Siapa yang Hamil?

Jarak antara rumah Raffa dan restoran tempat Dara bekerja menjadi lebih jauh dan itu menambah ongkos bagi Dara. Bersyukur Mang Ujang mau mengantar Dara sampai restoran. Setelah mengucapkan terimakasih Dara pun masuk dan Mang Ujang kembali ke rumah.

"Dara, akhirnya lo datang juga. Emang ada acara apa sih sampai lo harus masuk siang." Fera menghampiri Dara yang meletakkan tas.

"Bantu bi lastri menyambut tamu ayah." Fera hanya membulatkan mulut dengan gerakan mengangguk.

Dara mengambil nampan didekat Fera, tetapi ia berhenti sejenak memegang kepalanya yang terasa pening. Efek tidak menggunakan helm sehingga panas matahari menyinari dirinya.

"Lo kenapa." Menahan Dara yang limbung.

"Cuma pusing aja, Fe," ucap Dara.

"Lo udah makan belum." Dara menggeleng teringat jika ia belum makan siang. Ia meringis malu karena hal sepele seperti ini harus diingatkan oleh Fera.

"Astaga, Dar. Lo lupa tau gimana sih sampai lupa gitu. Ingat Dar, lo itu lagi ham ...." Belum sempat Fera melanjutkan perkataannya. Dara sudah membungkam mulut Fera. Takut gadis itu keceplosan mengatakan ia hamil dan didengar oleh karyawan lain. Bisa panjang nanti urusannya.

"Mmm." Fera menepuk tangan Dara karena menghalangi jalur pernafasannya.

Dara menengok kanan kiri memastikan tidak ada karyawan yang mendengar mereka. Ia pun melepas tangannya, melihat wajah Fera yang memerah dan mengambil nafas banyak-banyak.

"Kamu gak papa, Fe." Menepuk punggung Fera.

"Gila lo ya mau bunuh gue atau gimana." Tersenggal-senggal Fera mengatakannya.

"Sorry, Fe. Aku sengaja." Fera menatap Dara tidak percaya atas apa yang Dara katakana.

"Sengaja ya," senyum misterius diperlihatkan Fera membuat Dara mencari akal agar terhindar dari amukan sang sahabat.

"Aunty makan aja yuk aku lapar," ucap Dara menirukan suara anak kecil sembari mengelus perutnya.

Trik tersebut berhasil menghentikan Fera yang ingin menggelitiki Dara. Melihat wajah memelas Dara akhirnya Fera mengalah dan menuruti keinginan Dara. Dia mengambil makanan, kemudian menyerahkannya kepada Dara yang disambut senyum merekah oleh Dara.

"Kamu gak balik kerja, Fe?"

"Gak, mending di sini liatin lo makan sampai habis. Gue pernah baca kalo bumil di awal kehamilan tuh nafsu makannya kurang."

"Sejauh ini masih baik-baik aja, aku masih bisa makan apa aja."

"Ya, syukur deh kalau gitu." Dara mengangguk melanjutkan makannya. Fera terus memperhatikan Dara yang begitu menikmati makanan.

"Jangan diliatin terus Dara jadi salting."

"Hamil enak engga sih, Dar." Perkataan Fera menghentikan gerakan menyendok Dara.

"Siapa yang hamil," suara bariton seorang pria mengalihkaan pandangan kedua wanita tersebut. Dara dengan perasaan was-wasnya, sedangkan Fera gelagapan menjelaskan apa yang ia katakana tadi.

Reza menaikkan salah satu alisnya merasa aneh dengan gelagat dua karyawannya.

"Ehh ... Pak Reza, ada apa pak kemari," ucap Fera mencari topik lain.

"Tidak ada saya hanya mengecek dan mendengar kalian membicarakan kehamilan memang siapa yang hamil,"

Ya, ampun nih orang kok masih ingat aja sih amnesia sesaat kek atau gimana. Gerutu Fera dalam hati.

"Sepupu saya haha ... iya ... sepupu. Iya, 'kan, Dar." Menyenggol bahu Dara meminta dukungan. Dara yang masih shock karena kehadiran Reza hanya mengangguk.

"Ooo ... ya sudah, setelah istirahat segeralah bantu yang lain. Restoran mulai ramai."

"Baik, Pak." Mereka menjawab dengan kompak. Reza menggeleng melihat kelakuan kedua wanita itu. Dia pun meninggalkan tempat itu kembali ke dalam ruangannya mengurus beberapa hal.

Dara dan Fera menghembuskan nafas lega selepas kepergian Reza. Mereka saling pandang, kemudian tertawa atas kejadian yang baru saja mereka alami. Tidak menyangka menyembunyikan rahasia akan sesulit ini. Ahh ... tidak terbayang akan berapa banyak kebohongan yang akan mereka ciptakan.

"Dar, sampai kapan lo akan menyembunyikan kehamilan lo. Semakin hari perut lo akan semakin terlihat," ucap Fera tiba-tiba.

"Entahlah, Fe. Aku gak tahu gimana cara bicarain hal ini sama Pak Reza. Aku takut dipecat tahu sendiri cari pekerjaan itu susah," ujar Dara sendu.

"Orang tua lo belum tahu hal ini juga?" selidik Fera.

Dara diam sesaat, lalu menggeleng sebagai jawaban. Ia bingung bagaimana menjelaskan keadaannya pada Fera. Tidak mungkin Dara membicarakan pernikahannya dengan Raffa. Dara takut Fera kembali kecewa padanya.

Tak lagi mengajukan pertanyaan. Dara dan Fera mulai melakukan pekerjaan mereka. Dara dengan cekatan menyambut pembeli dan mencatat pesanan, kemudian menyerahkan pada Fera agar pesanannya segera diantar. Dara pun membersihkan meja yang sudak kosong, membawa peralatan kotor ke bagian pencuci untuk dibersihkan. Setengah hari ini Dara habiskan dengan bekerja.

Selesai bekerja Dara pun menggunakan ojek untuk pulang. Ia menolak tawaran Fera karena mulai saat ini. Tujuannya pulang sudah berbeda. Ia akan menjelaskan pada fera nanti saat ia sudah siap untuk bercerita.

Sampai di rumah Dara meyerahkan helm, kemudian membayar ongkos. Ia mengintip pada garasi yang masih kosong itu tandanya Raffa belum pulang, setidaknya Dara menepati perkataanya pada Mama.

Membuka pintu yang ia lihat keadaan rumah yang sangat sepi. Dara berlalu menuju kamar. Ia ingin mandi dan mengistirahatkan punggungnya yang terasa pegal. Kakinya juga sedikit sakit karena ia gunakan ke sana ke mari mengurus pesanan pembeli. Dara mengambil pakaian kemudian menggunakan kamar mandi.

Sekitar 15 menit Dara berada di kamar mandi. Ia keluar sudah berganti pakaian. Wajahnya pun terlihat lebih segar. Merapikan sedikit rambutnya yang berantakan, ia pun duduk di tepi ranjang mengambil ponsel miliknya dan membalas pesan yang dikirimkan oleh Fera.

Pintu kamar terbuka dan Raffa masuk dengan jas yang bertengger di lengan kanannya. Dara spontan berdiri melihat Raffa yang berjalan lesu ke kamar mandi, tanpa melihat keberadaan Dara di sana. Dara mendekati lemari pakaian Raffa memilih satu set pakaian santai untuk suaminya. Itu yang Dara pelajari dari google, cara menjadi istri yang baik.

Dara keluar takut mengganggu kenyamanan Raffa. Ia berjalan mencari letak dapur, ia ingin membantu untuk menyiapkan makan malam.

"Rumah gede banget ya, di mana lagi nih dapur udah muter-muter kok gak ketemu," gerutu Dara pada dirinya sendiri.

Rumah Raffa sangat besar dan Dara kebingungan mengetahui letak tata ruang. Berjalan ke sana ke mari dan hasilnya nihil, ia kembali ke tempat semula. Lama kelamaan Dara frustasi sendiri. Ia yang sudah lelah bekerja harus bermain petak umpet dengan letak dapur sungguh menyebalkan.

"Di sini ada denah gak sih, Dara pengen lihat di mana dapurnya." Mengarahkan pandangannya pada setiap dinding siapa tahu benar ada denah. Dara kembali menghela nafas lelah, ia sangat frustasi dan kesal karena dapur. Rasanya ia ingin menangis saja.

Berada di posisi keputusasaan. Dara mencium aroma masakan yang begitu menggugah selera. Mengikuti dari mana arah datangnya aroma tersebut. Dara tersenyum bahagia karena berhasil menemukan dapur.

***

Happy reading.

Yah kagak nyambung nih ama part sebelumnya huhu. Maafkan aku yang gak ada stok ide.

Salam Repeatedly Hurt

Terpopuler

Comments

Nova Septiarini

Nova Septiarini

klo rumah gede pake gps biar gampang nyari dapurnya

2021-08-02

2

Nani Kusnandi

Nani Kusnandi

semangat

2021-05-31

2

Noor Dech

Noor Dech

coba tanya mbah gugel dara..

2021-05-20

1

lihat semua
Episodes
1 Kehilangan
2 Tuduhan
3 Cambukan
4 Susu Putih
5 Hampir Dipecat
6 Kalah Taruhan
7 Sikap Reza
8 Sang Pahlawan
9 Kecelakaan Kecil
10 Hamil
11 Terbongkar
12 Pertunangan
13 Khanza dan Dara
14 Status Baru
15 Siapa yang Hamil?
16 Makan Malam
17 Kedatangan Oma
18 Pamali
19 Sebuah Pengakuan
20 Alergi
21 Merahasiakan
22 Mulut Pedas
23 Patah Hati
24 Tawar Menawar
25 Taoge dan Mangga
26 Nasihat Oma
27 Sikap Mama
28 Parenting
29 Karena Andin
30 Ancaman Oma
31 Pikiran Andin
32 Lamaran Ditolak
33 Dara Mau Berubah
34 Melindungi Dara
35 Bertengkar Hebat
36 Salah Paham
37 Pernikahan Khanza
38 Mempublikasikan
39 Bertemu Kembali
40 Adik Ipar
41 Harta Warisan
42 Kebenaran
43 Mencari Dara
44 Kecurigaan
45 Masa Lalu
46 Mencurigai Andin
47 Buku Diary
48 Couvade Syndrome
49 Sidang Pertama
50 Panti Asuhan
51 Bertemu
52 Penjelasan Dara
53 Perasaan Raffa dan Dara
54 Berteman
55 Dara Pulang
56 Gara-gara Jamu
57 Dafa
58 Hadiah
59 Reza dan Fera
60 Mengidam
61 Berbuat Mesum
62 Bertemu Ayah Mertua
63 Si Kembar
64 Demam
65 Masih Demam
66 Menginap
67 Bertamu
68 Saudara Tiri
69 Kejadian Sebenarnya
70 Raffa Day
71 Seperti Lidi
72 Penuh Cinta
73 Acara Makan Malam
74 Minimal Feminim
75 Bela Diri
76 Kesakitan
77 Takdir yang Lucu
78 Firasat Buruk
79 Marah
80 Perbincangan Perempuan
81 Dunia Terbalik
82 Hendak Liburan
83 Risiko
84 Penasaran
85 Pengumuman Author
86 Pantai
87 Penyelamatan
88 Sunset
89 Tindakan Operasi
90 Duka
91 Pergi Selamanya
92 Kepercayaan Ibu
93 Pengungkapan Reza
94 Butuh Kamu
95 Kejujuran
96 Tidak Menangis
97 Kematian
98 Dara Siuman
99 Ikut Merasakan
100 Kepulangan Dafa
101 Terapi
102 Raffa Sakit
103 Kebahagiaan
104 Akhir Kisah (End)
105 Extra Part 1
106 Extra Part-2
107 Extra Part-3
108 Extra Part-4
109 Extra Part-5
110 Extra Part-6
111 Baby W
112 [Pemberitahuan]
Episodes

Updated 112 Episodes

1
Kehilangan
2
Tuduhan
3
Cambukan
4
Susu Putih
5
Hampir Dipecat
6
Kalah Taruhan
7
Sikap Reza
8
Sang Pahlawan
9
Kecelakaan Kecil
10
Hamil
11
Terbongkar
12
Pertunangan
13
Khanza dan Dara
14
Status Baru
15
Siapa yang Hamil?
16
Makan Malam
17
Kedatangan Oma
18
Pamali
19
Sebuah Pengakuan
20
Alergi
21
Merahasiakan
22
Mulut Pedas
23
Patah Hati
24
Tawar Menawar
25
Taoge dan Mangga
26
Nasihat Oma
27
Sikap Mama
28
Parenting
29
Karena Andin
30
Ancaman Oma
31
Pikiran Andin
32
Lamaran Ditolak
33
Dara Mau Berubah
34
Melindungi Dara
35
Bertengkar Hebat
36
Salah Paham
37
Pernikahan Khanza
38
Mempublikasikan
39
Bertemu Kembali
40
Adik Ipar
41
Harta Warisan
42
Kebenaran
43
Mencari Dara
44
Kecurigaan
45
Masa Lalu
46
Mencurigai Andin
47
Buku Diary
48
Couvade Syndrome
49
Sidang Pertama
50
Panti Asuhan
51
Bertemu
52
Penjelasan Dara
53
Perasaan Raffa dan Dara
54
Berteman
55
Dara Pulang
56
Gara-gara Jamu
57
Dafa
58
Hadiah
59
Reza dan Fera
60
Mengidam
61
Berbuat Mesum
62
Bertemu Ayah Mertua
63
Si Kembar
64
Demam
65
Masih Demam
66
Menginap
67
Bertamu
68
Saudara Tiri
69
Kejadian Sebenarnya
70
Raffa Day
71
Seperti Lidi
72
Penuh Cinta
73
Acara Makan Malam
74
Minimal Feminim
75
Bela Diri
76
Kesakitan
77
Takdir yang Lucu
78
Firasat Buruk
79
Marah
80
Perbincangan Perempuan
81
Dunia Terbalik
82
Hendak Liburan
83
Risiko
84
Penasaran
85
Pengumuman Author
86
Pantai
87
Penyelamatan
88
Sunset
89
Tindakan Operasi
90
Duka
91
Pergi Selamanya
92
Kepercayaan Ibu
93
Pengungkapan Reza
94
Butuh Kamu
95
Kejujuran
96
Tidak Menangis
97
Kematian
98
Dara Siuman
99
Ikut Merasakan
100
Kepulangan Dafa
101
Terapi
102
Raffa Sakit
103
Kebahagiaan
104
Akhir Kisah (End)
105
Extra Part 1
106
Extra Part-2
107
Extra Part-3
108
Extra Part-4
109
Extra Part-5
110
Extra Part-6
111
Baby W
112
[Pemberitahuan]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!