'Aku ingin percaya kau adalah milikku.'
...
Juliet kembali dibuat takjub. Gadis itu kehilangan kata saat melihat rumah J King yang tampak seperti istana di matanya. Sepertinya dia ingin segera bangun dari mimpi indah yang hanya ada dalam angan selama ini.
Setelah masuk pintu gerbang, J memarkirkan mobil di halaman rumahnya saja. J menggenggam tangan Juliet untuk segera masuk ke dalam rumah mewah bersama dirinya.
Juliet gugup dan takut, genggaman tangan J sangat hangat dan membuatnya merasa tidak nyaman. Juliet tidak pernah berpegangan tangan dengan pria manapun jadi wajar saja jika gadis itu merasa sedikit risih.
Dia tidak tahu siapa J. Juliet belum mengenal jati diri pria itu, sehingga membuatnya merasa ragu untuk menerima perlakuan J padanya.
Rumah besar dengan pilar-pilar beton yang kokoh sebagai penyangga bangunan menjadi pemandangan yang pertama kali Juliet lihat. Cahaya matahari senja yang menguning membuat bangunan dengan warna putih menjadi sedikit keemasan.
"Ayo, masuk!" Juliet mengalihkan perhatian bahkan melihat tangan J yang menggenggam tangannya.
"Nona Juliet!!" Suara J kembali menyadarkan lamunan gadis itu.
Untuk pertama kalinya pria muda itu menyebut namanya. Dia lupa apakah dia dan J pernah berkenalan sebelumnya? Tidak.
Juliet menatap punggung J yang terlihat tegap dan lebar. Pria itu berjalan di depannya tanpa melepas genggaman tangannya.
Rumah dengan gaya klasik milik J terasa begitu dingin dan sepi. Semua perabotan dengan gaya unik terlihat sangat bernilai dan mahal.
Entah kenapa Juliet merasakan kehampaan di rumah milik J. Rumah mewah itu seperti tidak bernyawa. Tidak ada kehangatan sedikitpun, apakah sebuah rumah bisa menggambarkan jati diri pemiliknya?
Juliet berpikir seperti itu, rumah mewah yang sepi itu menggambarkan kepribadian si pemilik yang musterius dan dingin.
"Kuantar kau ke kamar," ucap J yang tidak dijawab Juliet, mungkin gadis itu sibuk dengan pemikirannya.
Mereka sampai di sebuah kamar. Juliet kembali terkesima melihat ruangan kamar yang sangat indah dengan gaya klasik seperti ruangan lainnya.
Cahaya lampunya terkesan redup dan memberikan kesan tenang.
"Jika butuh sesuatu panggil aku. Kamarku ada di depan kamar ini," ucap J, "nanti akan kupanggil saat makan malam." Pria itu segera meninggalkan Juliet di kamar tersebut. Dapat Juliet lihat J pergi ke kamar yang letaknya berhadapan dengan kamar yang dia tempati.
Juliet menutup pintu dengan perlahan, sekarang rasa bimbang dirasakan gadis itu, sikap J terlalu kaku sehingga membuatnya ragu untuk mengungkapkan perasaannya.
Juliet duduk di tepi ranjang dengan ukuran yang sangat besar, rasanya empuk dengan sprei bermotif bunga serta tekstur yang sangat lembut. Hangat itu yang Juliet rasakan saat dia membaringkan tubuhnya.
Rasanya begitu lelah memikirkan semua yang menjadi masalahnya. Mungkin gadis lain menginginkan semua yang dia dapatkan saat ini karena J, kenapa pria itu memilihnya yang bukan siapa-siapa? Apa yang sebenarnya diinginkan J?
...
Tok-tok
Suara pintu yang diketuk membuat Juliet terbangun dari tidurnya. Mungkin dia benar-benar kelelahan dan akhirnya jatuh tertidur, hanya saja dia tidak ingat memakai selimut saat akan tidur tadi.
Gadis itu membuka pintu dan sedikit terkejut saat sepasang pria dan wanita lanjut usia berdiri di depan pintu. Mereka tersenyum ramah kemudian membungkuk hormat.
"Selamat malam, Nona!! Anda dipanggil Tuan untuk makan malam," ucap wanita tua tersebut.
'Makan malam?'
Juliet melihat jam dinding yang terpasang di kamar, sudah pukul delapan malam, itu artinya dia sudah tertidur selama tiga jam sejak sore.
"Iya," jawab singkat Juliet. Gadis itu segera mengikuti sepasang pelayan yang memandunya pergi ke ruangan yang dimaksud.
Rumah mewah yang sangat sepi. Juliet dibawa ke ruang makan dengan meja yang besar, seseorang duduk di sana. J duduk sendiri sambil menunggunya untuk makan bersama.
"Silahkan, Nona!!" Pelayan wanita mempersilahkan Juliet duduk di kursi bagian kanan. Sedangkan J duduk di kursi utama. Jarak mereka memang dekat karena Juliet duduk di kursi pertama.
Mereka makan dalam diam dan tenang, sesekali Juliet melirik J yang makan dengan tata cara yang begitu baik dan sopan. Pria itu tidak berbicara sedikitpun tanpa merasa risih pada para pelayan yang berdiri di sisinya.
"Besok aku akan pergi ke Jepang untuk balapan. Apa ada sesuatu yang kau inginkan?" Selalu seperti itu, sikap J memang dingin, tetapi dia selalu memulai sebuah percakapan pada Juliet.
Juliet menggelengkan kepala, dia bukan orang yang selalu memanfaatkan kebaikan orang lain. "Tidak perlu, kembalilah dengan selamat," ucapnya. Dia memang tidak membutuhkan apapun dari J.
Juliet terdiam. Apakah perkataannya barusan salah? Karena J menatap dengan tatapan tidak terbaca.
"Terima kasih!" ucap J. Pasangan pelayan yang berdiri di samping J terlihat saling melempar senyum.
"Setelah makan istirahatlah kembali!" J kembali berucap yang hanya dijawab anggukan oleh Juliet.
J selalu irit bicara, tidakkah dia merasa bosan dengan kesepian rumah yang hanya dia tempati sendiri? Ibunya sudah meninggal saat pria itu berusia tujuh tahun. Hal itu Juliet ketahui dari Molly yang selalu mencari informasi tentang J.
Juliet tidak melihat orang lain lagi di rumah J, lalu bukankah dia punya seorang ayah? Apakah ayah J tinggal di rumah yang sama? Seringkali para orang kaya punya masalah dengan keluarga mereka.
Juliet merasa tidak habis pikir, kenapa J tinggal sebatang kara di rumah mewah tersebut. Tidak seperti keluarganya yang masih lengkap, walaupun hidup mereka tidak kaya tetapi dia dan keluarganya cukup merasa bahagia. Satu pelajaran penting kehadiran keluarga sangat berharga dalam hidup.
Ternyata benar apa kata Molly. Kehidupan J sangat misterius, sepertinya pria itu memang menutup rapat masa lalunya. Juliet tidak melihat satu foto pun keluarga J, entah itu ibu atau ayahnya.
Seperti yang dia rasakan rumah J seperti tidak bernyawa. Seperti sang pemilik yang seperti tidak memiliki jiwa, sikapnya dingin dan kaku.
Namun, bagi Juliet itu bukan masalah, akan lebih baik jika semua tetap seperti itu. Dia tidak ingin mengenal lebih dalam pribadi J karena sebuah alasan yaitu dia tidak punya perasaan pada pria muda tersebut.
Setelah makan malam Juliet diantar pelayan wanita ke kamarnya. Wanita lanjut usia itu menunjukkan semua sudut kamar yang dia tempati.
Mulai dari kamar mandi sampai walking closet yang terdapat di dalam kamarnya. Seperti ruangan lain, semuanya hanya memiliki pencahayaan yang minim alias redup.
"Nyonya. Apa tidak ada orang lain yang tinggal di rumah ini?" tanya Juliet, sambil mengkituti langkah sang pelayan yang sedang memandu wisata rumah mewah J King.
"Nama saya Corina, jadi anda bisa panggil seperti itu," ucap Corina, wanita itu tersenyum.
"Maaf, tapi aku tidak terbiasa memanggil nama pada orang yang lebih tua." Juliet berkata jujur. Usia Corina bahkan terlihat lebih tua dari ibunya. Pelayan itu mengingatkan dirinya pada sang nenek yang sudah lama meninggal.
"Mm, baiklah, Nona."
"Tuan, J memang tinggal seorang diri di rumah ini." Corina menjelaskan pada Juliet. "Sejak sepuluh tahun yang lalu."
"Apa? Jadi itu berarti dia tidak tinggal bersama ayahnya?" tanya Juliet penasaran.
"Tuan besar pernah datang beberapa kali. Beliau tinggal di luar negeri, jadi tidak punya banyak waktu untuk Tuan J" jawab Corina sambil merapikan barang-barang di kamar yang Juliet tempati, padahal ruangan itu terlihat sudah rapi.
"Ah, begitu, ya?" Juliet berkata ragu, sebenarnya dia tidak berniat menanyakan kehidupan J, anggap saja itu basa-basi supaya dia tidak merasa canggung pada Corina.
"Besok tuan akan pergi ke Jepang jadi bisakah Nona membantu menyiapkan keperluannya? Tuan pasti akan sangat senang. Dan besok dia akan terbang dengan jet pribadinya."
...
"Apa? Jet pribadi?" Juliet memekik saat pelayan wanita yang sudah lanjut usia mengajak dirinya untuk mengantar J ke landasan jet pribadi milik pria muda tersebut. Padahal semalam dia sudah tahu tentang itu, hanya saja dia masih tidak percaya pada ucapan Corina.
Rasanya seperti mimpi saat gadis itu masuk ke dalam sebuah pesawat terbang dengan ukuran yang lebih kecil, tetapi fasilitas yang terdapat di dalamnya seperti hotel berbintang.
Juliet membantu pelayan lanjut usia itu untuk menyiapkan semua keperluan J. Kemewahan tidak membuat silau mata Juliet. Semewah apapun fasilitas di dalam jet pribadi milik J tidak membuatnya merasa ingin terbang, karena kenyataannya dia takut ketinggian.
"Suatu hari nanti, Tuan pasti akan selalu mengajak Anda untuk liburan," ucap pelayan tersebut sambil merapikan beberapa properti di dalam jet tersebut. "Anda adalah tamu wanita pertama yang dibawa Tuan ke rumah ini," lanjutnya.
Juliet tersenyum, apakah hal itu benar? Juliet berharap itu sebuah kebohongan karena ada banyak gadis di luar sana yang rela mengantri untuk J.
"Saya, tidak akan pernah mau naik pesawat ini, Nyonya." Juliet menjawab sambil tersenyum. "Karena saya takut ketinggian," lanjutnya sambil berbisik.
Juliet dan pelayan itu tertawa pelan, tanpa disadari sepasang mata memperhatikan semuanya. Sebuah senyuman terlukis di bibir orang tersebut dengan sangat tipis bahkan hampir tidak terlihat.
...
Setelah kepergian J yang terkesan sangat biasa, iya tidak ada sesuatu yang istimewa terjadi saat pria itu menutup pintu jet pribadinya.
Apakah Juliet dan J bisa dikatakan sebagai pasangan kekasih? Bahkan tidak ada lambaian tangan perpisahan dari seorang J untuk Juliet. Pria itu terlalu kaku dan Juliet sendiri enggan untuk memulai.
Juliet memutuskan untuk kembali ke rumahnya, dia tidak mau berlama-lama di rumah J yang membuatnya merasa kesepian, lagi pula keluarganya sudah kembali dari luar kota.
Juliet merajuk pada ibunya dan bertanya kenapa wanita itu menitipkannya pada J King? Dan sekarang dia semakin terjebak lebih jauh pada kehidupan J yang sama sekali tidak ingin dia ketahui.
"Aku tidak mengerti, kenapa Julie begitu marah?" tanya Emma pada sang suami. Pasangan suami-istri tersebut tengah beristirahat setelah perjalanan dari luar kota.
"Aku tidak pernah bertemu dengan kekasih puteri kita. Dan aku juga tidak tahu kau menitipkannya pada pria bernama J King," jawab Collin. Pria itu melirik ke arah sang istri. "Jangan memaksanya!"
Emma menghela nafas. "Aku sangat khawatir jika dia tinggal sendiri di rumah, aku mencemaskannya," ucap Emma dengan nada penuh penyesalan. "Itu semua adalah ide dari Millie."
"Entahlah, aku berpikir Julie seperti tertekan," ucap Collin.
"Kau itu terlalu memanjakannya." Emma protes pada suaminya.
"Kebahagiaan puteri kita sangat penting. Apapun yang membuat mereka bahagia akan selalu kudukung," ucap Collin.
"Aku akan bicara dengannya nanti," lanjut pria paruh baya tersebut. Sebagai seorang ayah dia hanya ingin memberikan yang terbaik. Dia hanya merasa bahwa Juliet menyimpan sesuatu, gadis itu tidak seperti sedang kasmaran atau dimabuk cinta seperti hal umum ketika baru saja memiliki seorang kekasih.
...
Sudah tiga hari berlalu dan Juliet bisa sedikit bernafas lega karena tidak ada tanda keberadaan J di sekitarnya. Semua terasa lebih baik dan kehidupannya terasa kembali normal.
Berada dekat dengan J menjadi beban tersendiri untuk Juliet, padahal pria itu tidak melakukan hal apapun padanya. Mungkin masalahnya bukan pada J tetapi itu murni ada pada dirinya.
Perasaan cinta terhadap orang lain menjadi penghalang baginya untuk membuka diri. Terlebih J tidak menunjukkan atau mengucapkan sesuatu untuk meyakinkan dirinya.
Bruk ...
"Ah, maaf aku tidak sengaja."
Juliet yang baru saja keluar dari perpustakaan bertabrakan dengan seseorang tanpa disengaja. Buku-buku yang dia pinjam terlepas dari tangannya dan berjatuhan.
"Tidak apa-apa," jawab Juliet. Gadis itu berjongkok untuk mengambil kembali buku-bukunya.
"Sini aku bantu," ucap seorang laki-laki yang bertabrakan dengan Juliet.
Mendengar suara yang tidak asing Juliet segera mendongak untuk melihat orang tersebut. Gadis itu membulatkan mata dan terkejut setelah melihat sebuah senyuman terlukis di wajah laki-laki itu.
'Toddy?'
Debaran jantungnya menggila, wajahnya juga terasa panas. "Aa, terima kasih," ucap Juliet.
"Hey, kita bertemu lagi? Nona Juliet?" Pria muda itu menyapa. Dia membantu Juliet mengambil buku yang berjatuhan. "Masih ingat padaku, 'kan?"
Juliet tersenyum sambil mengangguk. "Tentu saja," jawabnya. Dia tidak menyangka pria pujaannya itu juga mengingat dirinya.
Perut Juliet terasa berdesir menyenangkan, rasanya berbeda dengan saat dia bersama J.
"Sebagai permintaan maaf, bagaimana kalau aku mentraktirmu untuk makan siang," ucap Toddy setelah berdiri kembali bersamaan dengan Juliet.
"Apa? Tidak apa-apa, itu tidak perlu," jawab Juliet dengan gugup.
"Eh, sudah ayo!!" Toddy menarik tangan Juliet tanpa menunggu persetujuan dari gadis itu. Mereka pergi dengan tangan Juliet yang digenggam Toddy.
Tanpa mereka sadari ada yang memperhatikan dari jauh. Seorang gadis dengan rambut coklat pendek tersenyum sinis.
...
"Kau mau pesan apa?" tanya Toddy sambil melihat daftar menu.
"Mm, apa saja seperti yang kau pesan," jawab Juliet, saat ini mereka berada di sebuah restoran mewah karena Toddy yang membawanya ke tempat tersebut.
"Jangan begitu! Pesanlah apa yang kau sukai!"
"Lagipula kau itu kekasih J. Itu artinya kau adalah temanku juga," ucap Toddy. Tanpa dia sadari senyuman Juliet memudar karena ucapannya.
Bukannya membandingkan, Juliet merasa lebih nyaman saat bersama Toddy, pria itu sangat ramah dan tidak kaku. Selain itu perasaan suka terhadap Toddy menjadi salah satu alasan dia merasa lebih bahagia.
Toddy orang yang santai, sehingga lebih mudah untuk mengerti dan memahami apa yang pria itu bicarakan padanya.
"Mm, Tuan Toddy tidak ikut balapan?" tanya Juliet sekedar membuka percakapan dengan pria berwajah manis tersebut.
"Kau ini lucu. Jangan terlalu formal! Panggil aku seperti yang lainnya, hanya Toddy," ucap pria itu, "aku tidak ikut karena Roman dan Fablo sudah menemani J," tambahnya.
"Kudengar kemarin kau berkunjung ke rumah J?" tanya Toddy. Juliet hanya mengangguk, iya sebenarnya itu tidak bisa disebut kunjungan karena J yang membawanya tanpa persetujuan Juliet sebelumnya.
"Itu sangat luar biasa. J tidak pernah membiarkan seorang pun menginap di rumahnya, bahkan aku, Fablo, dan Roman juga tidak pernah diizinkan untuk menginap," ucap Toddy panjang lebar.
Setelah pesanan datang mereka makan dengan tenang, sesekali terdengar candaan dari Toddy yang membuat Juliet tertawa lepas. Gadis itu lupa bahwa kebahagiaan yang dia rasakan akan membawanya pada sebuah penderitaan yang menyakitkan.
Bahkan tanpa dia sadari kegelapan itu semakin mendekat. Satu kesalahan yang dia perbuat akan semakin menjerumuskannya pada sebuah bencana yang sudah dia ciptakan sendiri.
**To be continue ...
Ok chap 4 ...
Aku harap kalian suka chap ini ...
Terima kasih untuk semua yang sudah mendukung ...
Cerita ini bergenre angts ... kupikir begitu .. hee ...
Aku ucapkan juga salam kenal untuk kalian semua ...
I Love You** ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Aba Bidol
Karya yang sangat keren thor..., tetap semangat yah berkarya...💪💪🎉🎉🎉
2022-02-17
0
Yohana Putri
i love u too Thor 😘, ceritanya keren
2021-03-11
0
Angely
pasti cherry akan membuat ulah😤, yah... dia kan iri pada julie🤣🤣
2020-09-10
0