Luka akan terasa sakit bahkan menyisakan bekas yang sulit untuk dihilangkan. Percayalah luka hati tidak akan mudah untuk dilupakan, bahkan tidak jarang luka itu akan kembali menganga karena goresan yang baru.
Juliet menangis histeris, dia tidak sanggup membendung air mata karena luka di hatinya. Dia merasa gelisah, cemas dan sakit di saat yang bersamaan.
Juliet tidak sanggup membayangkan kisah hidup suaminya yang sama sekali tidak bisa diduga. Nafasnya terasa sesak dan sulit untuk menghirup oksigen.
Corina yang cemas segera memanggil dokter karena tidak mampu menenangkan Juliet. Corina menyesal telah menceritakan kehidupan J pada wanita hamil tersebut.
"Maafkan Saya, Nyonya! Saya tidak bermaksud membuat Anda seperti ini!" sesal Corina sambil mengusap kepala Juliet, wanita itu juga menangis.
Juliet sudah sedikit tenang setelah dokter memberinya obat penenang. "Tidak Corina. Ini bukan salahmu," ucapnya sambil menggelengkan kepala.
"Tuan akan segera pulang. Marive sudah menghubunginya," ucap Corina sambil mengusap air matanya.
"Terima kasih karena sudah percaya padaku," ucap Juliet yang dijawab anggukan oleh Corina.
"Beristirahatlah, Nyonya!" saran Corina. Wanita itu kemudian pergi meninggalkan kamar Juliet bersama Marive.
Setelah kepergian Corina, wanita muda itu kembali menitikkan air mata. Dia mengingat kembali kisah hidup suaminya yang begitu kelam.
Dia tidak mengira di balik sikap J yang begitu dingin tersimpan kisah hidup yang sangat mengerikan dan itu sulit dipercaya. Sekarang Juliet mengerti kenapa J begitu membencinya saat mendengar dia ingin menggugurkan kandungan walaupun itu hanya salah paham.
Juliet mengusap perutnya, dia bersumpah tidak akan membiarkan bayinya kekurangan kasih sayang darinya.
Dia sudah salah menilai J selama ini. Juliet akan menghadirkan kebahagiaan untuk J, dia merasa perlu menjelaskan semua pada J bahwa dia mencintai bayi mereka.
Dada Juliet terasa berdesir saat mengingat pria itu. "Aku mencintai bayi ini J! Aku tidak seperti Mamamu. Bayi ini tidak akan kekurangan kasih sayang dariku," gumamnya sambil tersenyum tulus.
"Kuatkan Mama, Sayang! Sehatlah demi Papamu!" lanjutnya.
…
J sangat cemas saat mendengar Juliet sakit, dia menyesal karena sudah menyakiti wanita itu. Dengan gegas dia kembali pulang setelah salah satu pelayan di rumahnya menghubungi.
J hanya tidak ingin istrinya itu mengusik kehidupannya yang mengerikan selama ini. Orang lain tidak akan pernah tahu apa yang ia alami di masa lalu, cukup hanya dirinya sendiri.
J sangat marah saat mengetahui bahwa Juliet ingin membunuh janin miliknya. Dia tahu bagaimana rasanya tidak diharapkan, dibenci dan dibuang, maka dari itu J tidak ingin Juliet menjadi seperti ibunya. Sebisa mungkin dia akan memberi kehidupan pada makhluk kecil tidak berdosa itu dengan cara menekan Juliet melalui pernikahan.
Semua kesalahan memang ada pada dirinya, sama seperti ayahnya dulu yang menyerang ibunya sampai hamil. J tidak ingin nasib itu juga dialami oleh bayi yang dikandung Juliet, tetapi dia tahu wanita itu tidak pernah mencintainya, dan dia hanya bisa melakukan sebuah perjanjian bersama Juliet supaya wanita itu meminjamkan rahimnya untuk anak mereka.
Rasanya begitu sakit bagi J. Kehidupan yang pahit sudah dia jalani, sepertinya kutukan sang ibu sebelum dia meregang nyawa memang benar terjadi, bahwa tidak akan pernah ada yang mencintai dirinya sepenuh hati.
Bukan kesalahan Juliet jika dia ingin melenyapkan semua kehidupan yang J miliki, termasuk bayi yang ada di dalam rahim wanita itu.
Dia menyadari bahwa dirinya bersalah, Juliet sedang hamil, bagaimana jika terjadi sesuatu pada janin yang sedang dikandungnya? Dengan terburu-buru J keluar dari mobil setelah sampai di rumahnya, dia bahkan mengabaikan sapaan para pelayan.
"Juliet!!" J segera menghampiri istrinya yang berada di kamar dan ternyata Juliet sedang tidur.
J menghela nafas kasar saat melihat wajah Juliet yang tampak pucat serta mata yang sembab. J mengepalkan tangan, dia kesal pada dirinya sendiri, dia merasa menjadi seorang pengecut.
"J!!" Suara lembut Juliet membuat pria itu hanya bergeming, J hanya berdiri di samping ranjang Juliet tanpa berani untuk duduk.
J sangat kaku dan terlihat kebingungan. Juliet memahami sikap pria itu, dia tidak pandai bereskpresi dan mungkin tidak tahu caranya mengawali sebuah percakapan.
"Duduklah!" pinta Juliet sambil menepuk tepian ranjang. Dia mengingat kembali kisah hidup J. Sungguh dia merasa prihatin. Sikap J seperti itu karena berpikir semua orang tidak menyukainya.
Sekarang Juliet merasa mengerti bahkan memahami dari cara J menunjukkan gestur tubuhnya. Wanita itu menangis kembali. Pria yang ada di hadapannya tidak pernah merasakan kasih sayang.
Melihat Juliet menangis, J merasa tidak tahu harus berbuat apa. Dia berpikir Juliet pasti semakin membencinya. Dia memang bersalah sudah membuatnya ketakutan.
"Ma-maafkan aku- …." ucap J sambil berusaha duduk tapi dia urungkan niatnya dan berdiri kembali.
J terkejut, kebingungannya semakin menjadi saat merasakan genggaman tangan Juliet. Wanita itu mencegahnya untuk menjauh.
Mereka hanya saling menatap, Juliet ingin sekali mengutuk keluarga King yang sudah membuat J menjadi seperti itu.
Secara perlahan Juliet menarik tangan J dan pria itu hanya mengikuti sampai akhirnya dia terduduk di tepi ranjang.
"Aku tidak bermaksud- …."
"Aku tahu, aku tidak apa-apa," potong Juliet pada ucapan pria itu.
Juliet menatap wajah J yang justru sedang menunduk, hatinya mencelos dan sakit. Sekarang dia bisa melihat dengan jelas tatapan pria itu begitu kosong, tidak ada cahaya kebahagian di sana. Selama ini dia tidak pernah memperhatikan, ternyata ada begitu banyak luka yang J simpan.
"Bisakah kau mengantarku ke dokter kandungan besok?!" pinta Juliet pada suaminya itu. Juliet membuka percakapan, dia berpikir harus melakukan itu untuk J. Pria itu tidak pernah diajarkan bersikap baik ataupun buruk sehingga dia tidak tahu bagaimana caranya menunjukkan emosi yang sedang ia rasakan.
J menatap Juliet sambil mengangguk secara perlahan. Wajahnya selalu datar tanpa ekspresi, tetapi Juliet sangat tahu bahwa pria itu punya perasaan di dalam hatinya.
'Aku berjanji akan memberi dan mengajarkan banyak kebahagiaan untukmu, J.'
…
Tekad Juliet semakin menggebu, sekarang dia mulai memahami bahwa setiap orang membutuhkan orang lain untuk mendukung dan membuat dirinya berarti.
Juliet meremat ujung selimut yang menutupi tubuhnya, tatapannya tertuju pada J yang sedang tertidur di sofa seberang ranjangnya. Juliet gelisah dan tidak bisa menutup mata.
Dia menatap wajah sang suami dari kejauhan. Kisah hidup J terus tergambar dalam pikirannya, membuat Juliet tidak sanggup untuk membendung air matanya.
Sesak, Juliet membayangkan J yang menanggung beban selama hidupnya. Dia yang hanya mendengar merasakan sakit luar biasa. Bagaimana dengan J yang mengalaminya sendiri?
Juliet menutup wajah dengan punggung tangan kirinya. Tenggorokannya naik turun menahan isak tangis. Dia tahu J tidak akan suka jika mengetahuinya karena akan berpikir Juliet kasihan padanya, tetapi bukan itu yang Juliet rasakan.
"Ya Tuhan, hilangkan sakit di dadaku!" Juliet memanjatkan doa dalam hatinya. "Berikan aku kekuatan untuk mengubah dunianya."
Begitu tulus, Juliet berniat untuk mengubah kehidupan J yang kelam. Lalu bagaimana dengan kesalahan J yang sudah menyerang bahkan membuatnya hamil.
Juliet mungkin belum memaafkan perbuatan J yang satu itu. Memang tidak mudah, tetapi Juliet hanya mampu untuk menerima takdir, lagipula dia sudah tahu alasan di balik semuanya.
…
Tok-tok …
Pagi hari yang masih dengan cuaca hujan, pintu kamar pasangan suami istri J dan Juliet diketuk dari luar. Rupanya Corina mengetuk karena dia bilang ada tamu yang berkunjung.
Entah siapa lagi yang bertamu, Juliet hanya berpikir bahwa hanya orang-orang jahat yang mendatangi rumah suaminya, seperti adiknya Diaval.
"Maaf, Tuan. Ada tamu untuk anda," ucap Corina pada J yang sedang bersiap untuk pergi ke kantor. Sedangkan Juliet masih berbaring karena J tidak mengizinkannya untuk bangun.
"Siapa, Corina?" tanya J.
"Mm, Tuan Antonio Bower," jawab Corina ragu.
Juliet sangat terkejut karena orang itu adalah ayah Diaval. Dia segera melihat ke arah J, walaupun smar dia juga melihat bahwa pria itu juga terkejut.
"A-aku, aku akan menemuinya," jawab J dengan gugup.
Juliet tidak bisa berkata apapun,sebenarnya dia tahu siapa orang tersebut, tetapi jika dia membuka suara J akan tahu bahwa dia sudah mendengar kisah hidup pria itu.
"Siapa dia?" tanya Juliet, dia berpura-pura tidak tahu.
"Ayah adikku, m-maksudku dia- …."
"Aku akan menemanimu untuk menemuinya," potong Juliet, dia tahu J begitu gugup dan mungkin sedikit cemas.
"Tidak perlu, istirahatlah!" titah J pada Juliet.
"Tidak apa, bukankah tidak sopan jika tidak menyambut tamu?" kilah Juliet dan itu membuat J hanya terdiam.
Setelah membersihkan diri terlebih dahulu Juliet sudah selesai berdandan dan J hanya bisa menunggu istrinya itu bersiap.
"Aku sudah siap, ayo!!" Juliet tersenyum tulus, mereka berjalan beriringan dengan Juliet menggandeng lengan J seolah mereka adalah pasangan yang bahagia.
Juliet hanya ingin menemani suaminya untuk menghadapi orang-orang dari masa lalu J. Dia tahu hal itu tidak akan mudah bagi J, terlebih Antonio bower adalah salah satu dari mereka.
Juliet berjanji akan menemani setiap langkah suaminya untuk menghadapi kejamnya dunia, walaupun tanpa cinta ataupun tempo yang sudah ditentukan.
Entahlah, mungkin sampai bayi mereka lahir beberapa bulan ke depan. Dan mungkin Juliet juga tidak tahu bahwa Tuhan juga punya rencana lain untuk hidupnya.
TBC
Maaf telat up sayangku semua ...
See you next chap ...
Chap ke depan perubahan sikap Juliet semakin menjanjikan seiring bertambah pula masalah rumit yang akan dia hadapi bersama J.
I Love you all 🌺🌺🌺
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Angely
awal yang bagus juliet... kau akan mengubah dunia J, dan sayangi dia
2020-09-11
0
Meri Dee
lnjut thor
2020-08-15
1
SoHee-ssi
kapan ni kak lanjutnya? aku nunggu... kngen j n juliet
2020-08-15
1