Part 8

...Lyra POV...

Sejak mengetahui nama lengkap Wira, namanya terus terngiang-ngiang dan berputar-putar dikepalaku. Apalagi nama belakangnya, Pranaja yang aku yakin adalah nama ayahnya. Mungkin, nama Pranaja sedikit pasaran dan banyak di gunakan, jadi aku tak perlu mengait-ngaitkan dengan hal-hal lain.

Semuanya sudah beres, tinggal menunggu temanku yang tampan dan baik hati, Juna. Juna dengan senang hati akan menjemput kami dan mengantar ibu pulang kerumah, ngomong-ngomong saat ibu akan di rawat, Juna juga yang merekomendasi rumah sakit ini. Awalnya aku ragu biaya disini pasti mahal, namun Juna mengatakan bahwa tak perlu risau, ia akan mengurus semuanya setelah ibu dinyatakan sehat. Aku berteman dekat dengan lelaki itu sudah hampir empat tahun, namun begitu banyak rahasia tentang dirinya yang tak pernah aku ketahui termasuk keluarganya. Yang aku tahu, Juna anak dari keluarga berkecukupan dan serba ada, hanya itu. Namun ia tak pernah menunjukkan seberapa kaya orang tuanya, mobil yang ia gunakan pun masih biasa saja, masih layak di gunakan untuk mahasiswa.

Aku sudah selesai mandi, dan setelah mengantarkan ibu, aku berencana pergi ke kampus dengan Juna untuk mengurus beberapa hal terkait skripsi dan membuat laporan mingguan tentang magang.

“Selamat pagi,” tanpa berani masuk, Juna hanya mengintip dari luar, balik pintu. Padahal sudah aku katakan bahwa dia menunggu saja di parkiran, tidak perlu sampai kesini.

“Pagi, masuk Jun!” pintaku.

“Ibu, udah sehat? maaf Juna nggak sempat berkunjung lagi. Kemarin-kemarin sibuk banget, ada beberapa tugas penting dari perusahaan dan juga dosen,” ucapnya sembari menghampiri Ibu.

“Nggak apa-apa Jun, nih Ibu udah sehat,” Ibu memang sudah akrab dengan Juna. Ibu senang dengannya, menurut Ibu dia cukup sopan, meski kaya namun selalu rendah hati.

“Alhamdulillah,” lalu Juna beralih pandangannya ke arahku, meraih dua tas yang sedang aku bawa.

“Biar aku aja,” ucapku.

“Kamu mau jadi cewek berotot?” ucapnya.

“Ini nggak berat Jun, jangan lebay ah!”

“Berisik! sini!”

Aku menyerah dia tetap memaksa untuk membawa dua tas. Dan akhirnya yang aku lakukan adalah mendampingi ibu berjalan.

“Oh iya, aku selesaikan administrasinya dulu, tenang Ra. Aku nggak ingkar janji kok.”

“Jun, tapi... udah selesai kok semuanya.”

“Kamu bayar? kan udah aku bilang—“

“Enggak Jun, pokoknya udah selesai aku nggak ngelurain uang sepeser pun,” jelasku tanpa detil. Tak mungkin aku mengatakan padanya bahwa suami dadakan ku yang sudah menyelesaikannya.

Juna pasti kaget jika mengetahui statusku yang sebenarnya sekarang. Meski kami hanya teman, tapi dia cukup peduli denganku, termasuk urusan cowok-cowok yang berniat mendekatiku harus melalui seleksinya. Aku tak pernah kepedean atau merasa Juna menyukaiku, tidak. Juna tidak pernah menunjukkan dan mengarah kesana, jadi aku anggap Juna murni hanya baik denganku sebagai teman. Dan dia juga sering membantu teman-teman lain, tidak hanya aku.

“Kok bisa?” Juna masih belum terima ternyata, penjelasanku masih kurang jelas.

“Nanti deh aku cerita, yuk kita buru-buru kan? aku belum ngerjain laporannya sama sekali loh.” Ku alihkan sebelum pertanyaannya semakin panjang, ku lihat Juna menghela napas, dia mengalah.

...🌸🌸🌸...

Usai mengantarkan Ibu, aku dan Juna pamit untuk pergi ke kampus sesuai rencana kami. Tapi sebelumnya, Juna mengajakku untuk singgah di perusahaan terlebih dahulu, perusahaan tempat kami magang. Juna banyak membantuku, salah satunya aku bisa lolos magang di salah satu perusahaan property ternama di kota ini. Menurutku, Juna pasti kenal dengan pemilik perusahaan, karena dengan mudahnya ia masuk ke sana dan juga sebagian petinggi disana mengenalnya dengan baik. Aku pernah bertanya pada Juna tentang itu, tapi ia selalu menjawab, perusahaan itu milik kenalan keluarganya. Dan aku juga di perlakukan sangat baik disana, meski hanya anak magang demi nilai akhir dari tugas kuliah.

“Jun, kamu... berapa bersaudara?” tanyaku ragu-ragu, dia menoleh dan tersenyum tipis.

“Kenapa?” malah balik bertanya.

“Hm, penasaran aja.”

“Hampir empat tahun kita temenan, kamu baru penasaran sekarang, kemarin-kemarin kemana aja?”

Dia selalu saja seperti ini, setiap ku tanya tentang hal pribadinya, seolah mengelak untuk menjawab. Mobil Honda CR-V keluaran terbaru yang kami tumpangi akhirnya berhenti tepat di parkiran perusahaan, area parkir khusus Direktur. Juna cukup berani pikirku, jika nanti Direktur yang sebenarnya datang, bagaimana?

“Ya kan aku cuma pingin tau, kalau kamu nggak mau jawab, its okay,” sahutku kesal.

“Aku tiga bersaudara, aku anak bungsu. Aku punya Mbak dan Mas, tapi kami bertiga nggak akrab.” jelasnya. Aku mangut-mangut.

“Keluargaku aneh Ra, jadi ku pikir nggak ada yang perlu aku ceritain tentang keluargaku,” lanjut lelaki yang memiliki nama lengkap Arjuna Mahendra Pranaja.

“Aneh gimana sih?” tanyaku heran.

“Ya aneh aja, Ibuku suka ngatur. Ayahku yang katanya bakalan ngasih kebebasan ke kami, nyatanya juga aku di atur meski yang beliau pinta itu ada baiknya untuk hidup kami bertiga, tapi diantara kami bertiga, Mas ku yang paling bangkang,” Jelas Juna lagi, tak ku sangka setelah sekian lama akhirnya dia berani bercerita sedikit tentang keluarganya yang katanya aneh itu.

“Dan kamu mau tau yang lebih aneh? Mas ku katanya mau nikah dalam waktu dekat, entah sama siapa. Yang aku tau pacarnya lagi di luar negeri, aku rasa Ayah menjodohkannya. Oh ya, nanti kalau emang undangannya udah ada, aku bakal ngasih kamu kok, kamu wajib datang!” aku membiarkan Juna berbicara panjang lebar, sepertinya ia sedang curhat. Juna yang selama ini tertutup, akhirnya terbuka juga.

“Okey, kalau kamu yang ngundang aku pasti datang kok!” seruku. Haruskah aku jelaskan pada Juna bahwa sebentar lagi aku juga melangsungkan resepsi pernikahan?

“Jun...” ku panggil dia dengan pelan, saat kami sudah turun dari mobil.

“Ya?” dia berbalik menungguku.

“Nggak jadi, ntar aja.” aku ragu, ini bukan saat yang tepat untuk menjelaskan.

...Wira POV...

Hari ini aku sedikit sibuk, hatiku gelisah karena peresmian pernikahanku tinggal beberapa hari lagi. Undangan sudah selesai di cetak. Ayah memang hebat, ia bisa mengurus semuanya tanpa aku peduli sedikitpun. Dan untuk beberapa hari ini aku akan menginap dirumah, karena Ayah juga sudah pulang kerumah. Kesehatannya membaik, aku senang.

Sejak kemarin, Hanna terus mengangguku, perempuan sialaan itu ternyata masih berada disini, belum kembali ke Sydney. Aku benar-benar muak! Aku memblokir nomornya, usahanya masih keras menghubungiku dengan menggunakan nomor lain.

Setelah menemui Ayah, berbicara perihal resepsi, aku berniat kembali ke kamar.

“Mas Wira!” adikku satu-satunya, menarik lenganku dengan sedikit kasar. Aku menoleh, menatapnya tajam. Tak pernah dia seberani ini dengan ku.

“Ada apa?” tanyaku, ku lihat dia membawa undangan pernikahan ku dan Lyra.

“Bisa kamu jelaskan Mas? perempuan ini siapa?” pertanyaan macam apa itu. Ia menunjuk nama Lyra disana.

“Tentu dia calon istriku, apa urusannya denganmu?”

“Maksudku, asal-usulnya, tempat tinggal, dia bekerja atau kuliah di—“

“Aku nggak tau! aku juga belum begitu kenal, dan aku lagi pusing, kita bahas nanti aja.” aku tak peduli lagi dengannya yang masih terlihat bingung, ku teruskan langkahku untuk naik ke kamarku. Biasanya dia tak pernah terlihat peduli tentang apapun yang berkaitan denganku, begitu juga sebaliknya. Hubungan kami tak seakrab itu.

“Mas Wira!” ternyata dia benar-benar keras kepala, aku memilih tetap melangkah dan meninggalkannya.

Lyra Mahayu Anjani, nama yang indah meski orangnya cukup menyebalkan. Yang tak bisa kubayangkan adalah kepolosannya. Apa masih ada gadis di jaman sekarang yang hidupnya lurus-lurus saja? masih terngiang dalam ingatanku bagaimana paniknya dia ketika tahu aku yang menggantikan pakaiannya saat dia pingsan beberapa hari yang lalu.

Apalagi dia mengatakan, pertama kali untuknya. Jadi, aku laki-laki beruntung yang pertama kali bisa melihat tubuhnya? sungguh di luar dugaan, aku pikir banyak mahasiswi di luar sana yang pasti gaya berpacarannya tidak bersih, ya meski mereka di tutupi dengan hijab. Ternyata, tidak semuanya seperti itu, aku tak tahu ini apa, yang jelas aku bangga aku laki-laki pertama yang melakukan itu padanya, dan aku akan melakukan lebih dari itu nanti tiba saatnya.

...Author :...

...Aku tau kalian penasaran, dan pingin lanjut baca terus. Tapi aku juga manusia biasa sama seperti kalian, punya kegiatan lain selain ini. Aku juga ngurus anak, suami, dll. Jadi tolong, tidak up cepat bukan berarti aku sengaja, aku juga maunya cepat-cepat. Tapi apa daya, waktu terbatas. Tolong mengerti ya, jangan tinggalin komen yang nggak enak dan bikin malas lanjut. Makasih atas pengertiannya 🙏...

Terpopuler

Comments

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

𝕭'𝐒𝐧𝐨𝐰 ❄

waw adek ipar ya

2025-03-13

0

Dewa Rana

Dewa Rana

Juna adik ya Wira ya

2024-11-06

0

nobita

nobita

like like... dan bikin penasaran alur ceritanya

2023-07-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!