...Lyra POV ...
Aku tak menyangka dunia ternyata sesempit ini, pagi-pagi sekali, Juna menjemputku. Mengajakku sarapan di tempat yang tak jauh dari rumahku, awalnya aku pikir dia ingin membahas tentang laporan magang yang belum aku selesaikan. Awalnya saat masih berada dirumahku, dia begitu tenang, tak panik sedikitpun. Maka aku pun menanggapinya biasa saja. Tapi ternyata, emosi Juna meledak saat kami tiba di tempat makan. Ia lantas mencampakkan sebuah undangan di atas meja, aku terperangah melihat nama yang tertera disana. Nama lengkapku dan nama Wira suamiku.
“Gimana ceritanya?” ia duduk di hadapanku, wajahnya merah padam. Aku tak mengerti mengapa Juna semarah ini.
“Jun, sebenarnya aku udah mau cerita kemarin—“
“Kenal dimana sama Wira?”
“Kamu dapat undangan ini dari mana?” aku tak mau kalah, justru bertanya balik kepadanya.
“Dia Mas ku, yang aku ceritakan mau nikah, nggak nyangka ternyata calonnya itu kamu, kamu akan nyesal Ra kalau tau gimana sifatnya!”
Tak ku sangka, ternyata meski mereka bersaudara, hubungan mereka tidak selayaknya saudara, nyatanya Juna rela menjelek-jelekkan Wira Kakaknya sendiri.
Akhirnya, untuk pertana kalinya aku bercerita kepada orang lain tentang pernikahan dadakanku, Juna orang pertama yang tahu tentang fakta yang sebenarnya. Ia pun tertunduk lemas, rahangnya mengetat. Tak tahu harus berkata apa, dia hanya menatapku dalam. Dan yang ku lakukan hanya bisa menunduk, menangis.
“Kalau Wira nyakitin kamu, bilang aku. Aku nggak akan segan-segan buat nyelamatin kamu dari cowok nggak bener kayak dia, walaupun kami sedarah, tapi kami nggak pernah cocok!” Aku hanya bisa mengangguk, emosi Juna masih belum stabil.
“Dan... dia itu nggak pantas buat kamu, kamu cewek baik-baik sementara dia...”
“Jun, cepat atau lambat bakal pisah kok,” langsung aku potong ucapannya meski aku tak tahu itu benar akan terjadi atau tidak, Wira sudah putus dengan pacarnya, mereka tidak jadi menikah. Akankah menutup kemungkinan kami tidak jadi berpisah?
“Yang aku tau, Wira itu playboy sejak SMA, entah berapa perempuan yang udah dia mainkan. Gaya berpacarannya juga buruk!” lanjut Juna. Aku tahu Juna sangat peduli padaku, maka hal seperti ini tentu akan menjadi urusannya.
“Iya Jun, terus aku harus gimana? sementara Ayah kamu cukup antusias dengan pernikahan ini,” aku memegang keningku cukup lama, aku juga tidak menginginkan ini.
Dapat ku lihat wajah kecewea dari Juna, ku rasa dia cukup terpuruk, tapi karena apa? hanya karena dia tidak menginginkan aku menikah dengan orang yang salah?
“Aku cuma ngingatin Ra, segera berhenti atau kamu akan terluka!” hentaknya, dan ia meninggalkanku begitu saja. Salahku dimana? ini semua terjadi karena keadaan kan?
Juna yang berniat mengundangku di pernikahan sang kakak, tak menyangka bahwa akulah yang akan menjadi kakak iparnya.
...***...
Hingga hari itu pun tiba, hari peresmian drama pernikahan kami. Aku tak bisa mengatakan apapun, saat melihat pantulan diriku di cermin. Luar biasa, tangan MUA ini seperti punya sihir bisa mengubah wajahku menjadi cukup cantik, aku saja terpukau dengan diri sendiri? bagaimana dengan orang lain yang menatapku? apa mungkin sama. Tapi sungguh aku tak mengerti dengan hati dan pikiranku, entah mengapa aku tak sabar menantikan bagaimana reaksi Wira saat melihatku seperti ini. Kepalaku berbalut hijab dengan kain juntai khas pengantin, serta gaun serba tertutup namun membentuk lekuk tubuhku. Hari ini, aku bangga pada diriku sendiri.
Aku bisa berubah menjadi sangat cantik karena alat-alat make up mahal ini kan? ternyata uang bisa merubah segalanya ya.
"Ya Allah nduk, ini anak ibu bukan sih? cantiknya Masya Allah," ku lihat dari cermin, ibu menghampiriku. Matanya berbinar-binar. Ia memegang pundakku, aku mengambil ponsel bututku untuk sekedar berselfie bersama ibu. Aku bahagia, hingga aku lupa pernikahan ini hanya drama. Tapi, sejak hari dimana Wira mengatakan bahwa ia sudah putus dengan kekasihnya, besar harapanku agar pernikahan ini tak hanya sementara.
Apalagi, sejak hari itu, kami rasa semakin dekat. Orbolan tak penting sering kami lakukan lewat telepon atau chat, dan malam tadi kalimat terakhir yang Wira ucapkan saat kami berbalas pesan adalah
Besok kita ketemu di pelaminan, dan aku akan menagih kado ulang tahunku, ingat itu!
Tak ku sangka Wira tetap menagihnya. Harusnya dia bisa dan mampu membeli apapun yang dia inginkan, lantas kenapa dia tetap memaksaku untuk memberinya kado.
Dia orang kaya dan orang terhormat, kado apa yang harus ku siapkan? mungkin tabunganku tak akan cukup untuk membelikannya kado mahal, tak mungkin aku membelinya yang biasa. Aku berpikir semalaman, hingga hari ini tiba aku tak juga menyiapkan apapun untuknya.
"Ibu juga cantik," tuturku setelah kami selesai berselfie ria.
Pintu kamar hotel terbuka, ku lihat ibu Widia dan Mbak Wini yang merupakan Ibu mertua dan kakak iparku masuk bersamaan, berjalan ke arahku tanpa ekspresi.
"Pintar juga ya, mbak-mbak MUA nya. Bisa jadi cantik gini," tutur Mbak Wini.
"Makasih Mbak," jawabku. Dia hanya tersenyum miring.
"MUA nya yang pantas dipuji, bukan yang di rias," kalimat dari Bu Widia begitu menyakitkan menurutku.
"Jadi maksud Ibu, anak saya nggak cantik begitu?" aku menghela napas kasar saat melihat Ibu melotot ke arah besannya yang kaya.
"Udah Bu!" ku tarik lengan Ibu. "Bu Widia cuma bercanda," lanjutku dengan senyum paksa.
"Santai aja Bu, begitu aja tersinggung!" Bu Widia berbalik setelah mengatakan itu, meninggalkan kami berdua.
Pikiranku masih terbayang pada wajah Juna yang menggambarkan kekecewaan, aku pikir dia benar-benar marah, ternyata tidak. Malam tadi dia mengirimkan begitu banyak pesan untukku. Ku buka kembali ponsel ku untuk membaca ulang pesan-pesan darinya.
Selamat atas pernikahanmu, selamat bergabung di keluarga aneh.
Maaf aku sempat emosi, ini bukan salahmu, tapi salahku.
Aku tak habis pikir, bagaimana bisa kejadian ini adalah salahnya?
Malam tadi dia cukup tak sabar, menungguku membalas pesan hingga Juna mengirimkan Voice note cukup banyak dan masih dapat ku ingat kata-kata yang dia ucapkan.
“Sekalipun kamu jadi janda dari mas ku sendiri, aku siap menerimamu Lyra.”
“Oh ya, jangan sampai mau di sentuh olehnya, dia nggak pantas untuk kamu yang masih suci, Lyra. Jangan sampai, jaga diri kamu baik-baik.”
Dapat ku dengar suaranya cukup lirih dan cara berbicaranya seperti orang yang setengah mengantuk? apa Juna mabuk? yang ku tahu dia tak pernah berurusan dengan barang-barang haram itu. Oh Juna maafkan aku!
...Bersambung ...
...Tungguin lanjutannya ya!...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 97 Episodes
Comments
Dewa Rana
makanya Juna, kalau suka mesti ngomong!
2024-11-06
0
Kireina
sakno juna
2022-08-25
0
Dewi Damayanti
juna ..cinta trpendam sm lyra...ibarat menjaga jodoh kakanya...kasian juna...dh nunggu 4 tahun tp mlah diambil sm kakanya
2022-06-19
0