Toddy Muller, 22 tahun
Cherry Shayk, 21 tahun
***
Tidak ada kebetulan, semua sudah guratan takdir.
***
Tidak perlu mencari cinta yang begitu jauh, saat ada seseorang yang membutuhkanmu melebihi siapapun. Dia begitu dekat sampai kau tidak menyadari karena tatapanmu terlalu jauh ke depan.
Apalah arti kegelapan malam, saat dunia menguasai kesadaran dan menduduki tempat tertinggi dalam hasrat, tidak akan ada ketakutan bagi mereka yang berani menantang ketentuan.
Setitik api cemburu bisa membakar hatimu. Kau cemburu saat api kecil tersebut justru menghangatkan tubuh orang lain. Saat Kau begitu membutuhkannya untuk membuatmu merasa hangat dari dinginnya gumpalan kesepian dunia.
J King menatap lekat seorang gadis yang sedikit menarik perhatiannya. Saat seluruh dunia menatapnya, si gadis berambut sepinggang justru berpaling dan tidak mengindahkan atensinya sebagai pusat perhatian.
J King bahkan tidak bisa mengindahkan celotehan tiga temannya, Toddy, Roman dan Fablo yang tengah sibuk menatap para gadis yang mengerubungi mereka.
"Itu dia. Molly Gibson yang ingin berkencan denganku," ucap salah satu teman J King yang duduk tidak jauh darinya.
J mengalihkan perhatian, Molly Gibson? Apakah si gadis berambut sepinggang yang dimaksud Fablo si cassanova kelas emas? Dua gadis mendekat ke arah mereka, satu dari mereka terlihat antusias saat melihatnya.
J mendengus dalam hati, kenapa semua bersikap sama pada dirinya? Termasuk gadis bertubuh sekal dan terlihat seksi. Satu gadis lain benar-benar membuat J lebih kesal. Dari seisi keramaian klub hanya gadis itu yang tidak menunjukkan gerak tubuh yang menggoda pada dirinya.
Jika Molly mau berkencan dengan Fablo, mungkin memang benar gadis itulah yang tidak peka pada tatapan dingin J King.
"Hai, Molly?" sapa Fablo si cassanova pada dua gadis yang menghampiri.
"Hei, Fablo? Hei, J?" Tanpa dikomando gadis bertubuh sekal menyapa J setelah menjawab sapaan dari Fablo.
Entahlah, apakah itu perasaannya atau kebetulan, terdengar helaan nafas lega dari mulut J karena gadis bertubuh mungil yang sejak tadi dia lihat bukanlah Molly.
"J, kenalkan dia temanku, Molly. Dan, hei, siapa temanmu yang cantik ini?" Fablo berkata pada J sambil memperkenalkan dua gadis tersebut.
"Aah, dia temanku. Juliet Vetra." Molly menjawab dengan segera karena dia tahu Juliet tidak akan mau memperkenalkan dirinya.
'Juliet?'
Molly mengulurkan tangan dan bersalaman dengan J yang tidak menatapnya. Tatapan J justru tertuju pada Juliet yang sama sekali tidak melihatnya.
"Ini dua temanku, Roman dan Toddy." Fablo kembali berkata. Mereka bersalaman kecuali J King yang betah duduk di sofa malas. Hanya dia yang tidak bersalaman dengan Juliet.
"Baiklah, Molly. Kita bisa berdansa dan biarkan Juliet bersama temanku saja," ucap Fablo, pria muda itu menarik tangan Molly tanpa memberi kesempatan untuk menolak.
Juliet merasakan debaran saat berjabat tangan dengan seseorang yang dia sukai. Toddy Muller terlihat sempurna di matanya.
Ada rasa sakit yang menyenangkan dalam dadanya. Seperti ada sesuatu yang memukul-mukul jantung sampai suaranya akan terdengar orang lain.
"Nona, Juliet. Silahkan duduk!" Toddy menunjuk sebuah sofa kosong kepada Juliet.
"T-terima kasih," jawab Juliet dengan gugup. Mungkin lidahnya kelu karena terlalu terpesona pada pria impiannya itu.
"Bersantailah dan nikmati pestanya!" ucap Toddy dengan senyuman yang sangat disukai Juliet. Senyuman itulah yang membawa cinta di dalam hati Juliet. Pria muda Toddy tidak menyadari bahwa dia sudah menebar benih asmara dalam kalbu gadis tersebut.
…
Mata Juliet memindai sekeliling klub, dia mencari sang tambatan hati yang menghilang entah kemana. Dia duduk tidak jauh dari sofa J King yang terhalang dua sofa lainnya.
Ternyata bertemu langsung dengan para idola tidak membuatnya merasa bahagia. Sikap J sangat dingin, tetapi itu bukan masalah karena Juliet tidak peduli akan hal itu.
Senyuman terlukis di bibirnya saat mengingat perkenalan dengan si pria impian--Toddy Muller. Memang tidak salah jika dia menyukai pria muda itu. Toddy bersikap begitu ramah dengan senyuman yang sangat manis.
Juliet menatap Toddy yang sedang minum bersama teman-temannya. Dia tidak menyadari ada yang memperhatikannya sejak tadi.
Toddy adalah pusat perhatian bagi Juliet sehingga dia tidak bisa lagi melihat ke arah lain, seolah tidak ada yang lebih indah dan membuatnya merasa bahagia.
Tatapan dingin J King semakin menjadi saat mengikuti pusat perhatian Juliet. Dia tidak suka disaingi oleh siapapun terlebih oleh Toddy si bocah ingusan.
Selama ini dia tidak pernah terkalahkan oleh siapapun. Lalu kenapa setitik api kecil itu bisa membuatnya terbakar dan kesal. Tatapan hangat Juliet pada Toddy membuat J King merasakan darahnya mendidih.
"J, aku akan mengantar Molly pulang. Bisakah kau mengantar temannya?" pinta Fablo, tetapi J tidak memberi jawaban.
"Roman dan Toddy sepertinya sedang sibuk," tambah Fablo.
"Aa, tidak apa-apa, aku bisa pulang sendiri," ucap Juliet saat Fablo meminta J untuk mengantarnya pulang. Dia menolak halus permintaan Fablo pada J.
Juliet tidak mau pergi bersama J, selain tidak saling kenal dia juga takut pada tatapan J yang begitu dingin dan mengintimidasi. Dia merasa seperti itu karena tanpa sengaja bertemu tatap dengan mata kelam J King.
"Sst, Julie. Sudah pergi sana!!" Molly berbisik. "Ini kesempatan bagus," lanjutnya. Juliet paham dengan apa yang dimaksud Molly. Mungkin dia berharap Juliet bisa lebih kenal dengan J King. Kapan lagi? Kesempatan bagus tidak akan datang dua kali.
"Tapi- …."
"Ayo cepat, J!! Kali ini saja." Fablo menarik tangan J yang masih duduk dengan malas.
"Hn …." J bergumam kemudian beranjak dan berjalan.
"Juliet, kau pulanglah bersama J!!" ucap Fablo.
"Bagaimana denganmu, Molly?" tanya Juliet dia terlihat cemas.
"Molly akan pulang bersamaku! Sudah pergi sana, J tidak suka menunggu!!" Fablo mendorong bahu Juliet untuk segera mengikuti J. "Jangan cemas Molly aman bersamaku, Oke?"
Melihat senyuman Fablo, Juliet bisa bernapas lega, kecemasan terhadap Molly sedikit berkurang. Dia tidak bisa ikut campur pada urusan sahabatnya. Jika Molly ingin bersama Fablo itu adalah haknya.
Semoga saja tidak terjadi apapun pada Molly mengingat predikat dan gelar yang disandang Fablo Oriestes sebagai playboy. Mungkin Juliet takut terjadi sesuatu pada sahabat terbaiknya itu.
Kecemasan lain dirasakan Juliet. Dia menatap punggung tegap J yang berjalan di depannya. Tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut J. Apakah pria itu merasa keberatan mengantarnya pulang?
"J …!!" Juliet yang sedang berjalan menunduk hampir saja menubruk punggung J saat pria muda itu tiba-tiba berhenti karena sebuah teriakkan yang memanggil namanya.
Seorang gadis cantik menghampiri J dan Juliet yang sudah berada di pelataran parkir klub Bloomy's. Mata Juliet membulat sempurna saat mengetahui siapa gadis yang berteriak tadi.
'Cherry Shayk.'
Juliet memegang erat tali tas selempangnya. Dia tahu reputasi Cherry si ratu bullyer. Apa yang akan terjadi jika gadis itu tahu J akan pergi dengannya?
"J, kau mau ke mana? Aku baru saja datang. Bukankah ulang tahun Kely belum selesai?" tanya Cherry sambil melirik ke arah Juliet.
"Aku ada urusan," jawab J. Untuk pertama kalinya Juliet mendengar suara berat pria itu.
"Siapa dia?" tanya Cherry lagi sambil melihat Juliet dengan tatapan tidak suka.
"Teman Fablo," jawab singkat J.
'Mati aku.'
Sepertinya hari ini adalah hari sial untuk Juliet. Selama ini dia menghindari berurusan dengan orang-orang seperti mereka. Baik di kampus atau kehidupannya, tetapi sekarang takdir benar-benar sudah berubah.
"Apa kau ada urusan dengan dia?" Pertanyaan Cherry seperti seorang polisi yang mengintrogasi seorang penjahat, atau seorang isteri yang memergoki suaminya selingkuh.
"Bukan urusanmu!" Benar-benar pria yang dingin J menjawab pertanyaan Cherry dengan jawaban yang tidak memuaskan.
"Jangan pergi, J! Aku tidak punya teman di pesta Kely." Cherry merangkul lengan J sambil berkata dengan manja.
"Pergilah!" J melepaskan rangkulan di lengannya. Cherry terlihat marah dan kecewa.
"Masuk!!" perintah J pada Juliet setelah membukakan pintu mobil. Sungguh Juliet merasa takut pada tatapan J yang sangat tajam. Dengan segera gadis itu mendaratkan bokongnya di kursi penumpang.
"J, please!!" rajuk Cherry, tetapi J tidak menghiraukannya. Dia segera masuk ke dalam mobil setelah Juliet masuk lebih dulu. Mobil mewah itu meninggalkan Cherry yang terbakar amarah. Tatapan gadis itu terlihat penuh dengan dendam.
Juliet meringis saat mengingat perlakuan J terhadap Cherry. Tidak bisakah dia bersikap lebih baik pada seorang wanita. Cherry yang begitu cantik bisa diabaikan oleh pria itu, apalagi dirinya.
Juliet menyesal pergi bersama Molly. Besok pagi dia pasti mendapat masalah di kampus karena Cherry Shayk pasti mencarinya. Dan dia tahu J King tidak akan membantu dan ikut campur padahal masalah itu ditimbulkan olehnya.
Keheningan di dalam mobil mewah milik J terasa mencekik bagi Juliet, padahal mobil itu sedang melaju kencang, tidak terdengar deru mesin sama sekali. Untuk pertama kalinya dia duduk di dalam mobil mewah yang bahkan tidak ada dalam bayangannya selama ini.
"Kau takut padanya?" Juliet terkejut, J membuka suara lebih dulu. Siapa yang sedang J bicarakan? Apakah itu Cherry?
"A, i-itu- …." Sejujurnya dia ingin menjawab iya. "Aku hanya … aku- …."
"Tidak perlu takut!" J memotong ucapan Juliet yang kesulitan menjawab pertanyaanya.
Juliet tidak memahami ucapan ambigu J. Hal apa yang tidak perlu ditakutkan Juliet? Sudah jelas dia akan mendapat masalah dan wajar saja jika dia merasa takut.
"Kau punya kekasih?" tanya J tanpa mengalihkan tatapan pada Juliet bahkan suaranya terdengar dingin.
"Eh? Ti-tidak ada," jawab Juliet dengan ragu.
"Jadilah kekasihku, maka mereka tidak akan mengganggumu," ucap J masih dengan suara yang dingin.
"Ap-apa?" Juliet menatap J, apa pria itu sedang bercanda. Wajah pria itu tidak menunjukkan ekspresi apapun.
"Kau setuju?" Juliet terdiam, apakah J King bersungguh-sungguh dalam ucapannya?
Cukup lama dia terdiam tanpa menjawab, lagi pula J tidak bertanya lagi. Juliet cinta pada Toddy tidak mungkin dia bisa berpacaran dengan orang lain selain pria muda itu.
"Kau belum menjawab pertanyaanku," ucap J yang membuyarkan lamunan Juliet tentang Toddy. Pria muda itu mengalihkan perhartian dan menatap langsung ke dalam mata gadis tersebut.
"I-Iya- …." Juliet menggigit bibir, kenapa semua jadi kacau. Pertanyaan apa yang baru saja dia jawab? J tidak mengulang perkataanya sehingga membuat Juliet kebingungan.
Juliet merasa melakukan kesalahan, dia memberikan jawaban yang salah. Seharusnya dia tidak menerima pernyataan J, tetapi dia juga terlalu takut untuk menolak karena melihat tatapan tajam J King yang menembus ke dalam hatinya.
Setitik api yang membakar rasa cemburu berada dalam genggaman. Dia tidak tahu titik itu akan membawa penderitaan yang lebih dalam untuk dirinya.
Harapan mendapat cinta kasih sang pujaan lenyap sudah di telan kegelapan yang kelam. Tanpa disadari, dia menyerahkan kehidupannya kepada rantai iblis yang akan membawanya pada nestapa yang menghancurkan segalanya.
Kisah cinta dengan dua arah yang berbeda, bagaimana mereka bisa bertemu di satu titik, jika salah satu diantaranya memilih jalan yang berbeda?
To be continue
See you next chap ...
Gimana ini guys ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Nisma HDjaraman
keren beeeut daaaahh thoor👍👍👍
2021-08-08
0
Niluh Yuni Lestari
keren
2021-07-21
0
Yohana Putri
keren Thor 👍🏻
2021-03-10
0