Part 17

...Author POV...

Masih di posisi yang sama, Wira masih membiarkan tangannya mendekap mulut Lyra yang hampir keceplosan mengatakan tentang awal pernikahan mereka. “Jaga mulut kamu, jangan sampe itu terucap, baik Ibu kamu juga Ayah aku jangan sampai tau, kalau kamu masih mau mereka tetap sehat, paham?”

Lyra menangguk dengan sejuta kekecewaan, dia salah sangka, Lyra pikir Wira benar-benar ingin mengakhiri drama pernikahan dan menjalankan pernikahan yang sebenarnya tapi ternyata tidak.

“Iya, aku nggak akan bahas itu lagi. Kecuali cuma ada kita berdua,” sahut Lyra.

“Nggak, cuma ada kita pun kamu nggak perlu bahas itu. Cukup jalani aja pernikahan ini dan kehidupan kita layaknya suami istri.” Wira mundur beberapa langkah. Lelaki itu terlihat cukup kesal.

Lyra terdiam, meneruskan urusannya, mengemas pakaian ke dalam koper. Dalam pikiran yang kalut, akan ada banyak hal yang pasti terjadi kedepannya. Dan dengan bodohnya dia sudah menyerahkan semuanya kepada Wira. Bahkan mereka melakukannya tanpa pengaman, Lyra ingat dan pernah membaca jika hubungan suami istri di lakukan dalam masa subur maka kemungkinan besar kehamilan bisa terjadi. Dan kemarin adalah masa dimana Lyra baru selesai haid.

Seketika Lyra memegangi perutnya, berharap tidak akan ada yang terjadi di dalam sana sampai Wira benar-benar mengatakan bahwa pernikahan mereka bukanlah drama. Namun Lyra masih menaruh harapan besar karena saat itu suaminya mengatakan akan mengakhiri ketika kekasihnya kembali kesini, sementara Wira dan Hanna sudah putus? apa boleh Lyra berharap pernikahan ini akan selamanya?

“Kenapa? perut kamu sakit?” Lantas lelaki itu yang masih memperhatikan Lyra kembali mendekat saat mendapati istrinya menyentuh dan mengusap perutnya sendiri.

“Nggak kok, nggak kenapa-kenapa.” Lyra memindahkan tangannya, dan packing sudah selesai dengan Lyra mengunci kopernya.

Tidak mau mengecewakan Ibu, mereka memilih menerima tawaran Ibu untuk makan siang disini. Dan kembali usai melaksanakan sholat zuhur. Wira kembali menjadi imamnya saat itu. Hati Lyra teduh menjadi makmum, berdiri di belakang Wira. Menaruh harapan bahwa ini akan selamanya, bukan berarti dia sudah mencintai lelaki itu. Hanya saja, siapa sih yang ingin bercerai dan jadi janda? apalagi sudah di bobol, tentu rugi besar kan?

Setelah berpamitan dengan Ibu, dan dengan sedikit drama yang terjadi. Ibu menangis, Lyra menangis. Padahal Wira berjanji akan membawa Lyra pulang kapan pun dia mau, bersedia mengantar jika ada waktu. Dan Ibu juga berpesan jangan pulang dan menginap disini tanpa suami kamu, itu artinya Ibu tidak mau mereka berpisah walau hanya sebentar saja.

...🌸🌸🌸...

“Malam ini kita di undang Ayah untuk makan malam dirumah,” ucap Wira saat mereka sudah di mobil.

“Jadi, ketemu Ibu dan Mbak kamu juga?” Lyra langsung lemas, dia tidak siap akan hal itu. Memang, mereka itu tidak pernah mengumpatnya secara langsung, tapi Lyra dapat merasakan dari tatapan saja. Padahal Lyra pernah bermimpi punya mertua yang baik, bisa masak bersama, shopping, dan jalan-jalan. Tapi sepertinya hal itu tidak mungkin dapat ia rasakan. Sudahlah, yang penting Wira masih bersikap baik padanya walau kadang berucap manis saat ada maunya saja.

“Ya menurut kamu? mereka masih tinggal satu atap. Ya pastilah ada mereka juga,” sahut Wira.

“Kalau gitu, tunggu sebentar. Aku nggak bawa baju bagus, sebentar kamu tunggu disini aja Mas. Aku nggak lama.” Lyra kembali membuka pintu di sampingnya namun seketika di tahan oleh Wira.

“Kamu mau balik lagi jalan kerumah panas-panasan? please jangan kayak orang kurang kerjaan, kita beli aja sambil jalan pulang. Kamu mau berapa pasang baju dan harga berapa? bilang aja.” Dengan angkuhnya lelaki itu mengeluarkan kartu debitnya black card, dan memberikannya pada Lyra.

“No no no, nggak usah. Boros! itu namanya pemborosan Mas, kalau masih ada yang bisa di pake kenapa harus beli.” Lyra menolak. Wira menghela napas kasar, tak di sangka istrinya ini ternyata cukup keras kepala. Disaat perempuan lain berlomba-lomba bisa memiliki kartu saktinya itu, Lyra justru menolak mentah-mentah. Dia itu statusnya istri dan tentu lebih berhak segalanya, sementara dulu cewek-cewek tidak tahu malu, baru mantan gebetan saja sudah minta di bayarin shopping.

Dan Lyra masih tetap memaksa untuk turun dari mobil.

“Kamu turun, aku langsung jalan.” ucap Wira santai namun penuh ancaman.

“Lagian Mas Wira juga kenapa nggak bilang dari tadi waktu kita masih dirumah,” berdecak kesalnya bukan main.

“Aku lupa, tadi kita sibuk berdebat untuk hal yang nggak penting.” Tanpa menunggu lagi jawaban Lyra, ia langsung melajukan mobilnya.

Dan mereka berhenti di sebuah butik muslimah ternama di kota itu, Lyra terkejut mengingat harga disitu pasti fantastis.

“Mas disini mahal loh,” celetuk Lyra.

“Iya tau, terus kamu pikir, aku nggak sanggup bayar? jangankan beli baju-baju disini, buka butik seperti ini untuk kamu pun aku mampu kalau kamu mau.” Nadanya cukup angkuh, Lyra hanya menggelengkan kepalanya, dan memonyongkan bibir mulutnya bergerak untuk mempraktekkan cara berbicara suami angkuhnya barusan, tanpa suara.

“Shomboooong,” celetuk Lyra.

“Apa? bilang sekali lagi!”

“Dasar orang kaya somb—“

Bibir Lyra terbungkam sudah, matanya membulat. Kecupan, lumataan penuh hasrat mendarat di bibirnya berlangsung sekitar satu menit. Lyra memukul-mukul bahu lelaki itu, saat dia merasa kehabisan oksigen.

“Aku bisa perkosaa kamu disini kalau masih berisik, jangan protes, nurut aja. Ayo turun!”

Lyra merinding seketika, melihat ke jok belakang membayangkan jika benar suami mesumnya melakukan hal itu disini.

Dua belas setelan baju, tuniq, celana panjang serta gamis dan juga lengkap dengan kerudung, sudah terkumpul di kasir. Tanpa di coba terlebih dahulu, Wira langsung memilih semua itu untuk istrinya. Lelaki itu mengatakan Lyra tidak perlu mencobanya lagi karena ukurannya sudah pasti pas dan dia sudah hapal ukuran Lyra mengingat bagaimana bentuk dan lekuk tubuhnya.

Lyra hanya menurut, untunglah selera suaminya itu bagus. Dan sesuai dengan keinginannya.

“Totalnya empat belas juta delapan ratus ribu, Pak.” ucap pegawai kasir. Lyra panik bukan main, meski sudah menduga disini mahal, tapi tak pernah ia sangka akan semahal ini. Untuk dua belas setelan baju serta kerudung dengan total hampir lima belas juta.

Dengan santainya Wira mengeluarkan kartu saktinya, debit, bukan kredit.

“Mbak kalau nggak cocok bisa di tukar nggak?” tiba-tiba Lyra menanyakan hal yang tak pernah Wira duga.

“Maaf nggak bisa Mbak,” ucap petugas kasir dengan ramah.

Wira sudah selesai melakukan pembayaran, dua pegawai butik membantu membawakan enam paper bag menuju mobil mereka.

“Mas... kamu nyadar nggak sih, itu tuh tadi berlebihan banget, semahal itu cuma untuk baju.” Ya meski Lyra tak mengeluarkan uang pribadinya sepeserpun. Rasanya tak rela saja uang segitu di belanjakan hanya untuk baju.

“Masih dikit itu, dulu mantan-mantan aku sekali belanja sampe puluhan juta, itu juga masih kurang.”

Lyra menutup mulutnya, tak percaya. Puluhan juta katanya? dimana sih otak perempuan yang menggunakan uang segitu banyak hanya untuk foya-foya.

“Terus habis kamu belanjain sebanyak itu, putus. Kamu nggak nyesal?” tanya Lyra polos.

“Ya enggak lah, anggap aja sedekah.” ucapnya santai. Lyra geleng kepala, sedekah itu cocoknya ya untuk orang-orang yang kurang mampu dan yang membutuhkan.

...Dikit dulu ya 🙏...

Terpopuler

Comments

Efvi Ulyaniek

Efvi Ulyaniek

ya ga sedekah lha wong dibayar lunas dg ena ena...

2022-08-24

0

Nindi Silvana

Nindi Silvana

kan emng mereka butuh lyra hahaaa, Wira juga butuh dipuaskan😂

2022-06-03

0

Bunga_Tidurku

Bunga_Tidurku

kan mereka jg ga mampu sm butuh, kalo mampu mah g bakal mnt bayarin

2021-12-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!