"Halo cantik sibuk banget sini sama Abang," ucap pria hidung belang berbadan tambun.
Dara sudah berada di club. Melayani banyak pesanan minuman. Pria yang Dara taksir sudah berusia setengah abad itu berusaha membujuk Dara.
"Maaf, Om. Pekerjaan saya masih banyak," ujar Dara melangkah pergi.
Pria itu tak terima Dara menolaknya pun mencengkeram pergelangan Dara tak membiarkan Dara beranjak sedikitpun.
Dara memberontak, tapi sia-sia tenaga Dara tidak cukup kuat untuk melawan seorang pria.
"Lepas, Om."
"Temani om dulu cantik. Ayo kita habiskan malam berdua," ucapnya penuh nafsu memandang lekuk tubuh Dara.
Dara bergidik ngeri mendengarnya. Dara sangat benci berada di situasi seperti ini. Di mana ia di paksa melakukan hal kotor, tapi ini sudah risiko bekerja di club.
"Om lepas. Silakan cari wanita lain. Di sini banyak wanita yang lebih dari saya."
"Om bisa kasih harga lebih tinggi."
"Tidak Om!"
"Jangan munafik, kamu pasti sama seperti wanita lainnya di sini. Menjajakan dirinya. Dipatok harga berapa kamu." Dara menggeleng atas tuduhan pria ini.
Demi apapun Dara juga menyesal karena bekerja di sini. Tak jarang ia mendapat perlakuan seperti ini, tapi ia selalu berhasil lolos. Entahlah untuk kali ini apa keberuntungan masih berpihak padanya.
Dara meronta agar dilepaskan, tapi pria itu malah menarik Dara agar memeluknya.
Plak
Dara melayangkan tamparan pada pria itu begitu keras. Dara tidak memikirkan lagi jika ia dipecat. Tak akan Dara biarkan tubuhnya dinikmati kemudian dicampakkan kembali. Cukup sekali jangan ada kedua kali.
"Berani sekali kamu!" Dara di tarik menuju tangga ke lantai atas. Dara histeris, menjerit meminta tolong pada siapapun, tapi semua orang seakan tuli dan buta. Tidak ada yang berusaha menolong Dara. Mereka asik pada dunianya sendiri.
Dara menggigit tangan pria itu, bersiap kabur dari jangkauan pria tua tersebut, tapi gagal karena ia terpeleset dan akhirnya jatuh. Pria itu mendekat dan tersenyum licik.
"Kau sungguh keterlaluan, jal*ng."
Plak
Kini Dara yang mendapat tamparan, belum lagi tangan pria tua yang menjijikkan itu menjambak rambut Dara dengan begitu kuat hingga Dara meringis kesakitan. Matanya mencari keberadaan Fera sang sahabat agar menolongnya. Namun, mata Dara semakin buram karena air mata. Dia dipermalukan pada banyak orang yang hanya memandangnya saja seakan ia tontonan yang begitu mengasikkan di mata mereka. Apa semua manusia di muka bumi ini tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun, apa hati mereka terbuat dari batu. Bagaimana jika yang berada di posisi Dara adalah keluarga mereka, apa seperti ini sikap mereka. Diam menonton, menyaksikan penderitaan.
Pria tua itu menarik rambut Dara agar mengikuti langkahnya, dengan sisa tenaganya Dara masih memberi perlawanan.
"Tolong siapa pun tolong saya." Dara menatap satu persatu orang yang berada di sana. Tidak ada satu pun dari mereka semua yang berbelas kasih membantu Dara.
Dara semakin terisak. Dalam hati ia meminta agar Tuhan mengirimkan seseorang untuk membantunya sekali saja, siapa pun itu.
"Berhenti! Lepaskan tangan kotormu dari wanita itu." Teriakan seseorang dari belakang menghentikan aksi menyeret pria itu pada Dara.
Dara berbalik melihat siapa yang berbaik hati menolongnya. Di sana berdiri seorang pria berbalut jaket kulit dan celana jeans tengah memandang tajam pada pria yang menyeret Dara.
Dara menangis mengetahui jika Reza, sang atasan yang menyelamatkan dirinya. Reza mendekat menarik tangan pria itu agar melepaskan jambakan pada rambut Dara.
"Jangan sok jadi pahlawan! Kamu tidak tahu apapun lebih baik menyingkir."
Sekali pukulan yang Reza berikan mampu menjatuhkan pria tua itu yang tidak memiliki persiapan apapun melawan Reza. Dia bangkit dan melakukan perlawanan.
Setiap pukulan yang diberikan pria tua itu mampu ditangkis oleh Reza. Semua orang di sana hanya menonton tidak ada yang berusaha melerai. Baku hantam tak terelakkan lagi hingga Reza memukul wajah pria tua itu sampai tersungkur dengan darah yang keluar dari hidung.
Reza membawa Dara keluar dari club. Masuk ke mobil dan melajukannya dalam diam. Dara masih bungkam ia terlalu takut.
Reza menghentikan mobilnya di dekat toko. Dia turun membeli minum, kemudian balik lagi ke mobil.
"Minum dulu, Dar." Dara menerimanya dan meneguk setengah air dalam botol.
"Terimakasih, Pak. Saya tidak tahu bagaimana nasib saya jika tadi Pak Reza tidak menolong saya," ungkap Dara.
"Jadi ini pekerjaan malam kamu. Apa kamu tidak berpikir Dara tempat seperti itu tidak pantas untukmu. Jika saya tidak membuntuti kamu entah apa yang terjadi."
Setelah jam kerja Dara selesai. Reza mengikuti ke mana Dara dan Fera pergi karena ia penasaran pekerjaan apa yang dijalanai Dara, padahal gaji pekerja restoran tergolong besar. Hingga Reza mengetahui Dara dan Fera masuk ke club ia sempat bingung dan memutuskan menyusul masuk. Betapa kagetnya Reza melihat Dara berpakaian pelayan. Dia melihat Dara digoda dan dipermalukan oleh pria hidung belang pun mulai geram.
"Maaf, Pak. Saya merepotkan Anda," sesal Dara menunduk.
"Keluar dari sana saya tidak mau nama baik restoran saya tercoreng karena kamu," ucap Reza mengatasnamakan kekhawatirannya dengan nama restoran. Dia terlalu takut menunjukkan perasaan yang sebenarnya.
"Saya benar-benar minta maaf, Pak. Hal seperti ini tidak akan terulang lagi dan saya janji akan keluar."
Reza menghembuskan nafas lega. Ia melirik ke samping melihat keadaan Dara yang berantakan. Rambutnya yang panjang sedikit berantakan. Reza mendekat, menjulurkan tangan merapikan rambut Dara yang berantakan. Tangannya turun menyentuh pipi Dara yang tampak merah karena tamparan. Reza meniupnya pelan.
Dara tertegun, matanya membulat tak percaya. Dadanya berdebar menerima perlakuan dari Reza. Pria yang bersikap begitu lembut padanya.
Dara beringsut mundur menghindar kedekatan dirinya dan Reza. Dara cukup tahu batasan. Ia dan Reza tak lebih dari bawahan dan atasan.
Reza melepas jaket dan memberikannya pada Dara yang terlihat kedinginan. Dia juga mematikan AC mobil supaya suhunya tidak terlalu dingin untuk Dara.
Dara hanya diam menerima jaket Reza.
"Terimakasih, Pak."
"Ini di luar jam kerja. Jangan memanggilku dengan sebutan 'Pak'. Panggil saja Kakak sepertinya umur kamu di bawah saya." Dara tidak setuju terkesan tidak sopan jika menggunakan panggilan itu.
"Lakukan saat di luar jam kerja saja." Reza tahu apa yang dipikirkan oleh Dara.
"Di mana rumahmu biar saya antar pulang," lanjutnya.
"Dara bisa pulang sendiri, K-kak." Masih terasa asing di lidahnya mengucapkan 'Kak'.
"Katakan, Dara."
Dara pun mengatakan alamat rumahnya. Tak lama mobil kembali membelah jalanan. Beberapa menit kemudian mereka sudah sampai di depan rumah. Dara mengembalikan jaket Reza.
"Sekali lagi terimakasih, Kak."
"Kau sudah terlalu banyak mengatakan terimakasih. Simpanlah kata terimakasih untuk kebaikan saya yang lain."
Dara tersenyum kikuk. "Hati-hati di jalan."
Dara turun dari mobil, tak lama mobil meninggalkan pelataran rumah Dara. Ia segera masuk ke rumah melirik sekilas pada jam di tangannya yang menunjukkan pukul 8 malam. Ayah dan Ibu pasti belum tidur.
"Waah hebat ya pulang sudah diantar pakai mobil. Jual diri di mana." Dara menghentikan langkah saat Ibu berkata demikian.
"Dara enggak seperti apa yang Ibu tuduhkan," bela Dara.
***
Happy reading.
Uwwu gimana nih udah oleng sama Reza belum hehe. Tunggu part selanjutnya ya.
Salam sayang dari aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Just RR
othor ade dendam ape same dara?
kok ya hidupnya ngenes banget dibikin dsini
2022-04-06
0
Nurani Rizsanti
Dara dah pergi aja Napa demen bged disiksa bertahun" jadi emosi😊😊
2022-01-11
0
Eka Rauf Ginting
nie lha cerita a,, wanita sll di rendahkan,,
2021-10-23
0