Langit melangkahkan kakinya dengan terburu-buru memasuki halaman Mansion yang besar itu. "Bina dirumah?" Tanya kepada salah satu maid yang membukakan pintu untuknya.
"Nona Bina ada di kamarnya, tuan" ucap maid itu sopan.
Tanpa menimpali jawaban maid itu Langit berlari menyusuri anak tangga yang akan membawanya ke kamar gadisnya.
"Maafin papa ya sayang tadi papa telat jemput kamu, sampe kamu ngalamin kejadian kayak tadi" ucap Farhan menyesal karena keteledoran dirinya putri semata wayangnya hampir menjadi korban pelecehan oleh preman itu.
"Papa bakal cari preman itu sampai dapat dan ngasih perhitungan ke mereka" ucapnya kepada putrinya, ia tidak akan membiarkan siapapun melukai putri kesayangannya.
"Beneran pa?" Tanya lagi.
"Iya bener, sekalian besok malam udang orang yang udah nolong kamu tadi kita makan malam bareng sekalian papa mau ngucapin terima kasih ke dia".
"Makasih papa" ucap gadis itu memeluk pria yang selama belasan tahun menjadi pelindungnya.
Tok tok
Langit mengetok pintu berwarna merah muda itu karena tadi ia mendengar suara orang berbicara di dalam kamar tidak mungkin dia langsung menyelonong saja.
"Masuk" ucap balasan suara dari dalam kamar.
Langit memutar knop pintu. Disana ia melihat Sabrina tengah berpelukan dengan papanya.
"Kak Langit" ucap Sabrina berlari mendekat ke arah langit dan memeluk pria itu.
"Kamu nggak papa tadi kan?" Tanya langit khawatir kepada gadisnya membalas pelukannya balik.
"Em nggak papa kok kak" ucap gadis itu sambil tersenyum manis.
"Om ke bawah dulu ya Lang kalo ada perlu ke bawah aja" ucap Farhan menepuk bahu Langit pergi dari kamar Sabrina ia tidak ingin menganggu putrinya yang sedang temu kangen dengan kekasihnya.
"Maafin kakak ya gara-gara kakak sibuk latihan jadi nggak bisa jemput kamu, emang nya siapa yang suruh kamu bersihin ruang OSIS si Alaska?" Tanya Langit menyebut nama ketua OSIS SMA Garuda.
"Enggak kak tapi kak Bella dengan Shaila, mereka nyuruh aku beresin ruang OSIS katanya itu hukuman buat aku yang dekati kakak" ucap gadis itu tertunduk.
"Bella dengan Shaila, kan udah aku bilang lebih baik kita jangan backstreet aku takutnya gini kamu bakal jadi bahan bullyan mereka" ucap Langit tegas. Ia takut kejadian dulu terulang lagi dimana Sabrina di bully oleh teman seangkatannya dan juga tetangga Sabrina yang menyukai dirinya dulu. Hingga Sabrina di sempat shock dan pingsan untungnya tidak trauma.
"Lagian kita juga udah mau tunangan jadi lebih baik nggak usah backstreet an" bujuk Langit. Kenapa ia ingin mempublish hubungannya dengan Sabrina karena ia juga lelah jadi bahan rebutan gadis-gadis di sekolahnya. Mereka pikir Langit jomblo sehingga banyak gadis yang mengirimkan cokelat dan dan susu berserta surat cinta ke lokernya dan semua itu di makan oleh sahabat ogebnya si Leonardo.
"Nanti aja kak, aku juga baru masuk sekolah kemarin. Dan baru gabung di OSIS juga kemarin. Lagian aku nyaman gini dari pada harus terus jadi bahan omongan orang kayak dulu" lirihnya mengingat sekelebat kejadian di Jakarta dimana dia di bully oleh teman-temannya karena ketahuan berpacaran dengan most wanted SMP Pelita Erlangga Langit Rajanendra.
"Terserah kamu, tapi kalo ada apa-apanya jangan lupa cerita ke aku" usulnya.
"Iya makasih kak" ucap gadis itu memeluk Langit lagi menenggelamkan kepalanya ke dada bidang dengan aroma tubuh yang memabukkan itu.
*****
"Yaampun Biru" ucap Nadia berlari kecil ke arah gerbang membuka gerbang melihat putrinya turun dari mobil Mercedez.
"Bunda" ucapnya kaget ketika melihat bundanya di didepan mobil pak Dimas.
Plakkkk
"Kamu tu ya kebiasaan banget bikin jantung orang tua khawatir, mau bikin bunda mati muda biar ayahmu cari janda lain hah, anak gadis magrib gini baru balik. Sama siapa lagi naik mobil jangan---" ucap panjang Nadia ketika melihat seseorang pria turun dari tempat kemudi menghampiri dia.
"Maaf Bu saya yang mengantar Biru, tadi saya lihat Biru sendirian nunggu angkutan umum di halte jadi saya tawari dia pulang bersama saya. Saya adalah guru penjas biru Dimas Aditya" ucapnya sopan kepada bundanya Biru.
"Noh kan bunda udah main mukul aja aturan nanya dulu ke Biru" ucap biru ngasal.
"Aww" Bunda menarik pinggang Biru membuat tubuhnya terangkat sedikit ke atas.
"Oh kalau begitu terimakasih ya pak guru ganteng maaf udah ngerepotin bapak karena tingkah Biru" ucapnya.
"Bundaaa" rengeknya kesal kenapa bundanya bilang dia yang merepotkan pak guru Dimas bulannya dia sendiri yang menawari pulang bersama.
"Biru tidak merepotkan saya kok Bu, kalau begitu saya pulang dulu" pamitnya dianggukan oleh Nadia dan Biru.
Mereka memandangi mobil Dimas yang menjauhi perkarangan rumah mereka.
"Makanya jadi anak nggak usah banyak tingkah Al Biru" ucap Nadia sewot.
"Biru nggak banyak tingkah bunda ratu yang ada di bapak itu nawarin Biru pulang. Tadinya biru pengen pulang jalan kaki tapi bapak itu udah nawarin duluan gimana dong kali rezeki anak Sholeh nggak boleh di tolak dong" ucapnya sambil mengibaskan tangannya ke udara membuat rambut lepek seolah-olah bertebaran.
"Itu tangan kenapa?" Tanya Nadia khawatir kepada putrinya melihat lebam di punggung tangannya.
What the ****
"Anu bun----" ucapnya gugup karena sudah ketahuan dia lupa menyembunyikan tangannya yang lebam karena memukuli preman itu dengan brutal.
"Kamu berantem lagi Bir?" Interogasi Nadia.
Biru terdiam membisu, sebelumnya dia tidak pernah berbohong kepada bundanya apapun itu namun kini bagaimana dia sudah berjanji dengan kedua orang tuannya untuk tidak berkelahi selama ia sekolah di Bandung.
"Jawab Al Biru Verandita Rahman" ucapnya dengan nada tegas. Jika bundanya mengintrogasi dirinya dengan menekankan nama panjang pasti bundanya tidak bercanda saat ini.
"Maaf Bun iya" ucapnya takut.
"Kita bicarakan di dalam sama ayahmu nanti, sekarang masuk mandi biar bunda obatin luka kamu" lanjutnya meninggalkan dirinya sendirian didepan rumah.
******
Setelah mejelaskan semuanya kepada kedua orang tuanya, ini akhirnya yang Biru terima ponselnya di sita oleh kedua orang tuanya selama sebulan sampai dia benar-benar berubah. Ayahnya tidak menerima alasan apapun meskipun Biru bilang bahwa dia berkelahi hanya untuk membela temannya namun mau alasan apapun yang namanya berkelahi tetap berkelahi.
Ia merebahkan tubuhnya di kasur singlenya bergerak ke sana kemari uring-uringan. Dia sedih jelas ponselnya di sita dalam waktu lama bukannya apa dirinya dan ponsel itu sudah satu hati semua game dan Vidio drama Korea milikinya semua berada di dalam situ. Vidio YouTube yang baru dia download juga berada di dalam sana. Apalagi kuota internet yang baru dia beli cuman berlaku seminggu juga di sana. Bisa rugi dia jika koutanya habis sebelum ia pakai.
"Gila sial banget gue dah" ucapnya frustasi.
"BIRU JANGAN LUPA SHOLAT ISYA" Teriak Nadia dari bawah tangga.
"Iyaaaaa" ucapnya tak kalah keras. Kecewa jawabannya jelas bagaimana pun penjelasan panjang lebar yang ia berikan kepada kedua orang tuannya tak mampu meluluhkan hati kedua orang tuannya.
Sekarang yang harus ia pikirkan bagaimana ia bisa hidup tanpa ponselnya selama sebulan? Apakah ia siap menghadapi ceramahan panjang guru mapel yang menjelaskan pelajaran tanpa headshet yang menggumpal di telinganya. Bagaimana dengan game mobile lagend nya skin yang baru ia beli belum di coba, gimana kalau dapat tugas ngerjain pakek Google. Bagaimana nasib followersnya yang menunggu dirinya update story'. Dan bagaimana jika seseorang pria ganteng di sekolahnya meminta nomor ponselnya.
"Arghhh" ini semua membuat dirinya frustasi. Seharusnya dia ingat konsekuensi ini sebelum dia menolong Ana dari si Banci Langit dan Bina dari Si preman Cabul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Tria Wulandari
hai Thor .. ceritanya seru.. like deh
mampir ya kak di tulisan pertamaku Putih Abu-Abu 2010
2020-10-28
1
nadzirasyakilas
oke Thor w lanjut lagi 🤣
humor gue hanya sebatas. "bagaimana jika followers menunggu dia update story" 🤣
lah gue lupa kata² nya 😔
2020-10-12
1
noname
🖤🖤🖤🖤🖤
2020-05-30
2