Ada sebab yang berakhir dengan akibat, begitupun dengan semua yang terjadi, selalu ada alasan di balik segalanya. Sama hal nya seperti hasil yang tidak akan menghianati usaha. Akibat akan selalu menyertai sebab tanpa bisa terpisah.
...
J dan Juliet masih berada di ruang tunggu dokter kandungan, mereka terlihat cemas terutama untuk J. Itulah sebabnya dia lebih suka jika dokter pribadi yang menangani kehamilan Juliet, tetapi wanita itu menginginkan untuk pergi ke ke tempat itu dimana dia harus mengantri dan menunggu giliran dengan yang lain.
Juliet kembali melihat pada tangan J yang saling menggenggam satu sama lain. Apakah pria itu sedang gugup? Juliet segera berdiri, tidak lupa membawa susu hangat yang dia beli di kantin klinik tadi sebelum masuk.
"Kau ingin minum ini?" tawar Juliet pada sang suami yang hanya mendongak menatapnya.
Juliet bermaksud memberikan susu hangat pada J, tetapi kakinya sedikit tersandung dan susu itu tumpah tepat di depan J dan mengenai tangannya.
"Kau tidak apa-apa?" J segera berdiri dan merangkul Juliet tanpa mempedulikan tumpahan susu hangat di tangannya. Dia juga bertanya cemas pada Juliet.
"Aku tidak apa-apa. Ah, tanganmu kotor, biar aku bersihkan!" Juliet merogoh ke dalam tas hitam miliknya, dia mengambil beberapa lembar tisu dan segera mengusapkannya pada tangan J.
Pria itu terkesiap karena perlakuan Juliet. Tubuhnya kaku saat dengan lembut Juliet mengusap tangannya dengan tisu.
Kejadian itu bukan tanpa sengaja, Juliet memang merencanakannya, dia hanya ingin mencari cara supaya J tidak merasa cemas.
Pria itu terlalu banyak diam dan selalu menyimpan semuanya sendiri. Juliet ingin supaya J bisa berbagi suka dan duka, tawa atau tangis. Juliet bersedia menjadi orang itu jika J menginginkannya untuk berbagi bersama.
"Tanganmu sudah kering dan bersih," ucap Juliet sambil menyentuh telapak tangan J dengan lembut. Raut wajah J tidak terbaca, apakah dia suka atau malah merasa kesal Juliet tidak tahu karena ekspresinya selalu datar, tetapi tatapan pria itu terlihat melembut.
"Nyonya Juliet King!" Suara panggilan seorang perawat membuat pasangan suami istri yang sedang bertatapan segera mengalihkan perhatian.
"Sudah waktunya, ayo!" ajak Juliet pada J. Pria muda itu mengikutinya dari belakang.
J terlihat gugup dan tidak nyaman saat seorang dokter wanita mulai memeriksa Juliet di bagian perut, mulai dari meraba dan sedikit menekan.
J mengalihkan perhatian pada hal lain saat sang dokter mulai membuka kancing pakaian Juliet, dan pemandangan itu tidak luput dari perhatian sang istri yang terus melihatnya, mungkin J merasa risih atau tidak nyaman.
"Ah, Tuan! Apa anda gugup melihat istri anda diperiksa?" tanya sang dokter yang ditanggapi diam oleh J.
"Ini saat yang penting untuk kalian berdua, hari ini kita akan tahu detak jantung si kecil untuk pertama kalinya," ucap sang dokter lagi.
Juliet merasakan sesuatu yang sedang membuat J cemas luar biasa, mungkin pria itu mengingat masa lalunya tentang sang ibu.
Juliet ingin membuktikan bahwa dirinya tidak seperti Meredith Monroe yang ingin melenyapkan anaknya beberapa kali. Dia ingin J tahu, dia sangat mencintai bayi mereka.
…
Suara nyaring yang begitu keras membuat J segera berpaling cukup cepat. Suara mirip sirine ambulan dengan irama tetap dan membuat perasaannya berdebar.
"Nah, ini dia! Detak jantung bayi kalian berdua!" seru sang dokter wanita dengan santai sambil mengarahkan sebuah alat kedokteran di perut Juliet, mungkin alat itulah yang mengeluarkan suara nyaring tersebut.
Juliet merasakan dadanya juga berdegup kencang, perasaan baru yang belum pernah dia rasakan juga membuatnya terkejut. Perhatiannya berpindah pada J, pria itu menatapnya dengan ekspresi yang tidak terbaca.
Tangan J mengepal kuat di samping tubuhnya. Mungkin pria itu juga merasakan apa yang Juliet rasakan, tetapi seperti biasa dia memilih untuk diam, siapa yang tahu bahwa hati pria itu juga bergejolak bahagia.
…
J masih menemani Juliet berkonsultasi dengan dokter, sejujurnya dia tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan dua wanita yang berstatus dokter dan pasien tersebut.
Apa itu trimester, air susu ibu, stretch mark, J tidak bisa memahaminya. Apakah begitu beratnya pengorbanan wanita karena memiliki anak?
"Ada hal lain yang ingin kusampaikan!" ucap sang dokter pada Juliet, tentu J juga menyimak dan mendengarkan karena ucapan itu juga ditujukan pada dirinya sebagai ayah dari sang calon bayi.
"Selamat, bayi kalian kembar!" seru dokter itu dengan senyuman yang mengembang.
J sangat terkejut, untuk kedua kalinya dalam hitungan menit berita mengejutkan sampai di telinganya yang membuat dadanya berdebar kencang. J bersumpah melihat wajah Juliet yang justru menampilkan rasa haru.
'Kenapa Juliet terlihat begitu bahagia?'
…
Tidak seperti pasangan pada umumnya saat para suami akan memberi pelukan dan juga ciuman yang banyak karena kabar gembira itu. J justru terlihat kebingungan, tetapi bukan karena dia tidak suka, melainkan karena dia memikirkan perasaan Juliet.
Dua bayi akan berada di perut wanita itu. J tidak bisa membayangkannya karena sejak awal kehamilan Juliet tidak diharapkan dan itu adalah kesalahan fatal yang sudah dia buat.
J menyandarkan kepala di sandaran jok mobil sambil memejamkan mata, Juliet yang melihat itu merasa putus asa, apakah dia sudah melakukan kesalahan karena mengajak J ke dokter kandungan?
Seharusnya J terlihat bahagia bukan tertekan seperti yang Juliet lihat saat ini. Tidak hanya satu tapi ada dua malaikat kecil yang bisa membuat J tidak kesepian lagi. Apakah dia tidak senang?
Entah kenapa Juliet merasakan sakit di dada karena sikap J, tadinya dia berpikir sikap J akan lebih hangat bahkan memberinya pelukan atau ciuman.
Kenapa Juliet mengharapkan itu dari J? Apakah itu karena hormon kehamilannya? Jika diingat lagi mereka memang belum pernah berciuman bahkan saat J merenggut segalanya.
Juliet merasakan sesak dan sakit, saat ini mereka hanya saling diam dan tenggelam pada lamunan masing-masing.
Saat dalam perjalanan pulang, J hanya sesekali melirik pada Juliet yang betah menatap pemandangan luar jendela mobil. Dia tidak tahu harus berkata apa pada istrinya itu.
"J, aku menginginkan sesuatu!" ucap Juliet tanpa mengalihkan perhatian, tetapi dia tahu J mendengarnya. Juliet menyadari bahwa J memang kesulitan untuk mengekspresikan diri.
Bukankah dia yang bertekad untuk mengubah dunia pria itu? Jika hal kecil seperti itu membuatnya putus asa, bagaimana bisa dia memberikan kebahagiaan untuk J?
Hati Juliet berubah setelah mengingat dua kata dalam amplop surat tempo hari yang dia temukan bersama kotak cincin di gudang kampus. Sepertinya kata itu menjadi sesuatu yang memberi kekuatan pada Juliet.
"Bagaimana kalau kita menginap di rumah Papa dan Mamaku?!" pinta Juliet, tentu saja wajah J terlihat terkejut.
Sekali lagi Juliet memang sengaja melakukan itu. Mulai detik ini dia harus bisa lebih kuat dalam menghadapi sikap dingin J.
'Akan kukenalkan kau pada yang namanya keluarga.'
J tidak bisa menjawab pertanyaan Juliet, tetapi pria itu hanya bisa mengangguk saja.
TBC
Chap depan ada kejutan baru ya
So please keep wait for my story ...
See you next chapter
I Love you all 🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ra I
ceritanya bagus thor... 👍👍👍👍
2021-09-23
0
🌹Milea 🖤
kpan up lg thor aq slalu menntikanmu 🤗
2020-09-16
0
Angely
baby twins ☺☺☺
2020-09-11
0