Oma membawa Dara pada pusat perbelanjaan yang sangat besar. Memilihkan berbagai pakaian yang dibutuhkan Dara.
Dara hanya menurut ketika Oma menariknya ke sana kemari. Oma terlihat sangat antusias membelikan Dara, sedangkan Dara sendiri meringis melihat nominal yang tertera di setiap baju yang dipilih Oma. Gajinya bahkan tidak setara dengan harga satu baju, lantas bagaimana ia akan mengembalikan uang Oma. Pikirnya.
"Kemari, Dara. Kamu pilih baju yang nyaman dipakai gak boleh terlalu ketat," ujar Oma memilah milah baju di hadapannya, sedangkan Dara hanya diam melirik pada deretan baju yang di pilih Oma. Bahannya memang bagus dan bagus juga dengan nominalnya.
"Oma sepertinya ini sudah cukup." Mengangkat paper bag dikedua tangannya menunjukkan kepada Oma.
"Itu hanya bertahan beberapa minggu saja. Trisemester kedua pasti perut kamu terlihat semakin besar. Persiapan dari sekarang. Untuk bayinya nanti saja kalau sudah 7 bulan," celoteh Oma.
Dara memelas mendengar perkataan Oma. Pamali lagi, nanti apa yang akan Oma larang lagi, Dara suka Oma bersikap begitu padanya tapi kalau semua tindakan Dara diperhatikan dan dilarang Oma Lama-lama Dara merasa risih.
"Cicil dulu Oma. Uang Dara belum cukup," cicit Dara memelankan kalimatnya.
"Siapa yang suruh kamu bayar? Oma yang mau membelanjakan, jadi kamu pilih saja."
Meskipun begitu tetap saja rasanya canggung. Dara terbiasa berusaha sebelum meraih keinginannya, dan sekarang diminta tinggal memilih. Pasti berbeda.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya pelayan toko saat melihat Oma kesulitan memilih baju.
"Ya, tunjukan beberapa model pakaian ibu hamil dan pastikan terbuat dari kain yang nyaman digunakan," ucap Oma.
Kain dengan kualitas terbaik, jika tidak nyaman digunakan ibu hamil ya percuma saja. Oma mengutamakan kenyamanan Dara selama menjalani kehamilannya.
Pelayan toko membawa Oma dan Dara pada deretan baju khusus ibu hamil. Pelayan melirik sebentar pada Dara terutama pada perut Dara yang belum terlihat menonjol. Bahkan orang lain akan menganggap Dara tidak sedang mengandung.
"Maaf, Mba. Kalau boleh tahu usia kandungannya berapa minggu agar sesuai dengan baju yang Anda pilih."
"Memasuki 9 minggu."
Pelayan toko tersenyum manis meski dalam hati mentertawakan Dara yang menurutnya terlalu antusias mempersiapkan kebutuhan selama hamil.
"Anak pertama ya, Mba," ucap pelayan tersebut dengan mengambilkan beberapa model baju yang pas.
"Iya." Dara tersenyum kikuk membalas perkataan pelayan tersebut.
"Silakan di pilih mungkin ada beberapa model yang diinginkan."
"Ambilkan juga untuk usia selanjutnya. Saya tidak tahu mau kesini kapan lagi, jadi sekalian saja" ucap Oma yang diangguki pelayan toko.
"Oma jangan berlebihan Dara enggak enak."
"Gak papa mumpung Oma masih hidup kalau sudah tidak ada setidaknya Oma pernah memberi kamu sesuatu."
"Oma ko bicaranya gitu. Oma harus sehat-sehat biar bisa lihat cicit Oma,"
Meski hanya sebentar saja, lalu Dara akan membawanya pergi jauh dari kalian. Lanjutnya dalam hati.
"Umur gak ada yang tahu. Sudah cepat pilih. Habis ini kita makan siang Oma sudah lapar."
Dara memilih beberapa potong baju hamil, lebih banyak dress. Dara juga memilih beberapa potong celana, meski sempat di larang oleh Oma, tapi Dara bersih keras. Celana kerja miliknya tidak mungkin ia gunakan lebih lama lagi. Setelah membayar pada kasir. Oma meminta sopir pribadinya membawa semua belanjaan ke mobil, sedangkan Dara dan Oma makan siang tidak jauh dari toko tempatnya belanja tadi.
Dara dan Oma memilih meja yang tidak terlalu jauh dari pintu masuk. Pelayan datang membawa buku menu.
"Kamu pesan saja apa yang kamu inginkan." Dara membuka buku menu tersebut yang ia lihat bukan menu melainkan harga setiap menu. Lagi-lagi Dara hanya menghembuskan nafas lelah. Tidak ada satu pun menu yang sebanding dengan isi dompetnya.
"Samakan saja, Oma. Dara tidak memilih milih makanan."
Oma mengangguk, kemudian menunjuk makanan mana saja yang menurutnya enak dan bisa dikonsumsi Dara. Pelayan pamit menyiapkan pesanan Oma.
Sembari menunggu makanan Dara dan Oma mengobrol ringan, diselingi canda oleh Oma. Beliau juga menceritakan bagaimana sikap Mama dan Raffa serta bagaimana Dara harus menyikapi sikap mereka. Dara mendengar dengan seksama. Setidaknya Dara bisa menyiapkan diri saat perlakuan buruk mereka, meski sebelumnya perlakuan seperti itu selalu ia dapat. Bisa saja kali ini berbeda.
Pelayan datang membawa pesanan Oma, kemudian pergi setelah menghidangkan makanan.
"Dimakan harus sampai habis. Kamu itu lagi hamil, tapi badan kecil gitu." ucap Oma.
Dara meringis mendengarnya, sebanyak apapun Dara makan tidak akan menjadikannya gemuk karena memang tubuhnya yang sulit untuk gemuk.
Dara dan Oma mulai menyantap makan siang mereka. Namun, pada suapan ketiga Dara menghentikan gerakannya. Ada sesuatu yang salah dengan dirinya.
"Apa Oma memesan mushrooms?"
"Oma hanya melihat bentuknya yang lezat tidak tahu terbuat dari apa, tapi sepertinya sausnya memang mengandung jamur. Kenapa? Itu bagus untukmu."
Dara melepas sendok yang ia gunakan. Tangannya mengepal erat di bawah meja. Keringat dingin membanjiri wajah Dara. Dara meringis merasakan nafasnya yang tidak beraturan.
Oma yang menyadari perubahan pada Dara pun dibuat kebingungan, sekaligus panik.
"Apa yang terjadi padamu. Astaga."
"Dara alergi jamur Oma." ucap Dara tersendat-sendat karena sesak nafas. Tangannya menepuk-nepuk Dada yang mulai kehabisan oksigen. Oma panik ia meminta bantuan pada pelayan untuk membantunya membawa Dara ke mobil.
Arya yang pada saat itu memiliki urusan dengan butik yang diketahui bekerjasama dengan Khanza yang melewati restoran pun berhenti ketika matanya menangkap kerumunan orang. Arya yang penasaran pun mendekat dan betapa kagetnya dia melihat Oma Arum yang panik dan dihadapannya ada seorang gadis yang kesulitan bernafas.
"Oma, ada apa? Kenapa bisa ada di sini." Arya mendekat meraih tangan Oma yang bergetar.
"Astaga ... Arya kamu di sini. Cepat, tolong bawa Dara ke rumah sakit. Cepat Arya." Oma meminta bantuan Arya tidak tega melihat Dara yang sesak nafas.
Arya tercekat melihat wajah Dara yang sudah memerah. Ia pun menggendong Dara keluar dari restoran. Oma menyusul setelah mengurus pembayaran.
Arya memasukkan Dara ke mobil miliknya karena tidak tahu di mana Oma memarkirkan mobil. Secepat mungkin Arya mengendarai mobil menuju rumah sakit terdekat.
Uhuk uhuk uhuk
Dara terbatuk nafasnya semakin menipis. Ia tidak bisa menunggu hingga tiba di rumah sakit yang jaraknya seperti ribuan kilometer. Ia terus saja menepuk dada.
Arya tahu wanita yang berada di sampingnya adalah Dara wanita yang telah tidur dengan Raffa, tapi bagaimana bisa Dara bersama dengan Oma. Pikiran tersebut melintas di benaknya.
"Tenang dengarkan saya. Tarik dan buang nafas perlahan-lahan. Sebentar lagi kita akan sampai, bertahanlah." Arya mempercepat laju mobilnya.
***
Happy reading.
Wah gimana tuh. Kira-kira Dara bakal baik-baik saja engga ya. Duhh untung ada Arya yang bantu.
Salam sayang dari aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Noor Dech
bakal jd malaikat penolong nya thor 🥰
2021-05-21
1
Nong Kayla
bagus kalw keguguran dan bisa pergi dari kehidupan rafa
2021-03-06
1
my name
semoga ngak terjadi apa2 sama bayinya jg
2021-02-25
0