Part 2

...Wira POV...

Itukah calon istri yang kamu ceritakan?" pertanyaan Ayah membuatku bingung, memang aku sempat bercerita tentang calon istriku tapi bukan dia. Gadis sederhana yang bahkan aku tak tahu siapa nama dan asal usulnya. Calon istri yang aku maksud adalah Hanna. Perempuan cantik yang aku cintai, kini tengah mendalami pendidikan spesialis kecantikan di Sydney, Australia. Aku sempat berjanji pada Ayah akan menikah dalam waktu dekat. Usiaku memang sudah pantas untuk membina sebuah rumah tangga. Tahun ini menginjak tiga puluh satu tahun. Maka Ayah terus saja mengejarku untuk menikah, dan bukan hanya Ayah, tapi juga mama dan kakakku.

"Wira? Ayah menunggu jawabanmu!" Ayah membuyarkan lamunanku, apa yang harus ku jawab saat ini.

"Ayah nggak punya waktu lama lagi, Ayah ingin melihat kamu menikah sebelum Ayah pergi..." suara Ayah semakin lemah, aku tak tega mendengarnya. Harus ku akui aku memiliki watak yang keras. Tapi itu tidak berlaku untuk orang-orang yang aku cintai.

"Ayah... tapi, dia bukan—"

"Jangan bikin Ayah kecewa, Wira! kamu berjanji akan menikah sejak enam bulan yang lalu, sejak Ayah masih sehat sampai Ayah nggak berdaya lagi seperti ini kamu masih saja mau menunda?" kali ini, Ibu bersuara. Membuatku semakin gusar. Aku merasa tersudutkan dan sialnya mengapa aku harus menyeret perempuan ini sampai kesini hingga dia terbawa-bawa dalam masalah percintaanku yang rumit.

"Panggil Penghulu, nikahkan mereka sekarang juga! semua perusahaan kita harus ada pewaris dan penerus," Ayah berkata demikian kepada dua orang kepercayaannya yang setia menunggu Ayah sejak berbaring disini. Bisa di katakan mereka lebih setia daripada aku.

"Baik Tuan," Arman, salah satu orang kepercayaan Ayah segera keluar dengan ponsel yang ada di tangannya. Aku hanya bisa pasrah dengan segala keputusan konyol ini.

Pandanganku beralih pada gadis yang aku seret ke dalam masalah tak terduga. Dan dia tengah menangis, aku mendekatinya. Ku raih tangannya, namun dia segera menepisnya. Aku memaksa, ku dekatkan wajahku ke telinganya yang berbalut kerudung. "Tolonglah saya kali ini, maka setelah ini kamu akan bebas. Berpura-puralah paling nggak selama tiga bulan ke depan. saya lakukan apapun yang kamu minta!" aku berbisik di telinganya sambil tersenyum semanis mungkin, seolah sedang membisikkan kata mesra.

"Kalau nggak bisa senyum, setidaknya jangan nangis! pura-pura bahagia saja!" ucapku lagi, masih berbisik halus.

Gadis itu menunduk, mengusap air matanya. Sebenarnya aku juga iba, namun aku membutuhkannya saat ini untuk masuk ke drama pernikahan dalam sebuah keluarga yang suka menuntut dan memaksa.

***

Gadis bernama Lyra Mahayu Anjani yang baru beberapa menit lalu menjadi istri sah ku itu kembali menangis, aku tak peduli. Yang terpenting saat ini adalah Ayah yang sudah bisa sedikit tenang. Ayah yang sering berkata bahwa hidupnya tak lama lagi. Meski sebenarnya aku tak tega melihatnya yang terus sakit-sakitan. Jauh di dalam lubuk hatiku, aku masih ingin Ayah hidup lebih lama. Melihatku lebih sukses dari pada ini. Tapi bagi Ayah kesuksesan seorang laki-laki adalah berhasil atau tidaknya membina rumah tangga yang baik, mendidik anak dan istri. Membentuk keluarga yang sempurna dan bahagia. Sama seperti yang ia lakukan kepada kami, anggota keluarganya.

"Kenapa kamu menangis, Lyra?" baru kali ini Aku melihat Ayah tersenyum selebar itu saat berbicara dengannya. Aku tak mengerti sihir apa yang di miliki Lyra hingga Ayah langsung menyukainya. Konyol memang, aku tak mengenalnya sama sekali.

"Nggak apa-apa Pak," Lyra masih saja terisak, saat sesekali kami saling bertatapan, aku menatap tajam ke arahnya memberi isyarat bahwa berhenti menangis.

"Loh, kenapa masih manggil Pak toh? Ayah, sekarang ini juga Ayahmu," pengucapan Ayah dengan rasa bangga akan menantu barunya itu.

Pernikahan kami memang baru sah di atas agama, belum sah secara hukum karena kami baru menjalankan pernikahan siri. Dan Aku berjanji pada Ayah akan segera mempercepat urusan lainnya agar kami juga sah secara hukum. Aku benci keadaan ini, cepat atau lambat aku akan menceraikannya. Aku tidak mengenalnya, apalagi mencintainya? bagaimana mungkin kami hidup bersama?

"Maaf Ayah... Lyra nggak kenapa-kenapa," entah dia berpura-pura baik, atau dia memang gadis yang baik. Sejak tadi ku perhatikan dia berbicara cukup sopan dengan kedua orang tuaku. Aku yakin, saat ini hanya Ayah lah yang senang akan kehadirannya. Tidak dengan Ibu dan Kakak perempuanku yang selalu memandang orang dari penampilan dan latar belakang.

Aku masih memperhatikan Lyra yang tengah duduk di hadapanku, kami di pisahkan oleh ranjang rawat dimana Ayah berbaring disana. Ku lihat pandangan gadis itu semakin sayu, matanya seperti sulit terbuka. Dan... "Lyra!" Ayah cukup panik melihatnya tumbang bersama kursi yang dia duduki.

"Wira, istri kamu pingsan! kenapa kanu diam saja?" Aku heran, Ayah masih saja punya tenaga untuk membentakku seperti barusan? melihatnya seperti itu, terkadang aku lupa kalau Ayah sedang mengidap penyakit.

Aku menggerutu dalam hati, mengapa belum satu jam menjadi istri, gadis aneh ini sudah menyusahkanku? Dengan sangat terpaksa aku menggendongnya, aku baringkan tubuhnya di atas sofa. Lyra benar-benar terlihat pucat. Aku menggunakan stetoskop yang melingkar di leherku, kebetulan aku membawanya karena saat ini aku memang sedang bertugas. Dengan hati-hati aku memeriksanya, mendengarkan detak jantungnya yang tak beraturan. Setelahnya kupanggilkan para perawat untuk mengurusnya dan memindahkannya ke ruang rawat pasien tepat disebelah ruang Ayah.

"Wira!" Ibu memanggilku sebelum aku keluar, aku menoleh dan berhenti. Ibu terlihat menatapku dengan tatapan mengerikan.

"Ada apa denganmu?" aku sudah paham kemana arah pembicaraan Ibu.

"Kita bahas nanti saja Bu," ku pijat pelan pelipisku. Kepalaku hari ini terasa berat. Memikirkan masalah yang datang silih berganti. Ku lihat Ayah sedang tertidur dengan lelap dan wajahnya terlihat damai. Sebahagia itu kah Ayah menyaksikanku mengucapkan akad?

"Lyra jauh dari standar tipe perempuan pilihan kamu, lalu ada apa Wira? mengapa bisa dia?"

Ibu memaksa, terus mendesakku dengan berbagai pertanyaan. "Ayah salah paham, Ayah memaksa, semua aku lakukan demi Ayah. Ibu lihat bagaimana senyum Ayah tadi padanya? sudah lama bukan kita nggak melihat Ayah tersenyum seperti itu?"

Bukan hanya aku, Ibu pun terlihat frustasi sepertinya. "Lantas siapa dia?"

"Aku baru bertemu dengannya beberapa jam lalu, di koridor lantai dasar. Aku mencari dompetku yang aku yakini jatuh disekitar sana, ternyata benar. Dia yang menemukan dan aku tak bisa melepaskannya begitu saja, bahkan sampai detik ini aku belum sempat memeriksa apa yang hilang? udah lah Bu. Nggak usah di perpanjang!"

Ku harap penjelasan panjangku kepada Ibu dapat memberinya pengertian. Aku terlalu malas membahas masalah ini sekarang.

"Cepat atau lambat ceraikan dia! Ibu bisa cari kamu gantinya, yang lebih pantas sama kamu!"

Aku memilih pergi, tidak mengiyakan juga tidak menolak pernyataan Ibu, lebih tepatnya saat ini aku menghindari pertengkaran sebelum kakak perempuanku yang cerewet juga ikut campur.

Dalam hitungan menit, aku sudah berada di dalam ruang rawat dimana Lyra berbaring disana. Infus sudah terpasang di tangan kirinya. Aku mendiagnosa Lyra saat ini tak memiliki tenaga, asupan makanan dan nutrisi sangat minim di tubuhnya. Siapa sebenarnya gadis ini? apa dia tak memiliki waktu atau mungkin uang untuk sekedar mengisi perutnya?

Aku mendekat ke arahnya, tanganku terulur untuk membuka perlahan kerudungnya yang terlihat berantakan. Aku yakin saat ini aku sedang tidak waras, mengapa aku ingin sekali memuji paras cantiknya tanpa kerudung? leher jenjangnya yang putih halus terlihat sangat menganggu. Aku rasa perasaan aneh ini wajar karena aku sudah lama tak menikmati skin to skin dengan Hanna karena kami sedang LDR.

Aku rasa Lyra jelas tak sebanding dengan Hanna. Hanna-ku memiliki bentuk tubuh yang cukup indah, hanya melihatnya mengenakan dress ketat saja aku sudah tergiur untuk menyentuhnya. Ya, gaya kami berpacaran memang jauh dari kata bersih. Kami sering melakukannya, kadang aku tak ingin tapi kalau Hanna yang memulai aku bisa apa. Apalagi saat di apartemenku, hanya ada kami berdua.

Sebagai seorang pasien, Lyra pantas di perlakukan dengan layak seperti pasien lainnya, meski aku takkan membebani biaya perawatan ini padanya. Aku hanya menuruti kata Ayah, saat akad mengatasnamakan dirinya tadi terucap di mulutku, detik itu juga Lyra menjadi tanggung jawabku lahir dan bathin. Maka tentu saja tak mungkin aku menagih biaya perawatan ini padanya.

Ku ambil sepasang baju pasien khusus rumah sakit ini, tanpa ragu aku membuka satu persatu kancing kemeja berbahan jeans yang aku yakin Lyra pasti kegerahan memakainya. Menurutku, sah-sah saja aku melakukan ini aku adalah suami sahnya. Ingin sekali ku tutup mata saat kancing sudah terbuka semua, kemeja kebesaran itu ternyata mampu menutupi bagian aset kembarnya yang berukuran di atas rata-rata. Ah, aku semakin gila dan cukup gerah melihat ini. Aku menggantinya dengan cepat, tanpa menikmati sedikitpun pemandangan di hadapanku, begitu juga dengan bagian bawahnya. Apa ia sengaja menggunakan dalaman serba hitam untuk terlihat menggoda? tapi menggoda siapa?

Sial! juniorku tak bisa di ajak kompromi, dasar tidak tahu diri. Bisa-bisanya bereaksi hanya melihat pemandangan seperti ini? tidak pantas! harusnya, hanya Hanna lah yang mampu mengusik kebangkitannya.

...Bersambung...

...Jangan lupa like dan komentar ya. Semoga yang baca sudah cukup umur, karena akan ada banyak konten dewasa nantinya. Semoga terhibur....

Terpopuler

Comments

Massunamiyatha

Massunamiyatha

wira ternyata laki2 yg tidak bisa dipeejuangkan, rugi dong lira dapat wira....yg udh tak perjaka lagi

2023-03-02

0

Dinar David Nayandra

Dinar David Nayandra

kasian bgt lyra dapet barang seken

2023-01-21

0

lovely

lovely

seperti biasa kbnyakan novel yg cowok g perjaka tukang berzina yg cewek g tersentuh bahkan cewek baik² realnya ga masuk akalll cewek baik harusnya buat cowok baik pula🥵

2023-01-02

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!