"Thanks ya, Ska" ucap Biru turun dari motor Alaska ketika mereka sudah sampai di depan gedung berlantai 4 itu.
"Sama-sama, eh Lo pulang bareng siapa ntar?" Tanya Alaska pada Biru.
"Palingan gue naik taksi, minta bayarin sama bunda" ucapnya santai.
"Gimana kalo gue jemput aja kalo Lo selesai latihan" tawarnya.
"Eh nggak usah, gue nggak mau ngerepotin Lo" lanjutnya merasa tidak enak atas tawaran Alaska kepadanya.
"Nggak ngerepotin Bir, nggak sama sekali direpotkan. Gue malah senang kalo bisa bantu Lo" ucapnya tersenyum manis kepada Biru. Ia melihat senyuman manis yang terbit dari bibir ranum Alaska terdiam.
"Eh enggak---"
"BIRU" teriak seseorang menghentikan kalimat yang akan di ucapkan Biru pada Alaska. Mereka berdua menoleh melihat siapa yang berteriak pada Biru. Tampak Langit yang berjalan kearah mereka dengan ekspresi yang sulit di artikan.
"Lo di panggil pak Dimas kita udah mau mulai Lo lama banget" ucapnya kesal kemudian menarik Biru menjauhi Alaska.
"Dan buat Lo, alaskaki ngga usah jemput Biru. Karena kami bakal latihan sampe malam dan Biru biar gue yang anter balik" ucapnya dingin.
"Yuk Bir" lanjutnya menarik tangan Biru menjauhi Alaska.
******
Biru merutukki dan menyumpah serapah pria Erlangga Langit Rajanendra. Karena telah membohonginya, Langit bilang bahwa mereka sudah di tunggu oleh pak Dimas namun nyatanya tak ada pak Dimas dan juga beberapa menit mereka menunggu murid dari berbagai sekolah di Bandung baru datang untuk latihan di Dispora.
"Lo tadi kok bisa sih sama Elang?" Tanya seorang gadis kepada Biru, gadis yang memakai baju atlet dengan sabuk berwarna biru.
"Elang?" Tanya Biru pada gadis itu lagi.
"Iya Erlangga dia kalo di tempat latihan biasanya di panggil Elang, Lo kok bisa bareng dia tadi?" Ulang gadis itu lagi.
Biru terdiam sejenak memikirkan nama itu, nama yang tak asing terdengar di telinganya ' Elang ' satu nama yang dari dulu berusaha ia cari keberadaan si pemilik nama itu.
"Apa mungkin dia? Bukan nama elang banyak bukan cuman dia" ucap Biru membatin berusaha tidak membandingkan mereka yang jelas-jelas berbeda.
"Lo kok melamun".
"Eh iya" ucapnya kikuk.
"Pertanyaan gue tadi belum di jawab loh" lanjutnya.
"Gue tadi ketemu sama dia di depan jadi bareng kesini nya" ucap Biru membuat alasan.
"Oh, gitu lagian Lo tau nggak si Elang itu idola di Club' ini. Dia murid emas para pelatih. Sebab Elang kalo di ajak lomba pasti menang dan selalu dapet emas" ucap gadis itu memuji Langit.
"Dan Lo harus tau, di club' seni bela diri ini. Hampir semua gadis yang join itu semuanya fans garis keras Elang termasuk gue sih. Jadi Lo jangan terlalu dekat dengan Elang takutnya Lo jadi bahan amukan fansnya" ucap gadis itu memperingati Biru. Biru tertawa renyah "Fans garis keras?, Ada-ada saja mereka" lanjut Biru membatin.
"Oh iya kita belum kenalan, gue Elizabeth Pujianti, panggil aja El" ucap gadis itu mengulurkan tangannya ke Biru. Biru menerima uluran tangan gadis itu "Gue Al Biru Verandita Rahman panggil aja Biru" ucapnya.
"Oh Biru, gue belum pernah liat Lo disini. Lo baru gabung atau gimana?" Tanyanya.
"Gue nggak gabung sih tapi di pilih pak Dimas buat ngewakilin sekolah sekaligus jadi partneran sama Langit" ucapnya .
"Serius, Lo dipilih Tekwondo cewek dan Elang cowoknya?" Tanya gadis itu lagi. Biru menjawabnya dengan menganguk.
*******
"Baiklah disini saya akan memasangkan kalian pria dan wanita yang akan satu kelompok agar latihan maksimal" ucap Coach membuka latihan sore ini.
"Elizabeth Pujianti kamu berpasangan dengan Reno Rahardian. Kiki Amelia dengan David Saputra. Al Biru Verandita Rahman dengan Erlangga Langit Rajanendra dan -----------" ucap Bapak itu menyebut 30 orang perwakilan atlet muda yang akan mewakili Bandung.
"Silahkan pemanasan terlebih dahulu dengan pasangan kalian, nanti berkumpul lagi disini setelah 10 menit dari sekarang" ucapnya kemudian meniup peluit tanda dimulainya pemanasan.
"Lang" panggil Biru kepada Langit.
"Apa?" Ucap Langit yang sibuk dengan pemanasan dengan melipat tangannya.
"Gue lupa, pinjam ponsel Lo dong, mau hubungin orang rumah kalo gue balik telat" ucap Biru pada Langit.
"Ponsel Lo mana?" Ucapnya tanpa menoleh menghadap gadis itu.
"Gue nggak bawa ponsel please pinjem ntar bunda gue nyarin gue" katanya memohon.
"Sok seleb pakek di cari mana ada orang tua yang mau nyari cewek bar-bar kayak Lo" desis nya tajam menatap malas ke arah Biru.
Biru mengeraskan rahangnya ketika mendengarkan penuturan Langit barusan, jika ia tidak membutuhkan ponsel pria itu sudah dapat di pastikan bahwa dia akan mendapatkan Bogeman mentah darinya sendiri.
"Jadi Lo nggak mau minjemin ponsel ke gue?" Ulangnya lagi.
Langit menggeleng dan melanjutkan pemanasan nya.
"Dasar-----" belum sempat ia mengeluarkan semua sumpah serapah kasar nya kepada Langit, pria itu sudah berseru duluan.
"Gue udah nelpon adik Lo, dan kebetulan bunda Lo yang ngangkat gue bilang Lo latihan taekwondo sama gue" ucapnya santai.
Biru terdiam sejenak memahami maksud ucapan Langit barusan.
1
2
3
"APAAAAAAAA" teriaknya kaget.
Semua orang yang sedang melakukan pemanasan menoleh melihat ke arah mereka berdua. Sontak saja hal itu membuat Biru menundukkan kepala malu.
"Ada apa Biru?" Tanya coach yang juga mendengar teriakan atletnya.
"Eh nggak kok coach" ucapnya.
"Ya sudah kalo gitu lanjutin pemanasan kalian" ucapnya lagi.
Biru merutukki Langit sumpah demi apapun ia sungguh kesal dengan Langit. Kenapa dia berbicara terus terang dengan bundanya? Bagaimana nasibnya pulang nanti? Apa yang akan terjadi? Pasti ayahnya akan menghukumnya? Bagiamana nanti jika kedua orang tuanya menyuruhnya berhenti latihan taekwondo selama-lamanya?.
"Arghhh" Biru meremas rambut yang ia kuncir kuda itu dengan kasar ia frustasi mengahadapi kedua orang tuannya pulang nanti? Akankah ia menerima kemurkaan kedua orangtuanya?.
Tanpa di sadari oleh Biru, Langit tersenyum penuh arti ke arah gadis itu. Senyuman yang cuma tuhan dan dia sendirilah yang tau maksudnya.
*********
"Lo nggak mau masuk?" Tanya Langit kepada Biru ketika mereka sudah sampai di depan pagar rumah Biru.
Biru menggeleng sambil meremas rok abunya. Sungguh saat ini ia benar-benar takut dan resah padahal jika disuruh menghadapi 15 preman yang bertubuh besar pun ia tak pernah takut sekalipun dan ini hanya berhadapan dengan kedua orangtuanya ia bisa setakut ini. Bukan tanpa alasan dia seperti ini, ia takut karena orang tuanya dulu pernah murka kepadanya dan mengancam dirinya dan ancaman itu yang selalu bisa membuat tubuhnya lemas.
"Yakin Lo nggak mau masuk? Ini udah jam 9 malam loh" tanyanya lagi.
"Lo nggak pulang Lang?" Ucapnya berusaha mengalihkan topik pembicaraan.
"Kata bunda Lo, gue harus ngater Putrinya balik dengan selamat" ucap Langit sambil tersenyum manis.
"Eee kan Lo udah ngater gue mending Lo balik gih" ucapnya lagi. Sungguh ia takut nantinya jika Langit juga akan menerima kemurkaan kedua orang tuannya.
"Bunda Lo bilang gue harus nganter Lo sampai dalam rumah dengan selamat" lanjutnya lagi.
"Bunda?" Ulangnya.
"Ya bunda Lo masa nyokap gue, udah yuk" lanjutnya menarik tangan paksa tangan Biru. Biru berusaha menolak dengan sedikit memberontak namun apa daya tenaga Langit jauh lebih besar dari pada tenaganya.
"Lang, gue balik sendiri aja!" Lanjutnya lagi dengan gugup.
"Lo kenapa? Sampe segitu takutnya Lo balik ke rumah sendiri?" Lanjutnya. Ia berusaha menahan tawanya melihat ekspresi Biru yang berusaha menahan kegugupannya dan tangannya yang sudah keringatan serta bibirnya yang pucat Pasih seperti orang ketakutan.
"Gue balik sendiri aja Lang" lanjutnya memohon kini ia sedang seperti berada di ambang kematian mirip seperti seseorang yang sedang di jemput ajal oleh malaikat maut. Takut dan resah.
"Di depan itu pintu rumah Lo, tanggung dikit lagi biar gue anterin sesuai perintah bunda Lo ke gue".
"Lang gue mohon" lanjutnya dengan ekspresi melas.
"Gue udah janji duluan ke bunda Lo. Lagian kedua orang tua Lo pasti nggak akan marah kok. Kan gue udah ngomong ke bunda Lo" katanya Lagi.
"Justru karena Lo ngomong itu yang gue takut. Setan" ucapnya membatin.
Langit menarik tangan Biru memencet bel pintu tak lupa pula mengetuknya dengan santai. Dan disebelahnya Biru yang merafalkan doa-doa agar ketika masuk kedalam rumah itu ia masih baik-baik saja meskipun kemungkinannya 0,1 persen.
Di dalam hati Langit tertawa geli. Jika sekarang ia bisa tertawa ia akan tertawa terbahak-bahak mendengar gadis itu yang merafalkan doa pengusir setan yaitu ayat kursi.
"Assalamualaikum" ucapnya mengetuk pintu bercat putih itu.
"Waalaikumsallam" ucap suara dari dalam rumah.
Tubuh Biru berkeringat dingin. Mendengar sautan dari dalam, ya itu adalah suara ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Ni'mat Santoso
🤣🤣🤣🤣🤣
2020-09-24
1
Belove
lucu banget
2020-09-24
1
noname
langit nih ngerjain anak orang😭🤣
2020-05-30
4