk kerumah gadis itu ia mendengar jeritan dari lantai 2 tepatnya di kamar gadis itu. Sontak saja Biru mendobrak pintu dan ia melihat ayah tiri gadis itu hendak mengagahi gadis yang notabene temannya. Biru tak tinggal diam ia memukul wajah pria itu dan menendang ************ pria keji itu. Ia mengajar pria itu dengan brutal hingga ia di laporkan ke kantor polisi oleh keluarga dari ayah tiri gadis itu. Namun Tuhan selalu menolong orang yang benar bukan? Biru akhirnya dibebaskan karena ia mencoba membela gadis itu dari ayah tirinya yang harus akan **** bukannya memukuli atas dasar kebencian.
Langit yang melihat percekcokan kedua saudara sedarah itu tersenyum getir. Ia teringat atas kejadian dulu dimana Mamanya pernah mengandung seorang bayi dan sekarang menjadi adik perempuannya namun semesta berkata lain Mamanya dan calon adiknya meninggal karena kejadian itu.
"Eh bang Langit Lo gimana udah baikan?" Tanya Jingga mengalihkan pembicaraan dari Biru.
"Lo tau nama gue?" Tanya Langit.
"Iya gue tau lah, makanya gue panggil tadi eelah" ucap jingga lagi.
"Gue udah baikan kok" lanjutnya.
"Emangnya Lo kemarin kenapa bang, mabuk sampe ngeracau nggak jelas. Lagi frustasi ya Lo?" Lanjutnya.
Biru yang mendengarkan pertanyaan adiknya sontak saja menoleh dan memberikan sinyal lewat tatapan yang bertuliskan ' itu privasi oon jangan Lo tanya '. Jingga yang melihat itu hanya tersenyum simpul tak takut dengan Biru karena ia penasaran dengan apa yang di alami Langit teman kakaknya kemarin. Sampai kakaknya membawa Langit menginap ke rumah mereka.
"Gue kemarin mabuk, dan mungkin pingsan jadi gue nggak ingat" lanjutnya.
Mereka pun melanjutkan makan mereka sesekali bercengkrama, Jingga banyak bertanya kepada langit sesaat Langit menceritakan kenakalannya menjadi pembalap liar. Jingga sungguh tertarik menjadi pembalap namun ayahnya pasti tidak mengizinkan nya sehingga cerita Langit itu sangat menyenangkan baginya.
Biru yang melihat kedekatan adiknya dan Langit tersenyum. Ponselnya berbunyi Langit dan Jingga menghentikan sejenak obrolan mereka saat melihat tubuh Biru menjauhi meja makan kemudian melanjutkan lagu perbincangan sesama anak laki-laki itu.
"Mau kemana Lo kak?" Tanya Jingga melihat kakaknya yang meletakan piring makan miliknya ke wastafel.
"Kalian lanjutin makanya, gue disuruh bunda beli belanjaan bulanan ke pasar" ucapnya kemudian berjalan menaiki anak tangga menuju ke kamarnya untuk mandi dan berganti pakaian.
Jingga menganggukan kepalanya kemudian melanjutkan sarapannya.
"Dia pergi dengan siapa?" Tanya Langit pada Jingga.
"Dia siapa bang?" Tanya Jingga mengulang kalimat Langit.
"Kakak Lo Biru, sama siapa ke sana?" Ulanginya lagi.
"Oh kak Biru. Biasanya si naik angkot. Kenapa emangnya?".
"Nggak gue juga mau balik jadi biar gue aja yang ngater" lanjut Langit kemudian mengabiskan sarapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Anonymous
cerita yg "biasa"...mlh asyik bacany
2021-12-20
0
Renny Apriliana
ceritany bagus thor
2020-10-09
1