Benang merah dalam cinta akan mengikat dan menghubungkan dua insan. Benang tak kasat mata yang melilit di jari kelingking mereka berdua, perjalanan cinta tidak selalu mulus, bahkan terkadang jatuh pada seseorang yang tidak kau bayangkan.
Kau mungkin tidak memiliki apa yang kau sukai, tetapi cobalah untuk menyukai apa yang kau miliki. Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kau inginkan tetapi Tuhan selalu memberikan apa yang kau butuhkan.
…
Nama Juliet Harrison sudah berganti menjadi Nyonya King. Sungguh nama itu bukan nama terbaik untuk Juliet, tetapi dia tidak bisa mengubah tali suci antara dirinya dengan sang suami.
Di dalam sebuah drama, mungkin pernikahannya dengan J disebut pernikahan kontrak, tetapi bagi Juliet hal seperti itu tidaklah benar, pernikahan adalah salah satu bentuk penyempurna ketaatan seseorang terhadap kepercayaannya.
Wanita adalah tulang rusuk bagi seorang pria. Seorang istri akan tetap menjadi istri walaupun pernikahan itu terpaksa atau tidak diinginkan. Pertanyaannya, apakah Juliet bisa menjadi tulang rusuk untuk J? Sementara di dalam hatinya masih tertulis nama pria lain.
"Nyonya, Anda sudah bangun?" sapa Corina saat Juliet mendatanginya di dapur, sudah tiga hari Juliet tinggal di rumah J. Tidak hanya itu mereka juga berbagi kamar yang sama. Akan tetapi mereka tidur terpisah seperti drama picisan pada umumnya.
J memang tidur di atas sofa, padahal masih banyak kamar dengan fasilitas bintang lima di rumahnya.. Pria itu merasa cukup nyaman saat tidur karena kualitas sofa hampir sama dengan tempat tidur yang Juliet tempati. Hal itu tidak seperti drama picisan saat si pria harus tidur kesempitan.
"Nyonya Corina. Apa yang sedang kau buat?" tanya Juliet pada wanita lanjut usia tersebut.
Corina menghela napas. "Sebenarnya ini sudah terlambat, tetapi Saya tetap ingin membuatnya," jawab wanita tersebut.
Juliet berpikir mungkin Corina sedang membuat kue ulang tahun untuk J, itu bisa terlihat dari bentuk kue serta krim manis yang Corina hias. Benar, tiga hari lalu adalah hari ulang tahun suaminya itu. Juliet ingat karena tidak sengaja mendengar ucapan Roman Vonseca.
"Tuan tidak suka rasa manis, jadi kue ini hanya ditambah sedikit gula," lanjut Corina.
'Jadi begitu?'
Hal lain tentang J yang Juliet ketahui, hari ulang tahun J dan juga rasa yang tidak disukai pria itu. Lalu apakah setelah ini dia akan mengetahui hal lainnya lagi? Sejujurnya Juliet tidak berminat untuk mengetahui kehidupan J, dia berharap dua hal tersebut adalah yang pertama dan terakhir.
"Tuan selalu melarang kami untuk merayakan hari ulang tahunnya." Seorang gadis muda menyela percakapan Corina, sepertinya dia adalah salah satu pelayan di rumah J.
"Marive!!!" sergah Corina, wanita lanjut usia itu seperti memberi tatapan peringatan kepada gadis bernama Marive.
Juliet melihat sikap Corina yang seolah menutupi sesuatu. Wanita lanjut usia itu tampak gugup. Gadis pelayan juga terlihat sedikit ketakutan dan mungkin rasa … menyesal.
'Ada apa ini?'
Sepertinya masih banyak hal tentang J yang misterius. Juliet hanya melihat kedua wanita beda usia itu dengan penuh pertanyaan dalam pikirannya.
"Kau sangat tidak sopan, Marive. Tunjukkan rasa hormatmu pada Nyonya Muda!!" ucap tegas Corina.
"Maafkan aku Nyonya Corina! Nyonya Muda tolong maafkan saya," ucap Marive dengan wajah sedih.
"Kalau kau mengulanginya, kau akan kupecat!!" gertak Corina.
"Sudahlah, tidak apa." Juliet membuka suara, dia tidak tahan pada suasana tegang antara pelayan dan kepala pelayan tersebut.
"Baiklah, maafkan kami! Namanya Marive, dia adalah pelayan pribadi Anda mulai hari ini." Corina melirik gadis muda yang sedang membungkukan punggung pada Juliet.
"Jika Anda butuh sesuatu panggil saja saya," ucap Marive sambil tersenyum ceria.
"Baiklah, terima kasih," jawab Juliet, senyuman Marive terlihat ceria, senyuman itu seperti tanpa beban. Setidaknya masih ada orang ceria di rumah J yang seperti diselimuti kabut hitam.
"Nyonya, apa Anda bisa membuat kue?" tanya Corina.
"Aku pernah membuatnya beberapa kali," jawab Juliet, iya dia cukup sering membantu ibunya untuk membuat kue saat di rumah.
"Kalau begitu, bisakah Anda menghiasnya?!" pinta Corina dengan mata yang berbinar.
"A-aku- …." Juliet berkata gugup, bukannya tidak bisa, alasannya kue itu untuk J, itu artinya … Ah Juliet tidak bisa berpikir tentang itu
"Saya mohon. Pekerjaan saya masih banyak," ucap Corina. Sungguh Juliet merasa tidak tega pada wanita itu. Apakah J memberikan tugas yang banyak serta berat pada Corina. Seharusnya wanita tua seperti Corina duduk nyaman menikmati hari tuanya.
"Baiklah," jawab Juliet. Senyuman Corina mengembang karena jawaban dari wanita muda tersebut.
"Kalau begitu saya permisi. Marive, ikuti aku!!" perintah Corina pada Marive setelah pamit pada Juliet
"Permisi, Nyonya."
"E-Eh? Kenapa kalian meninggalkanku sendirian?!" Ucapan Juliet menjadi percuma karena dua wanita pelayan sudah berlalu dari hadapannya.
Juliet menatap kue yang belum selesai dihias, dengan terpaksa dia melanjutkan pekerjaan Corina. Iya dia hanya membantu meringankan pekerjaan Corina, tidak lebih.
Tangan Juliet telaten saat menghias kue, dia hanya melakukan apa yang dia ingat saat membuat kue dengan ibunya. Tanpa dia ketahui Corina mengawasinya dari luar pintu dapur, wanita itu tersenyum tulus.
…
J berada di ruang kerja. Sudah lewat jam enam petang, pantas saja lehernya terasa kaku dan berat. Pria muda itu memijat pundak yang terasa pegal, dia juga lupa sudah berapa jam dia duduk di sana setelah makan siang tadi.
J memutuskan untuk pergi makan malam, lagipula pelayan sudah memanggilnya beberapa menit yang lalu. Saat di ruang makan sudah ada istrinya yang sedang menunggu. Untuk beberapa detik tatapan J dan Juliet terpaku sampai salah seorang diantara mereka memutusnya.
Seperti arti dari namanya, J umpama raja yang dihormati para pelayan. Pria itu duduk di kursi utama dengan Juliet duduk di bagian sisi kanannya.
Pasangan suami istri tersebut makan dalam diam dan tenang, hanya suara sendok dan piring yang beradu itu pun dengan suara yang sangat kecil. Sesungguhnya suasana tersebut sangat tidak disukai Juliet karena baginya meja makan adalah tempat terbaik untuk bercengkrama dengan keluarga.
Setelah selesai makan, beberapa orang pelayan dan juga Corina datang dengan membawa sebuah kue tart dengan lilin yang menyala di atasnya. Mereka juga menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk J.
J terpaku, Juliet melihat garis wajah J yang mengeras. Pria itu terlihat tidak senang. Tidak seperti kebanyakan orang yang senang saat mendapat kejutan di hari kelahiran mereka. J justru terlihat sebaliknya.
"Apa yang kalian lakukan?" Suara J terdengar menahan amarah. Juliet sangat terkejut dengan reaksi J.
"Maaf, Tuan. Kami hanya ingin merayakan ulang tahun Anda," jawab Corina dengan nada yang terdengar sedih.
"Kau pikir aku akan senang?!!" bentak J, sampai Juliet pun sangat terkejut mendengar suara J.
"I-Ini Nyonya Muda yang membuatnya," ucap Marive, gadis itu melirik pada Juliet. Dia merangkul pundak Corina.
J terdiam sambil memijat pangkal hidungnya. Juliet tidak mengeluarkan sepatah kata pun karena dia juga tidak tahu harus berbuat apa.
"Kalian pikir aku peduli?" Suara dingin J terdengar menusuk, emosi Juliet terpancing bukan karena dia ingin mendapat pujian setelah susah payah membuat kue tersebut. Setidaknya dia pikir J bisa menghargai usaha para pelayan tersebut terutama Corina yang sangat antusias menyiapkan kejutan.
J beranjak dengan amarah yang ditahan, para pelayan terdiam dengan wajah penyesalan. Sungguh Juliet kesal, wanita itu juga beranjak untuk menyusul sang suami.
"Hey, tunggu!!" teriak Juliet. Dia mempercepat langkah untuk menyusul J.
"J!!!" Juliet berteriak untuk kedua kalinya karena J tidak menghiraukannya.
J berhenti berjalan kemudian berbalik. "Tidak perlu bersikap seolah kau peduli padaku, cukup kerjakan tugasmu dengan baik," ucap pria itu. Tugas yang dikatakan J adalah Juliet harus menjaga kandungannya dengan baik.
"Kau pikir aku peduli padamu? Aku hanya peduli pada para pelayanmu yang sudah menyiapkan semuanya. Setidaknya hargai kerja keras mereka," jawab Juliet dengan suara yang sedikit meninggi.
"Aku tidak pernah meminta hal itu pada mereka," ucap J dingin.
"Kau memang tidak berperasaan. Tidak bisakah kau membalas kebaikan mereka yang menyayangimu?!" Juliet semakin emosi.
"Aku tidak suka dikasihani, kau paham itu? Kuingatkan kepadamu jangan ikut campur dalam kehidupanku, mengerti?!" J berlalu meninggalkan Juliet di lorong panjang rumahnya dengan perasaan marah.
Juliet semakin tidak mengerti dengan ucapan J. Pria itu punya sifat yang selalu membuat orang lain menjadi bodoh di hadapannya. Kenapa dia harus dikasihani? Juliet tidak ingin ikut campur tetapi dia tidak terima saat melihat Corina yang bersedih.
Dia lebih kasihan pada Corina, Juliet berpikir pria seperti J memang tidak pantas untuk dihargai apalagi disayangi. Dia kejam dan arogan, membuat Juliet ingin berteriak di hadapan wajahnya.
…
'Kau tidak akan pernah bahagia dalam hidupmu, Jacey. Kau yang sudah merenggut kebahagiaanku.'
'Karena kau hidupku tidak berarti, aku menderita karena dirimu. Seharusnya kau mati!!'
…
Setelah berhasil meredam amarah, Juliet kembali ke kamarnya. Itu artinya dia akan bertemu lagi si pria tidak berperasaan, dan mungkin perang mulut bisa terjadi lagi. Juliet hanya berharap J sudah pergi ke alam mimpi karena dia malas untuk berdebat.
Nama Jacey King terlalu manis untuk pria dingin seperti J. Benar Juliet baru tahu nama lengkap pria itu dari akta nikah mereka tempo hari. Jacey Raiden King itu adalah nama lengkap suami arogannya.
Juliet membuka pintu secara perlahan, dia bernapas lega karena J memang sudah tidur. Setelah berganti dengan pakaian tidur dia bermaksud menyusul J ke alam mimpi tentu dengan tempat yang berbeda.
J terlihat tenang dalam tidurnya, Juliet yang sudah menutup tubuh dengan selimut, sangat terkejut saat mendengar suara merintih yang keluar dari mulut J.
Juliet terdiam tanpa berniat mengganggu, mungkin pria itu sedang bermimpi buruk. J semakin terlihat gelisah, Juliet segera turun dari tempat tidur untuk melihat keadaan J di seberang ranjang.
Keringat memenuhi tubuh J, pria itu mengigau tidak jelas. Juliet tidak tahu harus berbuat apa, haruskah dia membangunkan pria dingin itu?
"Ma- …."
"Mama- …."
Untuk pertama kalinya Juliet melihat ekspresi wajah J yang sangat berbeda. Entahlah, Juliet tidak bisa mengartikan mimik wajah J yang tidak pernah dia lihat sebelumnya.
"J!! Apa kau baik-baik saja?" Juliet berucap lirih, mungkin J sedang bermimpi bertemu ibunya yang sudah lama meninggal.
Juliet menyentuh kening sang suami secara perlahan. Sedikit panas, rupanya J sedang demam. Pria itu terus mengigau memanggil nama yang sama.
"Apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupmu? Siapa kau sebenarnya?" Juliet berkata lirih sambil menatap wajah J yang terlihat menyimpan banyak kesedihan.
**TBC
Mm, gimana udah ada titik terang atau belum?
Ini belum apa², kisah hidup J akan terungkap seiring berjalannya waktu ...
Thank's for your support ...
See you next chap ...
I Love you all 💕💕💕**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Anugrah Sanjaya
saya rasa, kasus yg menimpa Juliet itu sama dgn yg menimpa ibu J. bedanya, Juliet tetap menginginkan anaknya lahir sedang ibu J, tidak...
2024-12-29
0
Angely
Jacey Raiden King,, ☺☺nama yang manis
2020-09-11
0
syafa
di tunggu upnya thor
2020-05-13
0