Setelah kepergian Dara. Raffa menghubungi Khanza untuk menjelaskan semua, tapi tak ujung diangkat oleh si pemilik ponsel. Raffa juga mendatangi rumah Khanza tapi satpam bilang jika tuan rumah belum kembali.
Keesokan harinya. Raffa bergegas mendatangi butik Khanza, kemungkinan tempat dia berada. Raffa tahu jika Khanza akan menyibukkan diri dengan pekerjaan agar tidak terlalu memikirkan masalah pribadi.
Ia membuka pintu ruangan Khanza. Wanita tersebut tersentak kaget. Raffa tidak memperdulikan reaksi Khanza. Ia menghampiri dan menarik Khanza dalam pelukannya. Raffa tidak sanggup bila harus berpisah.
"Sayang, kau harus mendengarkan penjelasanku."
"Tidak ada yang perlu dijelaskan." Khanza melepaskan diri. Raffa tidak tinggal diam. Dia menahan bahu Khanza. Menatap mamik mata sang kekasih yang mencoba menghindari tatapan Raffa.
"Sayang."
"Sudahlah, Raf. Hubungan kita sudah berakhir kau harus bisa menerimanya dan aku akan mencoba untuk melupakanmu." Menurunkan tangan Raffa. Khanza berbalik hendak menuju mejanya. Belum sempat Khanza melangkah, Raffa memeluknya dari arah belakang. Meletakkan kepala di celah leher Khanza.
"Kasih aku kesempatan kedua, Za."
"Untuk apa? Diam-mu membuktikan jika anak yang dikandung Dara memanglah anakmu."
"Aku akui telah mengkhianati cinta kita, tapi aku tidak bisa mengakhiri hubungan kita begitu saja, Za. Ada banyak kenangan yang kita ciptakan bersama dan tidak semudah itu melupakan segalanya."
"Kau tidak bisa lari dari tanggungjawab, Raf. Kau berani berbuat harus berani bertanggungjawab."
"Bagaimana denganmu. Aku tahu kamu tersakiti dan aku minta maaf menjadi alasanmu menangis."
"Ya, mungkin untuk beberapa hari aku akan menyibukkan diri agar teralihkan dari masalah ini."
Hening beberapa saat. Raffa dan Khanza menikmati waktu singkat ini dengan baik. Pelukan yang Raffa berikan semakin membebani perasaan Khanza.
" Menikahlah denganku, Za," ucap Raffa tiba-tiba. Khanza menggeleng, mengurai pelukan Raffa. Dia berusaha menghalau air matanya yang akan menetes.
Khanza memimpikan hari itu tiba. Di mana dia akan bersanding dengan Raffa sebagai pengantin wanita. Impiannya sekarang sirna dalam sekejap mata meninggalkan luka terdalam.
"Kau akan menikah, Raf, tapi bukan denganku, melainkan dengan Dara." Raffa mendekat meraih tangan Khanza, tapi wanita itu mengangkat tangannya. Menghentikan gerakan Raffa.
"Cintaku padamu tidak akan berubah.
Cintaku akan semakin besar dan hanya kamu pemilik cinta itu." Khanza berkaca-kaca. Hatinya mengiyakan, tapi logikanya masih bekerja.
"Kamu egois, Raf! Egois! Bukan hanya aku yang akan tersakiti, ada Dara dan anakmu juga. Please, Raf. Berhenti! Berhenti menolak kenyataan!" Khanza menggenggam kedua tangannya. Air matanya merebak keluar.
"Sadar Khanza sekuat apapun aku mencoba melupakanmu. Aku tidak akan pernah bisa. Kau cinta sejatiku." Menggoyangkan bahu Khanza supaya berpikir jernih.
"Cukup! Kau pikir siapa di sini yang paling terluka. Aku! Aku, Raf. Aku yang paling tersakiti." Menunjuk dirinya dengan tangis semakin deras. Tubuhnya meluruh ke lantai. Hatinya hancur berkeping-keping.
Khanza hanya dikhianati oleh orang yang paling dia cintai, lantas bagaimana dengan Dara yang hidupnya dihancurkan oleh Raffa. Bagaimana perasaan Dara mengetahui dirinya hamil tanpa ikatan. Bagaimana perasaan Dara ketika keberadaan anaknya ditolak oleh Raffa. Dara yang lebih tersakiti dari Khanza.
Setelah memutuskan hubungan dengan Raffa Khanza bisa memilih pria lain yang lebih dari Raffa dia bisa melanjutkan kehidupannya meski memerlukan waktu lama untuk menyembuhkan lukanya, sedangkan Dara, mana ada pria yang mau bersama wanita yang tengah mengandung anak pria lain. Yang ada Dara akan mendapat banyak hujatan oleh orang di luaran sana.
"Kita akhiri sampai di sini, Raf. Pergi lah aku ingin sendiri," ucap Khanza mengontrol emosinya.
"Za, mau bagaimana pun kondisinya aku akan tetap mencintaimu."
"Perkataan mu akan berubah seiring berjalannya waktu." Perkataan Khanza mengiringi kepergian Raffa.
Khanza kembali terisak mengingat setiap momen yang telah mereka lewati bersama. Kenangan manis itu hanya bisa Khanza ingat tanpa kembali bisa dia rasakan. Kini tidak ada lagi bahu untuk Khanza bersandar. Tidak ada lagi bujuk rayuan saat Khanza merajuk. Tidak ada lagi pelukan rindu setiap kali mereka bertemu.
"Berbahagialah Raf. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kebahagiaanmu."
"Dara, wanita yang baik. Aku yakin dia bisa membuatmu jatuh cinta."
Khanza bangkit mengambil ponsel di atas meja. Dia mencari nomor seseorang, kemudian menelponnya.
"Halo," ucap Khanza saat telponnya diangkat.
"Semua sudah beres, 'kan. Aku akan berangkat sekarang." Khanza menutup telpon. Dia membereskan meja kerja, kemudian mengambil tas keluar dari ruangan.
Khanza memutuskan mengambil proyek luar negeri sekedar melarikan diri dari masalah hatinya.
☘☘☘
Raffa mengendarai mobil secara ugal-ugalan. Dia melanggar beberapa peraturan lalu lintas. Membahayakan dirinya dan orang lain. Tujuannya mendatangi Dara, akar masalahnya. Menginjak gas semakin dalam. Menyelip kendaraan lain hingga beberapa dari mereka protes, tapi dihiraukan oleh Raffa.
Tiba di restoran memarkirkan mobil sembarangan. Raffa turun dia masih dalam suasana hati yang buruk.
"Panggilkan Dara," ucap Raffa pada kasir. Si mba kasir hanya menatap bingung dengan perintah pria dihadapannya.
"Cepat!" Menggebrak meja hingga si mba kasir tersentak kaget. Buru-buru dia masuk mencari keberadaan Dara.
"Dara, Dar. Ada yang nyariin lo buru temui atau yang ada nih restoran kena amarahnya." Dara tahu siapa yang dimaksud si mba kasir.
Dara melepas celemek, kemudian keluar tergesa-gesa tidak ingin lebih lama membuat Raffa menunggu.
Melihat keberadaan wanita yang ia cari. Raffa menarik Dara menuju mobil, tapi ada seseorang yang menghalangi langkah Raffa.
"Anda tidak bisa sembarangan membawa karyawan saya di saat jam kerja." Reza menatap Raffa.
"Jangan berusaha ikut campur ini urusanku dengannya." Melirik Dara.
Reza mengisyaratkan agar tidak mengikuti Raffa. Dara justru menggeleng dengan tersenyum menyakinkan Reza bahwa tidak akan terjadi sesuatu hal yang buruk.
Reza berat hati melepas kepergian Dara. Dia menyingkir dari hadapan Raffa. Reza memandang kepergian Dara dengan khawatir. Jika hari ini dia tidak memiliki pertemuan dengan pengusaha lain, sudah dia ikuti ke mana Raffa akan membawa Dara.
Raffa melajukan mobil meninggalkan restoran. Dara menatap lurus pada jalanan, rasa takut seketika menghampiri perasaan Dara.
Mobil Raffa berhenti pada jalanan yang jarang dilalui kendaraan. Menambah kekhawatiran Dara.
"Katakan apa mau mu."
"Aku tidak menginginkan apapun."
"Jangan bohong. Kamu sendiri yang berkata tidak akan meminta pertanggungjawaban dariku, tapi dirimu datang membawa orang tuamu untuk mengancam diriku."
"Demi apapun aku juga terpaksa menuruti keinginan mereka."
"Karena kamu Khanza memutuskan hubungan kami secara sepihak, sedari awal seharusnya saya tidak mempercayai perkataan mu."
"Tuan tolong jangan terus menyalahkan saya. Anda juga turut andil dalam permasalahan ini."
"Saya sudah memberi peringatan, tapi kamu menganggap remeh perkataan saya.
"Saya berada dalam posisi yang sulit tuan. Kedua orang tua saya sangat malu mengetahui putrinya hamil tanpa memiliki suami. Mereka hanya ingin yang terbaik untuk saya." Bohong Dara.
"Dengan cara mengancam saya. Iya, begitu!" Dara memejamkan mata karena teriakan Raffa. Pria itu tidak berpikir jika saat ini Dara sedang mengandung.
"Kau ingin kita menikah kan. Oke besok kita menikah dan jangan harap kau akan bahagia dalam pernikahan ini. Selamanya saya hanya akan mencintai Khanza. Begitu kau melahirkan tepat hari itu saya menceraikan kamu," ucap Raffa menancap gas kembali ke restoran.
Dara hanya diam meremas tangannya air mata menggenang di pelupuk matanya. Hidup penuh dengan ketidakadilan sungguh memuakkan, tapi tak ada yang bisa Dara lakukan selain menerima skenario Tuhan. Meyakinkan hati untuk bersabar akan ada kebahagiaan yang menanti Dara dan anaknya.
☘☘☘
Sore hari ketika Dara dan Fera akan pulang. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di samping mereka.
Dara terkejut melihat Khanza keluar dari mobil dan menghampiri Dara meraih tangannya.
"Dar, ikut aku sebentar saja," ucap Khanza.
"Ehh lo apaan si. Dara mau pulang bareng gue, minggir-minggir." Fera menepis tangan Khanza.
"Ayo, Dar. Ada yang mau aku omongin sama kamu." Khanza kekeh meminta Dara untuk ikut bersamanya.
"Maaf, Za. Aku mau pulang," tolak Dara.
"Please, Dar. Kali ini aja, demi kebaikan kamu."
Dara meminta pendapat Fera melalui gerakan mata. Fera berpikir sejenak, kemudian mengangguk. Mereka harus saling bicara bagaimana pun, bukan hanya mereka bertiga yang terlibat, tapi nasib anak Dara juga ditentukan.
Setelah mendapat anggukan dari Fera. Khanza menarik Dara untuk masuk ke dalam mobil.
"Jangan lupa anterin Dara pulang. Awas lo kalau ada apa-apa sama Dara. Gue smakdown lo," teriak Fera sebelum mobil Khanza meninggalkannya.
Khanza menyetir mobil dengan sesekali melihat Dara yang berada di sampingnya. Khanza mengendarai mobil tanpa tujuannya.
"Dara, maaf atas semua tindakan yang pernah Raffa lakukan sama kamu." Khanza memecahkan keheningan.
"Tak apa, Aku sudah biasa tersakiti, tapi maaf, Za. Karena aku kamu dan Raffa...," sendu Dara tidak melanjutkan perkataannya.
"Mungkin Raffa bukan pria yang tepat untukku. Aku akan mengikhlaskan dia untukmu," ujar Khanza.
"Tidak. Aku orang ketiga diantara kalian. Tidak sepatutnya kau berkata seperti itu. Tenang saja aku akan pergi jauh dari hidup kalian," ucap Dara
"Jangan egois Dara. Anakmu butuh status jangan mengorbankan kebahagiaan anakmu hanya demi aku dan Raffa. Hubungan kami memang sudah tidak bisa di selamatkan."
"Khanza, aku tahu kamu terluka. Dan aku tidak ingin merusak kebahagiaan orang lain demi anakku."
"Suatu saat nanti ketika anakmu beranjak dewasa, dia akan menanyakan keberadaan ayahnya. Apa kau tega membohongi anakmu. Dia akan dibully karena tidak memiliki status yang jelas," papar Khanza.
"Menikahlah dengan Raffa. Aku tahu awalnya akan sulit menyesuaikan diri dengan Raffa, tapi aku yakin kau bisa. Raffa pria baik, dia bisa menjadi suami dan ayah yang baik," sambungnya. Dara menggeleng, ia menolak persepsi Khanza. Di matanya Raffa sangat membenci Dara.
"Demi anakmu Dara. Anakmu berhak bahagia, kau jangan egois. Aku bisa mencari lelaki lain yang lebih baik dari Raffa."
***
Happy reading.
Maaf telat up. Tadi ada acara penting, sekali lagi aku minta maaf. Sampai ketemu nanti malam di up selanjutnya. Ehh ya maaf kalau ada typo ya.
Salam sayang dari aku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments
Alanna Th
aq jg gk mau nikah dg pcr yg sdh hamilin gds lain, skali trnoda gk bisa dprbaiki 👍😘💖
2022-05-06
1
Nani Kusnandi
kanza2 baik banget kamu .apa ada ya yg bgtu
2021-05-31
1
Noor Dech
aku pingin punya hati keduanya
Khanza dan dara
2021-05-20
1