Part 5

...Lyra POV...

Aku hampir gila rasanya membayangkan bahwa aku sudah menjadi seorang istri hanya dalam hitungan jam. Sepanjang perjalanan ke kampus, aku tidak konsentrasi sama sekali saat mengendarai motor hingga beberapa kali hampir bersentuhan dengan pengendara lain saat berhenti karena lampu lalu lintas. Hari ini benar-benar penuh kejutan, aku mengira bahwa Pak Darwin, dosen pembimbingku sudah pergi lantaran aku terlambat menemuinya. Tapi ternyata tidak sama sekali, aku bersyukur masih bisa menemuinya bahkan ternyata skripsiku hanya perlu satu kali revisi lagi. Betapa bahagianya itu artinya, setelah selesai magang aku bisa langsung ujian sidang.

Tepat sebelum maghrib aku sudah tiba dirumah sakit, ku lihat Ibu sedang bersantai sambil menonton TV. Aku tenang, wajahnya sedikit lebih baik. Tidak menderita seperti kemarin-kemarin.

"Kamu udah balik nduk? gimana lancar?" tanya Ibu. Aku mendekat ke arahnya, "Alhamdulillah lancar Bu, pokoknya Ibu do'akan aja Lyra wisuda awal tahun."

"Aamiin," sahut Ibu cepat.

"Oh ya, tadi kata perawat, besok Ibu udah boleh pulang. Dan kamu tau? kita bebas biaya rumah sakit," tampak raut wajah ibu begitu bahagia saat mengatakan itu. Matanya berbinar. Aku mendesah pelan. Tuan dokter ternyata tidak melupakan janjinya.

"Kenapa ya? kok tiba-tiba di kasih biaya perawatan gratis?" Ibu mengubah posisinya menjadi duduk bersandar.

Bagaimana ini? bagaimana aku harus memulai cerita bahwa aku telah berubah status menjadi seorang istri? terjebak dan masuk dalam perangkap drama orang kaya. Ya ampun... aku bingung, yang aku khawatirkan adalah bagaimana reaksi ibu. Jangan sampai gara-gara aku mengatakan semuanya, ibu tidak jadi pulang dan malah menambah hari untuk bermalam di rumah sakit.

"Bu... kalau misalnya, Lyra menikah dalam waktu dekat, apa ibu setuju?" aku menanyakan itu di sertai senyum dan tawa khas ku ketika aku bercanda dengan ibu.

"Hem? memangnya ada yang mau sama kamu?" sama sepertiku, ibu pun merespon itu dengan tawa kecil.

"Ya... kalau misalnya Bu, seandainya, Ibu ngizinin nggak?" aku merapatkan bibirku kemudian, semakin mendekat pada ibu.

"Nggak ada salahnya, Ibu cuma perlu tau dia laki-laki seperti apa? bisakah dia menghidupimu, memberimu kehidupan yang layak? memperlakukanmu dengan baik, dan jangan pernah menyia-nyiakan kamu, harta berharga satu-satunya milik Ibu dan Ayah."

Tak ku sangka jawaban Ibu akan sedetil itu, aku harus menjawab apa? mungkin untuk pertanyaan pertama, aku bisa menjawab. Itu sudah pasti karena aku akan menjadi menantu orang kaya, tentu hidupku akan terjamin. Tapi untuk pertanyaan selanjutnya, aku tak yakin.

"Dia seorang dokter, Bu." sahutku cepat.

Ibu mengernyitkan dahi heran, "Sejak kapan pergaulan kamu sampai ke orang yang berprofesi dokter dan bahkan mau menikahimu?" tentu Ibu heran, selama ini ruang lingkup pergaulanku adalah kampus, kafe tempat ku bekerja dan perusahaan property tempat aku magang. Aku adalah mahasiswi tingkat akhir dengan jurusan Ekonomi Management. Sangat bertolak belakang bukan jika kenalanku adalah dokter? itu semua tentu karena selama dua hari ini aku harus bolak balik kesini. Hingga karena dompet sialan itu aku harus menerima ini semua.

"Jodoh nggak ada yang tau Bu," aku menampilkan cengirku, sumpah aku bingung bagaimana menjelaskan semuanya. Tapi aku tak mungkin mengatakan yang sesungguhnya bahwa pernikahan ini hanyalah drama dan sementara. Aku tak mau mengecewakan ibu.

"Jangan menghayal lah, fokus aja sama kuliah!"

Ibu membuat gerakan tangan di udara tanda tidak setuju!

"Lyra serius Bu, minggu depan nikahnya," entah dari mana aku mendapatkan keberanian hingga tanpa ragu mengatakan yang sebenarnya.

Ibu malah tertawa dan membuat ku semakin bingung. "Selama ini, kamu pacaran sama dokter?" lantas secara tiba-tiba Ibu memasang wajah cukup serius. Aku menyibukkan diri membereskan benda-benda yang berserakan di atas meja tempat samping ranjang ibu.

"Iya Bu," semoga trik ku ini tidak salah.

"Suruh dia temui Ibu kalau dia memang serius sama kamu!" ini yang gawat, apa mungkin laki-laki angkuh sepertinya akan mau menuruti permintaan Ibu seperti ini?

"Iya Bu," lagi-lagi aku hanya bisa menjawab iya.

...Wira POV...

Aku menatap Hanna dengan tatapan menjijikkan, tak ku sangka wanita yang aku cintai selama dua tahun belakangan ini menghianatiku saat kami berjauhan. Dapat ku lihat dari caranya berjalan, dia gemetar dan masih mengenakan bath robe kimono yang cukup seksi. "Itu nggak seperti yang kamu pikirkan babe," sudah pasti dia membela diri, dia mengambil ponselnya. Menghentikan video permainannya dengan bule brengsek itu. Aku masih duduk di sofa, tak bergerak sama sekali.

"Aku belum buta, jelas-jelas itu kamu Hanna! sekarang keluar dari sini!" suaraku masih pelan namun penuh peringatan.

Lantas yang dia lakukan adalah bersimpuh di kaki ku, menangis sejadi-jadinya. Air matanya berderai, membuatku semakin jijik. Ingin sekali aku menendangnya.

"Dengarkan dulu penejalasanku." ucapnya sambil menangis terisak, dia cocok berperan dalam sebuah sinetron.

"Aku mengalami kejadian tak terduga hingga aku di ancam, dan di paksa harus melakukan itu dengannya, dia tetanggaku, apartemen kami bersebelahan. Sungguh aku terpaksa melakukan itu."

Apa katanya? terpaksa? jelas-jelas aku menyaksikan dalam video itu dia sama sekali tidak terpaksa justru mendesah menikmati, persis seperti saat kami bermain.

"Aku nggak butuh kalimat pembelaan, nggak butuh maaf juga nggak butuh kamu lagi, sekarang keluar!" masih seperti tadi, aku tak tega untuk mengeluarkan suara yang keras di hadapannya. Dari dulu, selalu seperti ini.

"Mas Wira... aku mohon!" Dan dia menghambur ke pelukanku, secepat kilat aku menghindar. Entah mengapa rasanya aku tak sudi di sentuh olehnya.

Aku bangun dari duduk berjalan ke arah kopernya, menyeret benda itu menuju pintu bersamaan dengan menarik lengannya paksa untuk keluar dari sini. Dia menangis semakin menjadi, aku tak peduli.

"Nggak nyangka ya, ternyata selama jauh dari aku, kamu disana sering pakai barang luar, oh ya mungkin jelas lebih besar dan lebih nikmat hingga desahanmu di video itu terus-terusan, keluar sekarang! perempuan sialan!" sepertinya aku sudah cukup memendam emosi sejak tadi hingga kalimat kasar itu terlontar bersamaan ketika aku memaksa dan menyeretnya keluar. Aku tak peduli bagaimana keadaannya saat itu belum mengenakan pakaian dan hanya kimono mandi tanpa dalaman.

Brugh

Ku tutup pintu dengan keras, dan aku kunci dari dalam hingga Hanna tak mungkin lagi bisa masuk. Rasanya aku bersumpah tak akan termakan rayuannya, bujuknya. Penghianatan ini akan ku jadikan pelajaran. Hanna memang bukan cinta pertama, namun pernah aku harapkan menjadi cinta terakhirku. Tapi ternyata aku hanya bisa berencana.

Ku hempaskan lagi tubuhku di atas sofa, ku pejamkan mata, meski kejadian ini cukup menyakitkan, tapi aku tak pantas meneteskan air mata. Aku laki-laki, punya harga diri. Tak akan ada yang bisa membuat aku menangis, tidak akan pernah ada!

Setengah jam rasanya cukup untuk berbaring, aku menuntaskan rencanaku yaitu mandi dan melepas penat dan lelah. Pikiranku masih tertuju pada Hanna, masih terekam jelas dalam otakku bagaimana lihainya dia bergerak dalam video itu. Tak henti-hentinya aku mengumpat dan memaki, selama air dari shower mengguyur tubuhku.

***

Jika biasanya saat lapar aku memilih melangkah ke dapur untuk menggeledah kulkas dan mencari bahan makanan yang bisa aku olah, malam ini tidak. Aku memilih membuka lemari khusus penyimpanan berbagai jenis minuman penenang yang aku punya. Sudah lama aku tak membukanya, sampai aku lupa bahwa aku ternyata masih punya beberapa. Ku ambil salah satu berjenis wine, lalu aku tuangkan ke gelas sedikit demi sedikit ku teguk hingga rasanya aku melayang.

Saat ini ku rasakan otakku tak bisa bekerja dengan baik, memori yang terekam di pikiranku adalah saat dimana aku kehilangan dompetku. Hingga aku bertemu dengan Lyra, memaksanya ikut denganku dan karena sebuah kesalahpahaman kami harus menikah. Ya, aku sudah punya istri sekarang. Kira-kira dia sedang apa ya? ku ambil ponselku, ku kirimkan pesan singkat untuknya. Tak ku sangka ternyata aku lah yang duluan menghubungi gadis judes itu setelah kami bertukar nomor.

Ku rasakan kepalaku semakin berat, aku terhanyut dengan minuman anggur yang ku nikmati sedikit demi sedikit hingga tanpa sadar aku telah menghabiskan tiga gelas. Pantas saja pikiranku mulai aneh hingga terbayang-bayang pada sosok gadis serba tertutup namun cukup bisa membangkitkan gairah ku sebagai laki-laki. Satu kata ku untuk Lyra, hebat!

...Lyra POV...

Belum mandi sejak pagi, rasanya badanku lengket. Malam ini aku harus bermalam lagi di rumah sakit, ini harus jadi malam terakhir untuk aku dan ibu menginap disini. Sebelum membuka laptopku untuk mengotak-atik skripsiku, aku memilih mandi membersihkan diri, membuang sialku hari ini. Hari yang cukup megejutkan, aku sudah bersuami meskipun katanya hanya untuk tiga bulan. Laki-laki tak berperasaan yang tidak memikirkan bagaimana nasibku setelah tiga bulan nantinya. Aku akan menjadi janda, apa masih ada laki-laki yang mau menikahiku ketika statusku berubah?

Keluar dari kamar mandi, ku lihat ibu tidur cukup tenang, ku yakin beliau memang sudah sehat. Semoga tidak kambuh lagi. Ponsel android bututku berbunyi. Nada notifikasi khas dari ponsel yang merknya tergolong pasaran, cukup banyak yang menggunakan ponsel ini. Lelah bekerja, menabung bahkan uangku sebenarnya sudah cukup untuk membeli yang baru. Tapi rasanya sayang jika di hambur-hamburkan hanya untuk benda seperti itu. Toh ini masih bisa digunakan meski aku harus bersusah payah menyentuh layarnya karena sudah pecah.

Mengejutkan! ketika aku membuka layar ponselku, disana tertera nama Suami dari si pengirim pesan. Perasaan, aku tak pernah menyimpan kontak seseorang dengan menggunakan nama itu. Aku langsung ingat, pasti laki-laki yang bernama Wira itu yang melakukan ini. Kenapa dia begitu bangga jadi seorang suami hingga mengharuskan nama kontaknya di ponselku seperti itu?

Kamu lagi apa?

Tak pikir panjang, akupun langsung membalas.

^^^Selesai mandi, ada apa?^^^

Udah pakai baju?

^^^Bukan urusan kamu!^^^

Emosiku tersulut ketika dia bertanya demikian, langsung mengingat kejadian saat aku tak sadarkan diri siang tadi. Aku memeluk tubuhku sendiri membayangkan lelaki itu telah melihat bentuk tubuhku. Aku tak rela, dan menyesal telah membalas pesan pertama yang dia kirimkan untukku. Dasar laki-laki mesum!

...Bersambung...

...jangan lupa seperti biasa ya 😁...

Terpopuler

Comments

Dieah Komalasari

Dieah Komalasari

wkwkwk lucu udha pake baju

2022-02-07

0

Debbie Teguh

Debbie Teguh

untung cepet ketauan belangnya si hanna

2022-01-25

0

Nhi..Queen..syaa

Nhi..Queen..syaa

"kamu salah faham babe" Hanna
"coba liat aq gak seburuk yg kamu kira bebb, tubuh ku gak polos kok itu kuat aq di laminating pake plastik beb jadi gak bugil bebb,, yakin lah beb aq gak nganuuu"

hhh masa sih Hana ngomong gitu

2021-11-07

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!