Tidak ada yang lebih berharga selain tentang dirinya, dia yang paling dicintai, diharapkan dan didambakan. Cinta lebih merepotkan dari hal apapun, cinta membuatmu menjadi orang bodoh, bahkan menjadi seorang pembohong.
Bodoh karena terus berharap pada sesuatu yang tidak pasti, serta terus berbohong bahwa kau bisa hidup tanpa dirinya. Kisah cinta tetaplah indah bahkan jika penuh luka sekalipun.
Perasaan sakit tapi sangat menyenangkan, perasaan indah tapi sangat menyakitkan, itulah cinta.
…
Juliet hanya menatap J yang terbaring sambil mengigau memanggil nama ibunya, karena panik dan merasa tidak bisa menangani J, akhirnya Juliet memanggil Corina karena dia tidak tahu harus berbuat apa.
Wanita muda itu hanya melihat cara Corina yang merawat sang suami, seperti kasih sayang seorang nenek pada cucunya, itulah yang bisa diartikan Juliet saat melihat Corina merawat J.
Juliet menatap ke arah Marive yang tampak cemas, kedua tangannya menangkup seperti sedang melafalkan doa, apa mereka tidak marah pada J karena sebelumnya pria muda itu sudah membentak mereka.
"Nyonya tenanglah, Tuan J akan tidur setelah meminum obat. Jika ada sesuatu panggil kami!" ucap Corina setelah merawat J.
"Terima kasih, Corina, Marive!" ucap Juliet pada dua pelayan tersebut.
Setelah dua pelayan itu pergi, Juliet hanya bisa menatap J yang berbaring di tempat tidurnya. Iya, sebelum Corina datang dia memindahkan pria itu supaya J bisa lebih nyaman dengan cara memapah tubuh beratnya.
Wajah J terlihat lebih tenang, dia tertidur dengan nyenyak. Juliet duduk di samping tempat tidur, dia mengambil kain kering untuk mengusap keringat di wajah J.
Mata J tiba-tiba terbuka, sungguh Juliet sangat terkejut, J juga menyambar kain di tangannya. Pria itu menatap tajam membuat Juliet merasa takut, apa yang akan dilakukan pria itu?
"Menjauhlah dariku!" Suara J terdengar seperti geraman yang tertahan. Pria itu juga melempar kain yang dia rebut dari tangan Juliet.
Juliet segera berdiri, rupanya J tidak benar-benar tertidur, di depan Corina dia seperti seorang penurut tetapi sekarang pria itu seperti hewan buas yang menakutkan.
J segera berdiri tanpa mempedulikan tubuhnya yang penuh keringat serta masih limbung, Juliet tidak mampu berkata, sikap pria itu sulit untuk ditebak, J terlihat rapuh dan kejam di saat yang bersamaan.
"K-Kau masih sakit," ucap Juliet dengan pelan, tetapi dia tahu J pasti mendengarnya dengan jelas.
"Apa pedulimu?" tukas J tanpa menghiraukan Juliet, "bukankah kau yang bilang manusia seperti diriku harus lenyap?" lanjutnya.
Juliet terdiam, dia memang pernah berkata seperti itu, tetapi dia emosi saat mengatakan hal tersebut. Dia tidak bermaksud menyakiti atau menyinggung perasaan J, kata itu keluar dari mulutnya begitu saja. Terlebih dia juga menyadari hanya Tuhan yang bisa memberi dan mencabut nyawa manusia bukan dirinya.
"Maafkan aku," ucap Juliet penuh sesal, iya dia menyesal telah berkata demikian pada J. Dia tidak tahu bahwa perkataannya bisa begitu menyakitkan bagi orang lain.
"Cih, aku sudah biasa mendengarnya," ucap J, pria itu segera pergi. Juliet terdiam dan berpikir keras pada ucapan sang suami.
'Terbiasa.'
…
Juliet tidak bisa tidur, wanita hamil itu hanya berjalan bolak-balik di kamarnya, setelah pergi J belum juga kembali. Juliet hanya khawatir mengingat pria itu sedang sakit.
Dia mungkin tidak menyukai J tetapi dia masih punya rasa kemanusiaan untuk merasa iba pada seseorang yang sedang terkena masalah termasuk pada suami dinginnya itu.
Perutnya terasa sedikit bergetar dan berdenyut, Juliet hanya bisa duduk di sofa merasakan sebuah sensasi dari janin yang sedang dia kandung. Dia meraba dadanya yang berdebar karena sebuah perasaan asing.
Juliet menyadari getaran di perutnya selalu dia rasakan saat memikirkan J. Entahlah, apa itu bagus atau tidak, karena Juliet memikirkan hal yang buruk dan selalu merasa kesal pada ayah dari calon bayinya.
Wajah Juliet memanas, memikirkan pria itu membuat emosinya tidak stabil. Beberapa kali dia menepuk pipinya sekedar menghilangkan pemikiran tentang pria yang sudah mengubah jalan hidupnya.
'Aku harus berhenti memikirkannya.' batin Juliet.
Entah kapan J akan kembali, sudah lewat tengah malam, percuma saja menunggunya. Pada akhirnya Juliet kalah oleh rasa kantuk, dia kembali menuju tempat tidur dan terlelap.
…
Pagi di hari minggu yang tidak cukup cerah, gerimis membasahi rumput dan bunga-bunga di taman, gemuruh kecil terdengar dari kejauhan. Hari libur yang tidak diharapkan jika cuaca tidak mendukung.
Juliet terbangun kemudian menggeliat sekedar meregangkan otot di tubuhnya. Tatapannya tertuju pada sofa yang ditempati seorang pria.
Rupanya J sudah pulang dan entah pukul berapa dia kembali. Juliet masih menatap sang suami dengan kain kompres yang sudah mengering, sepertinya J masih sakit dan dia merawat dirinya sendiri.
Juliet menghela napas, dia beranjak dan berjalan pelan ke arah sofa dimana J sedang berbaring, bisa saja pria itu tidak benar-benar tidur seperti kemarin malam. Wajah J masih terlihat pucat, lalu kemana dia pergi tadi malam?
Juliet membiarkan J untuk tidur dan tidak berniat untuk membangunkannya. Lebih baik pria itu beristirahat supaya cepat pulih. Juliet lebih memilih untuk membersihkan diri karena tubuhnya terasa tidak nyaman.
Morning sick selalu dirasakan Juliet, seperti saat ini perutnya terasa bergejolak dan mual. Dia hanya bisa memuntahkan semua walaupun perutnya belum terisi.
…
J membuka mata saat mendengar keributan kecil di kamar mandi, sepertinya sang istri sedang kesulitan menghadapi gejala kehamilan yang selalu terjadi pada wanita saat hamil muda.
J bergeming seperti memikirkan sesuatu, apakah saat hamil wanita begitu tersiksa? Apa yang mereka rasakan? Apakah anak yang dikandung begitu merepotkan?
…
Juliet masih berdiri di depan wastafel, dia menatap pantulan wajah di cermin. Rupanya J menghampiri dan memijat pundaknya, sejujurnya itu membuat Juliet merasa terkejut. Apa suaminya punya kepribadian ganda.
"Lepaskan aku!!" Juliet segera berbalik dan menepis tangan J yang berada di pundaknya, dia tidak suka pada sikap J yang plin-plan, tidak dipungkiri saat dipijat rasanya lebih baik dan mengurangi ketidaknyamanan di perutnya, tetapi Juliet mengingat perlakuan J yang selalu seenaknya.
"Apakah anak itu membebanimu?" tanya J saat Juliet berlalu.
Juliet berhenti berjalan. "Tidak ada seorang ibu yang terbebani oleh anak-anaknya," jawab Juliet dengan suara yang dingin. Wanita muda itu kembali berjalan meninggalkan sang suami.
J terdiam cukup lama, ucapan Juliet terus terngiang di telinganya.
'Kau pikir aku peduli? Kau itu beban bagiku, Jacey!'
'Kenapa kau tidak mati saja, hah!!!!'
J memejamkan mata, banyak suara yang dia dengar. J mengusap wajahnya dengan kasar, pria itu jatuh terduduk di lantai kamar mandi.
"Kau bohong padaku, Juliet!"
TBC
Maaf untuk keterlambatannya 🙏🙏🙏
Semoga chap ini bisa ngobatin rindu kalian ya ...
See you next chapter ...
I Love you all 💕💕💕
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
🌹Milea 🖤
haduuuh susah yah kalo ktmy sesama keras kpla blom lg 1 nya pin plan 1 nya lg kaku 😪
2020-09-16
0
Panda Kelana
lanjut donk kak. nungguin nich up nya
2020-06-15
0
syafa
ya cm dikit🙄🙄🙄🙄🙄🙄🙄🤔
2020-06-02
0