'Orang asing.'
Gemericik air terdengar di sebuah kamar mandi mewah bergaya klasik. Tubuh kekar dan tegap seorang pria basah karena guyuran air mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki.
Kedua tangan pria itu menopang pada dinding kamar mandi. Dia membiarkan kepalanya yang menunduk dihantam guyuran air. Dia melihat bagian tubuh intimnya yang sudah bersih dari noda merah seiring aliran air yang melewatinya.
Tidak ada yang tahu apa yang sedang dipikirkannya, sudah lebih dari setengah jam dia berada di bawah guyuran air. bahkan dinding kaca sudah dipenuhi uap yang membuat bayangannya tidak terlihat.
…
Di tempat lain …
Pukul 00:19 ...
Juliet menggosok secara kasar tubuhnya yang dirasa tidak kembali bersih, air mata menganak sungai tetapi tersamar oleh air yang mengguyur. Gadis yang sudah menjadi wanita itu meraung tertahan.
Juliet menutup mulut supaya tangisan pilunya tidak didengar Miliet yang sedang terlelap. Sungguh dia tidak bisa melupakan kejadian itu walau hanya satu detik. Bagaimana J merenggut semuanya secara paksa.
Wanita muda itu merasa jijik pada tubuhnya sendiri, dia mengingat semua sentuhan J di setiap inci permukaan kulitnya. Seandainya dia bisa menghapusnya, tetapi semua sia-sia karena aroma tubuh pria iblis itu seperti melekat bahkan setelah dia menghabiskan satu botol cairan sabun.
Noda di tubuhnya seperti tidak mau hilang sehingga membuat Juliet putus asa. Dalam kesedihan dan luka yang dirasakannya, dia masih mempertanyakan alasan J si pria iblis melakukan hal itu kepadanya.
…
Waktu terus berlalu, sesulit apapun kita melewatinya, bahkan sinar matahari selalu muncul bahkan di tengah bencana yang terjadi. Setelah melewati malam panjang yang penuh luka, sang surya tetap kembali menyinari dan melenyapkan kegelapan.
"Milie, dimana kakakmu? Apa dia tidak sarapan?" tanya Emma pada puteri keduanya.
"Kakak masih tidur, Ma. Aku sudah membangungkannya tetapi Kakak tidak mau mendengarku," jelas Miliet panjang lebar.
"Tidak biasanya, apa dia sedang sakit?" gumam Emma, wanita itu merasa khawatir karena biasanya puteri sulungnya itu selalu bersemangat bahkan selalu bangun lebih dulu dari adiknya.
"Apa semalam dia pulang larut?" Emma kembali bertanya, kali ini dia bertanya pada suaminya.
"Papa tidak tahu, karena semalam saat Papa pulang kerja sepertinya Julie sudah ada di rumah." Emma mengangguk mendengar ucapan suaminya.
"Mama akan melihatnya. Mungkin dia tidak masuk kuliah hari ini." Emma berlalu meninggalkan Miliet dan suaminya di ruang makan. Wanita dewasa itu pergi ke lantai dua dimana kamar kedua puterinya berada.
Tok-tok …
Emma mengetuk pintu, tetapi tidak ada jawaban. Wanita itu memutar knop pintu, setelah pintu terbuka dia melihat puteri sulungnya masih bergelung di tempat tidur dengan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
Seperti yang dikatakan Miliet, Emma melihat puteri sulungnya masih tertidur, wajahnya terlihat pucat dan sembab, apa gadis itu habis menangis?
"Sayang. Bangunlah! Kau tidak berangkat kuliah hari ini?" tanya Emma setelah duduk di tepi ranjang.
"Apa kau sedang sakit?" Emma menyentuh kening Juliet, terasa sedikit panas. Wanita itu terkejut saat Juliet menepis tangannya secara kasar.
Mata Juliet membola. "Mama? Ma-maafkan aku!" ucapnya dengan gugup. Gadis itu mengeratkan selimut sampai ke lehernya.
"Kau demam, Nak!" ungkap Emma sambil menatap khawatir pada Juliet.
"Tidak, Ma. Aku baik-baik saja," jawab Juliet sambil mengubah posisi tubuhnya menjadi membelakangi sang ibu. "Aku hanya ingin tidur."
Emma sangat mengerti, mungkin Juliet hanya ingin beristirahat dan tidak ingin diganggu. Wanita itu beranjak kemudian meninggalkan kamar putrinya. Hanya saja sikap Juliet tidak seperti biasanya. Emma melihat kecemasan pada tatapan Juliet, entahlah mungkin itu hanya perasaannya saja.
…
Angin berhembus sedikit kencang di atap gedung kampus, awan hitam menggambarkan suasana hati seseorang yang selalu menyembunyikan segalanya.
J menatap hamparan awan yang semakin berat menahan beban air yang siap tercurah. Satu kali saja petir menyambar, maka dipastikan air hujan akan mengguyur bumi sampai tetesan terakhir.
"Hey, J! Cherry mencarimu sejak tadi, dia juga mencari kekasihmu, Nona Juliet." Roman berkata dengan sedikit teriakan karena gemuruh angin terlalu keras dan menyamarkan suaranya.
J bergeming, dia hanya melihat sang sahabat dari sudut matanya. Pria yang irit bicara itu tidak memberi jawaban. Bukan kesalahan teman-temannya jika mereka merasa muak pada sikap dinginnya.
J tidak pandai dalam berkata, pribadinya yang pendiam membuat dia hanya berbicara seperlunya saja. Tidak perlu banyak yang mereka tahu tentang dirinya, karena J yakin beberapa orang diluar sana sudah mengenal dan mengetahui kisah hidupnya.
"J, kudengar kekasihmu sedang sakit, sudah lebih dari tiga hari Nona Juliet tidak masuk kuliah," ucap Fablo, dia ikut menimpali perkataan Roman, "Molly yang memberitahuku, apa kau tidak cemas? Kenapa tidak menjenguknya saja?"
Sepertinya nasib Fablo tidak berbeda dengan Roman, pertanyaan mereka seolah terbang begitu saja. Tidak ada tanda-tanda J akan memberi jawaban, Fablo dan Roman hanya bisa saling melirik, sementara Toddy masih berdiri di belakang tanpa melakukan apapun.
Mereka bertiga tahu bahwa ada yang mengganggu pikiran J. Sikap J tidak pernah begitu dingin dan kejam, tetapi hari ini J seperti berubah bahkan tadi siang dia hampir membuat seorang mahasiswa babak belur hanya karena tidak sengaja menabrak pria muda tersebut.
"Nona Juliet bukan kekasihku lagi," ucap J secara tiba-tiba dengan suara yang berat. "Aku sudah memutuskannya," lanjut J.
Ketiga pemuda lain terdiam tetapi mereka sama-sama terkejut setelah mendengar ucapan J. Mereka menarik kesimpulan, itukah yang mengganggu pikiran sang sahabat?
"Aku tidak akan memberi toleransi pada seorang pembohong," ucap J, perkataannya yang selalu ambigu membuat ketiga temannya harus memutar otak untuk memahami ucapan pria muda tersebut.
Apakah yang dimaksud J adalah tentang Juliet? Kebohongan apa yang sudah dilakukan gadis itu? Roman, Fablo dan Toddy sangat tahu J memang tidak suka dibohongi.
Ketiga sahabat J hanya bisa mengartikan bahwa nama Juliet sangat berpengaruh pada pria itu. Sebelumnya J tidak pernah peduli pada gadis manapun, bahkan mereka sempat mengira bahwa J punya kelainan.
Mungkin J dan Juliet sedang bertengkar karena suatu masalah. Pria itu memang tidak pandai berkata manis dan mungkin dia tidak bisa meyakinkan Juliet untuk berbaikan. Ya, setidaknya itulah yang dipikirkan ketiga sahabat J.
Tanpa mereka ketahui, masalah yang terjadi antara J dan Juliet lebih buruk dari yang mereka duga. Apakah masalah itu bisa diselesaikan atau semakin terlihat seperti benang kusut yang sulit diurai.
…
Wajah Juliet menjadi pucat, tubuhnya gemetar dan terasa lemas, sudah lebih dari satu minggu dia tidak masuk kuliah, sampai dewan kampus memberinya surat peringatan karena dia tidak memberikan keterangan.
Kedua tangan Juliet memeluk erat buku tebal yang berada di depan dadanya. Jantungnya bergemuruh saat melewati pintu gerbang kampus. Bayangan itu kembali muncul seperti potongan adegan film yang berputar dalam pikirannya.
Juliet berharap tidak ada orang menyadari ketakutan dan kecemasan yang dia rasakan. Juliet juga berharap tidak akan bertemu dengan pria iblis itu.
"Juliet!!" Suara teriakan membuat Juliet seperti mendengar suara bom. Juliet mematung, buku-buku yang sedang dia peluk berjatuhan.
"Mo-Molly!!" sapa Juliet dengan suara yang tercekat.
"Hey, kau ini kenapa? Seperti habis melihat hantu saja," ketus Molly, "aku rindu sekali! Kenapa tidak menelponku? Mamamu bilang kau sedang sakit, tapi aku heran apa sakitmu parah? Kau sulit dihubungi."
"P-ponselku rusak," jawab Juliet dengan terbata.
"Apa kau masih sakit? Seharusnya kau istirahat saja," ucap Molly sambil menatap khawatir pada sahabatnya.
"Tidak, aku baik-baik saja," dusta Juliet. Sejujurnya dia ingin menghilang dari dunia jika tidak ingat pada keluarganya. Juliet adalah harapan besar bagi kedua orangtuanya.
Juliet takut ayah dan ibunya akan terluka jika dia mengatakan hal yang sebenarnya. Mungkin bagi orang lain keperawanan bukanlah hal yang perlu dipertahankan, terlebih jika dilakukan atas dasar saling suka.
Perbedaannya terletak pada perasaan Juliet sendiri, mungkin ceritanya akan lain jika dia melakukan itu dengan orang yang dia cintai. Sekarang takdir sudah berubah wanita muda itu bahkan tidak berani walaupun hanya sekedar memendam perasaan.
Juliet merasa dirinya kotor, dia tidak suci lagi. Ayah dan ibunya pasti merasa kecewa jika tahu dirinya sudah dinodai. Bagi Juliet kehormatan dan nama baik keluarga adalah hal penting.
Hanya demi orang tuanya dia rela kembali ke kampus yang baginya seperti neraka setelah sang iblis merenggut segalanya. Mungkin dia hanya kehilangan keperawanan, tetapi Juliet merasa seluruh harapan dan dunianya hancur.
Akhirnya kegelapan itu membuat sang bunga layu sebelum benar-benar berkembang. Dia butuh cahaya untuk bangkit karena kegelapan hanya memberinya derita.
...
"Nona Juliet!" Merasa Dejavu, tubuh Juliet terpaku di atas lantai lorong yang terhubung ke toilet, bedanya kali ini bukan toilet dekat gudang neraka itu.p
Wajah Juliet yang selalu merona menjadi semakin pucat tanpa warna. Wanita muda itu tidak mau berbalik. Suara langkah kaki yang mendekat semakin membuat tubuh Juliet bergetar.
"Lama tidak berjumpa, bagaimana kabarmu?" Aura kegelapan dirasakan Juliet saat si pria iblis mendekat ke arahnya. Apa yang harus dia lakukan sekarang, bahkan untuk berlari pun dia tidak tenaga, tubuhnya terasa tidak berdaya.
J berdiri di depan Juliet, tatapan mereka terkunci, kedua manusia berbeda gender itu sama-sama menatap dengan perasaan yang berbeda, mereka juga tidak bisa menebak arti dari tatapan satu sama lain.
J melihat sudut mata Juliet yang menggenang serta bibirnya yang bergetar. Sementara Juliet sendiri melihat raut wajah yang tidak terbaca.
Juliet benci pada J, semua yang dilihat pada diri J dia membencinya. Juliet sudah tidak sanggup untuk berdiri di atas kedua kakinya. Sampai pada akhirnya semua menjadi gelap dan dia hilang kesadaran.
J menangkap tubuh Juliet yang hilang keseimbangan, mantan kekasihnya itu terjatuh dalam pelukannya. J berjongkok hanya untuk membenahi posisi tubuh Juliet.
J menatap wajah Juliet yang sangat pucat, tangannya yang gemetar terangkat untuk menyingkirkan rambut Juliet yang menutupi wajah gadis itu.
J mengusap perlahan air mata Juliet yang masih membasahi pipinya. Pria muda itu menggendong tubuh tidak berdaya yang terasa ringan dalam pangkuannya.
Tidak ada yang bisa menggambarkan apa yang berada dalam pikiran pria muda tersebut.
To be continue
Maaf untuk keterlambatan up ... terima kasih untuk yang selalu mendukung cerita ini ...
See you next chapter ...
I Love You 💓💓💓
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Nur Yanti
siapa yg tidak ketakutan di perlakukan seperti itu. di perk***a terus di tinggalkan. ampun J kejam banget sih..
2022-04-23
0
MMM 🥰
mengangkan...sampau dsni ku baca cerita mu keren thor...
2021-07-06
0
Angely
pasti J menyesal
2020-09-10
0