"Sumpah suara Lo bagus banget" ucap anak OSIS bernamtag Kanaya Adiska.
"Makasih" ucap Biru tersenyum bahagia saat mendapat banyak pujian ketika di backstage.
"Gue nggak nyangka suara Lo bagus banget pasti ntar Lo banyak fans dah" lanjut Alaska memberikan pujian setelah mendengar suara Biru ketika bernyanyi.
"Gue nggak butuh Fans, Lo nggak lupa traktiran yang Lo janjiin ke gue?" Tanya Biru lagi.
"Iya gue nggak lupa. Gue traktir apa yang Lo minta dah" ucapnya lagi.
"Apapun kan?" Ucapnya memastikan.
"Iya" ucapnya mengacak-acak rambut Biru dengan gemas.
"Berantakan rambut gue ska" omel Biru.
Tanpa mereka sadari dari tadi ada yang melihat kedekatan mereka dengan tatapan kesal dan ekspresi wajah yang menahan amarah. Dia adalah Langit entah kenapa Langit tidak menyukai kedekatan antara Biru dan Alaska.
"Lang" ucap Leonardo menepuk bahu Langit yang tampak naik turun itu.
"Lo ngagetin gue ****" umpatnya kesal ketika Leo mengejutkannya.
"Ngagetin Lo?" Ucapnya mengulang kalimat Langit. Dimana dia mengagetkan Langit padahal dia cuman menepuk bahu Langit dengan pelan? Apa Sahabatnya ini memilki penyakit jantung yang mudah terkejut.
"Ngapain Lo nyari gue?" Tanya Langit.
"Oh Lo disuruh pak Dimas ke ruang seni bela diri sekarang. Jangan lupa ajak si Biru dia juga di panggil" ucapnya kemudian pergi dari hadapan Langit.
*****
"Jadi Lo mau gue traktir paan?" Tanya Alaska lagi.
"Gue mau banyak. Lo harus nraktir gue nonton, makan, main timezone" ucapnya lagi.
"Gila Lo meras gue hah " ucapnya sambil berdecak pinggang.
"Meras gue pikir Lo kaya, denger ya mas hanya pria miskin yang bilang permintaan cewek itu namanya pemerasan".
"Lagian juga jam manggung gue tu padat dan Lo minta gue manggung di panggung kecil ini, otomatis bayarannya harus setimpal dong" ucapnya sambil mengibaskan rambutnya yang hitam itu.
"Anjay berasa artis bah ni cewek" ucapnya sambil terkekeh.
"Memang artis situ baru tau" lanjutnya dengan percaya diri.
"Yaudah semerdeka Lo aja deh, btw kapan?". Belum sempat Biru berucap tangannya di tarik paksa oleh Langit.
"Woy ngapain Lo narik gue lepas" ucapnya berusaha melepaskan tangan Langit yang memegang pergelangan tangannya.
"Lo di panggil pak Dimas, ke ruang seni bela diri" ucapnya sambil terus menarik Biru.
"Ya bisa di lepas nggak sih, di liatin orang nih" lanjutnya namun Langit tak menggubris ia malah semakin kencang menarik tangan Biru membawanya keluar dari aula tak peduli dengan pandangan aneh dari para siswa yang berada di aula.
Disinilah mereka sekarang berada di dalam ruangan seni bela diri. Biru yang dari tadi mengomel kesal akan perlakuan Langit yang seenaknya menarik tangannya hingga pergelangan tangannya merah karena cengkraman Langit yang lumayan keras.
"Dari tadi Lo ngomel nggak capek?" Tanya Langit namun pandangannya ke arah layar ponsel yang sedang ia mainkan gim.
"Lagian Lo main tarik tangan gue. Sakit tau, gue kan punya kaki bisa gue jalan ke sini sendiri nggak usah pakek di tarik-tarik gue bukan kambing. Lagian pak Dimas mana pula" rutuknya mengeluarkan semua unek-uneknya.
Langit menoleh menatap wajah Biru yang mulutnya tengah mengomel atas kelakuan Langit tadi. Senyuman terukir dari bibir Langit melihat tingkah Biru.
"Napa Lo liatin gue kayak gitu, suka Lo sama gue?" Tanya nya risih ketika Langit tak berhenti menatap dirinya.
"Lo lucu" lanjutnya sambil tersenyum. Bagikan terhipnotis, baru pertamakali ini Biru melihat senyuman Langit yang sedekat ini. Senyuman yang indah di tambah wajahnya yang sempurna 'nikmat tuhanmu manakah yang kamu dustakan?'.
"Gue tau gue cantik" ucapnya berpura-pura menutupi kegugupannya di pandang intens oleh Langit.
"Nggak nyambung ****, gue bilang Lo lucu bukan cantik" ucapnya tertawa mendengar ucapan biru barusan. Biru menutup wajahnya malu, ya ia malu karena sudah terlalu percaya diri dengan kalimat Langit yang salah ia artikan.
"Udah lama kalian nunggu?" Tanya pak Dimas yang mengambil posisi duduk di depan mereka.
"Udah dari tadi" ucap Langit malas.
"Eh nggak kok pak, baru" ucap Biru sopan ia menyenggol lengan Langit menyuruh agar pria itu berbicara sopan dengan pak Dimas yang notabene merupakan seorang guru.
"Munafik" ucapnya pelan namun bisa didengar oleh gadis itu.
"Oke langsung saja bapak sampaikan, nanti pulang sekolah kalian langsung ke Dispora keruang latihan gedung B. Mulai sekarang selama 3 bulan kalian latihan di sana. Dan seminggu sebelum tanding kalian akan di karantina" ucapnya.
"Ada yang ingin di pertanyakan?".
"Jadwal latihannya pak hari apa aja?" Tanya Biru pada pak Dimas.
"Oh iya jadwal latihan sama jam nanti di beri tahu disana. Kalo Tahunan kemarin Selasa, Kamis, Sabtu, Minggu untuk jam biasanya sore sampe malam. Lagian kalian tidak akan mendapat banyak tugas di sekolah sebab latihan itu sama saja kalian Dispen namun masih di perintahkan sekolah seperti biasa" ucap pak Dimas lagi.
"Jika tidak ada yang ingin di pertanyakan kalian boleh balik ke kelas. Jangan lupa pulang sekolah ke Dispora" ucapnya mempersilahkan 30 murid yang akan ikut Popda keluar dari dalam ruangan itu.
*****
Bel pulang sekolah berbunyi beberapa menit yang lalu. Disinilah Biru sekarang ia duduk di bangku panjang halte dengan secup es krim rasa cokelat yang baru ia beli dengan pedagang es krim di depan gerbang sekolahnya. Menunggu metro mini yang akan mengantar dirinya menuju gedung Dispora di kota Bandung. Ia menjilati es krim sesekali melihat jam di pergelangan tangannya pukul 15.00 wib hari yang mulai menjalang sore.
"Loh belum balik Bir?" Tanya Alaska yang mendapati Biru duduk sendirian di bangku Halte bus.
"Eh Alaska, gue belum balik soalnya harus ke Dispora tapi gue nggak tau jalan nya" ucap Biru menggaruk tengkuknya tidak gatal, kerena sudah 30 menit berlalu dia belum sampai ke gedung Dispora.
"Lo nggak naik ojol atau liat GPS gitu?" Ucap Alaska duduk disebelah Biru.
"Ponsel gue tinggal, biasanya kalo gue pulang di metromini itu ada rutenya nah gue pikir ke Dispora itu sama kayak jalan ke rumah gue" lanjut Biru.
"Yaudah biar gue aja yang ngater, sekalian Dispora searah sama jalan ke rumah gue" ucapnya lagi.
"Gue nggak ngerepotin Lo kan?".
"Nggak kok, kan rumah gue searah. Yaudah Lo mau nunggu disini atau ikut gue ke parkiran ngambil motor" ucapnya lagi.
"Gue ngikut Lo aja ke parkiran".
********
"Lo belum balik Lang?" Tanya Alaska ketika melihat Langit di parkiran menghampiri mereka berdua.
"Menurut lo!" Ucapnya sinis entah kenapa perasaan kesal menyelimuti Langit, melihat kedua orang yang seharusnya ia benci berjalan bersama menuju parkiran sambil tertawa ketika bercerita.
"Santai dong masnya" ujar Biru emosi mendengar intonasi suara yang keluar dari mulut Langit.
"Yaudah yuk Ska, kita pergi nggak usah ladenin orang kayak dia nggak penting" ucap Biru menunjuk orang tersebut.
Langit mengeraskan rahangnya mendengar penuturan Biru. "Lo bilang apa? Nggak penting. Lo yang lebih nggak penting" ucapnya tak kalah emosi kemudian berjalan menabrak bahu mereka berdua berjalan menuju parkiran mengambil motornya dan menjalankan sekencang mungkin meninggalkan Alaska dan Biru yang tercengang melihat kelakuan Langit yang aneh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ni'mat Santoso
tanda2 ni...
2020-09-24
1
Belove
cemburu 🤭🤭🤭🤭
2020-09-24
1