Biru mengayun-ayunkan kakinya di atas bangku halte memandang lurus ke arah jalanan yang ramai di lalui oleh kendaraan beroda 2 dan 4. Melihat seolah-olah fokus namun nyatanya pikiran gadis itu entah ada dimana. Ia menghembuskan nafas dengan kasar mengingat kejadian beberapa jam lalu. Kejadian dimana dia tiba-tiba jatuh pingsan. Seharusnya dia tidak lupa memeriksa kondisinya namun lagi-lagi karena kepindahannya ke kota Bandung yang mendadak alhasil ia lupa mengikuti rekam medis di rumah sakit langganan nya di Jakarta.
"Besok aja kali gue periksa" ucap gadis itu kemudian berjalan masuk ke dalam metromini yang berhenti di depan halte.
******
"Bunda mana Ga?" Tanya Biru ketika tidak menemukan bunda di rumah.
"Bunda nemenin ayah dinas dia ke Bogor, Lusa pulang terus ponsel Lo ada di kamar di taruh bunda disana" ucap Jingga sambil memasukan Snack kentang ke dalam mulutnya dengan pandangan menatap lurus ke arah layar plasma besar.
"Ke Bogor?" Batinnya bertanya.
"Truss yang masak sama beresin rumah siapa?" Tanyanya lagi.
"Ya Lo lah kak gimana sih?" Omel jingga seenaknya.
"Enak aja gantian lah, kok gue trus" lanjut Biru tak terima.
"Masa gue kakak ku Al biru tersayang, gue kan cowok".
"Terus kalo cowok kenapa, ayah aja sering kok bantuin bunda?" Sarkasnya kesal dengan jawaban dari Jingga yang tidak nyambung.
"Ya kan ayah suami takut istri, kalo gue ngapain takut sama Lo emang Lo istri gue wleee" ucapnya kemudian berlari meninggalkan Biru yang belum sadar akan maksud ucapan adiknya itu.
"RADEGAN SAJINGGA RAHMAN, AWAS LO YA" teriak biru murka dengan tingkah adiknya.
Setelah selesai membersihkan rumah, memasak serta menyirami tanaman Biru merebahkan tubuhnya di atas kasur single miliknya. Melipat tangannya di balik kepala sebagai bantalan. Tangannya mengambil ponsel yang baru sudah ia charge sebelum berberesan.
Ia menyingit binggung ketika mendapatkan notifikasi pesan masuk dari nomor yang tidak di kenal dari WhatsApp nya.
Unknown
Sorry
"Siapa yang ngirim, isinya minta maaf lagi emangnya dia punya salah sama gue?" Batinnya bertanya-tanya tentang si pengirim pesan itu.
"Ah pasti yang ngirim punya maksud tersembunyi" ucapnya bergidik ngeri karena ia sering membaca berita tentang penipuan bermodus chat. Karena takut akan terjadi hal yang serupa ia memilih mengabaikan isi pesan itu dan tidur siang menjelang sore itu.
*****
Suara dentuman musik DJ berbaur di bersamaan dengan goyangan orang yang berbaur menjadi satu di dance floor.
Asap rokok dan berbagai macam minuman beralkohol sering dicari oleh para orang yang mampir kesini.
Wanita dengan pakaian kurang bahan, lelaki berhidung belang, jalang, dan para muda-mudi yang ingin melepaskan masalah pun ikut berbaur disini. Mereka berkelakuan seolah-olah kematian masih jauh dari mereka padahal yang kita tahu bahwa kematian selalu menghantui setiap insan yang bernyawa bukan?.
Langit menghisap rokoknya dalam-dalam sambil menikmati secangkir Vodka yang ia pesan dengan bartender. Bersama dengan 2 temanya Aden Cakrawiguna dan Alexander Leonardo mereka duduk di sebuah sofa merah sambil bersenda gurau sesekali melirik ke arah cewek-cewek yang mengedipkan mata ke arah mereka.y
"Udah lama kita nggak ngumpul kesini" ucap Leon membuka obrolan dengan cewek seksi berada di pangkuannya.
"Terakhir seminggu yang lalu jeng" ucap Aden sambil menghisap rokoknya lamat-lamat.
"Bagi gue seminggu itu berasa setahun setan" lanjutnya Leon dengan tangan mengelus paha putih gadis itu.
"Entah sekarang tumben Lo ngajak kita nongkrong biasanya Lo semenjak pacar Lo balik Lo bilang nggak mau nongkrong ke tempat laknat ini?" Ucap Aden mengintrogasi.
"Lo tau kan Bina nggak suka gue nongkrong kesini. Di selalu ngancem gue kalo misalnya gue ke tempat laknat ini dia mau mutusin gue" lirihnya.
"Kasian banget Lo ganteng-ganteng tapi jadi budak cinta si Sabrina" lanjut Aden.
"Yang sabar bos" kata Leon memberikan semangat.
"Bacot Lo anjing" umpat Langit kesal.
"Eh itu bukannya cewek Lo bos Sabrina?" Ucap Aden menyenggol lengan Langit yang asik minum Vodka.
"Apaan sih njeng?" Umpatnya kesal karena gelasnya tersenggol oleh Aden.
Langit dan Leon saling pandang ke arah yang di tunjuk Aden, disana telah berdiri 1 orang cewek dan 2 orang pria, salah satu pria berkemeja tangannya merangkul mesra gadis berbaju merah menyala dengan belahan dada dan kaki yang rendah sehingga semuanya terekspos. "Mana?" Tanya langit ke Aden.
"Itu yang pakek baju merah di rangkul mirip Sabrina sumpah" ucap Aden kaget melihat wajah gadis itu cukup familiar sebab beberapa hari ini sering kumpul bersama mereka di sekolah dan di basecamp.
Tangan langit mengepal keras ia sungguh terkejut, tak pernah terbayangkan gadisnya yang selalu ia lindungi dan ia jaga memiliki kelakuan yang menjijikan seperti itu. Ia berjalan mendekati kedua insan yang tengah melumat bibir.
Bughhh
Pria itu tersungkur menabrak meja bartender setelah menerima pukulan dari Langit.
Sabrina menutup mulutnya histeris melihat kedatangan Langit berada di dalam club malam. Begitupun dengan Leon dan Aden yang melihat kilatan kemarahan yang di keluarkan oleh bos sekaligus sahabat mereka itu. Mereka berdua tak berani memisahkan Langit dengan lawannya jika amarah Langit sudah berada di ubun-ubun kerena mereka takut akan menjadi samsak kemurkaan bos mereka itu jika berani memisahkannya.
" Kak Langit---, kok kamu disini?" Tanyanya berusaha menetralkan rasa ketakutannya. Dia bukan gadis bodoh selama 3 tahun mereka pacaran Langit adalah orang yang berubah menjadi kejam dan sadis jika miliknya di ganggu ia tak peduli siapa lawannya jika dia sudah mengklaim seseorang itu menjadi miliknya ia akan menjaga miliknya sampai ia mati.
"Who is it? Bina?" Tanya pria itu mengelap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya.
"Dasar jalang, jadi ini yang Lo bilang kalo gue nggak boleh ke club, biar Lo bisa maen dengan pria hidung belang ini" ucapnya dingin menusuk.
"Kak ini nggak seperti yang kamu liat" ucapnya dengan air mata yang berjatuhan.
"NGGAK SEPERTI YANG LO LIAT ANJING" ucapnya kasar sambil mencengkram dagu gadis itu kasar ia tak peduli dengan Sabrina yang merasakan sakit di dagunya akibat cengkraman kasar itu.
"Gue nggak nyangka, gue kurang apa sama Lo, gue udah berusaha jadi yang Lo mau, gue rela jadi budak cinta, gue udah turutin semua keinginan Lo, tapi ini balasan Lo ke gue atas semua yang udah gue lakuin dan korbanin ke Lo?" Ucapnya datar.
"Gue mau kita putus sebab gue ogah berhubungan sama bekas orang" ucapnya dingin dan menusuk kemudian keluar dari club' meninggalkan Sabrina yang menangis histeris berteriak memohon agar Langit kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
zefa_sunny
bina tuh otaknya d mana sih
2020-09-26
1
Ni'mat Santoso
dibalik kelmbutan sifatnya ternyata bina ...
2020-09-24
1
Belove
kaget sumpah...kayaknya Bina lembut dan baik🤦
2020-09-24
1