Molly Gibson, 21 tahun
Roman Vonseca, 22 tahun
Fablo Oriestes, 22 tahun
***
Setiap insan pasti melakukan kesalahan, hanya saja tidak ada yang tahu akan kemana kesalahan itu membawa kita, tidak sedikit dari kesalahan membawa pada kebahagiaan dan berujung kisah manis.
Namun, apakah kesalahan yang dilakukan Juliet akan membawanya pada tempat indah itu? Ataukah ke jurang gelap yang memberinya kesengsaraan.
Setelah sampai di rumah, Juliet segera turun dari mobil J dan berputar untuk mengucapkan terima kasih pada pria itu yang sudah menurunkan kaca mobilnya.
"Terima kasih untuk tumpangannya, dan terima kasih karena mengantarku pulang," ucap Juliet, gadis itu sedikit menunduk saat berbicara pada J.
"Tidak perlu berterima kasih. Besok mau kujemput?" tanya J dengan nada suara yang dingin.
"Eh, tidak perlu. Aku- ...."
"Baiklah, kita bertemu di kampus," potong J pada ucapan Juliet.
"Sampai jumpa," ucap J.
"Selamat jalan," jawab Juliet, pria muda itu mengangguk kemudian menyalakan kembali mobilnya dan meninggalkan Juliet di depan rumahnya.
"Hah, aku lupa, aku tidak menawarkan dia untuk mampir," sesal Juliet. Dia mungkin tidak suka pada J tetapi dia bukan orang yang tidak tahu berterima kasih pada seseorang yang memberi kebaikan padanya.
Pukul 11:00 malam
Kriet ...
Juliet membuka pintu kamar, dia terkejut saat melihat sang adik--Miliet yang tiba-tiba menerjangnya dengan pelukan.
"Kakak!! Baru pulang, ya?" tanya Miliet saat memeluk sang kakak.
"Milie? Kau belum tidur?" tanya Juliet pada adiknya yang berusia empat belas tahun.
"Tadi aku mau tidur, tapi aku mendengar suara mobil. Aku tidak jadi tidur." Miliet menjelaskan pada sang kakak. "Pria tadi yang mengantar Kakak, apa itu pacar Kakak?"
Deg ...
Juliet merasakan debaran di dadanya, dia lupa akan hal itu. Apakah benar bahwa J adalah kekasihnya sekarang? Juliet takut salah menafsirkan kejadian di mobil tadi.
"Kakak!! Kenapa tidak menjawab pertanyaanku?" Miliet kembali bertanya, dia melihat kakaknya yang seperti kebingungan.
"Entahlah," jawab Juliet. Dia menghempaskan tubuh di atas tempat tidur yang selalu dia bagi bersama sang adik.
"Kakak, dia itu J King, 'kan?" tanya Miliet sambil mengikuti kakaknya berbaring.
Juliet mengalihkan perhatian pada adiknya itu, dia juga menatap heran. "Dari mana kau tahu, Milie?" tanyanya.
"Aah jadi benar?" Miliet berteriak seolah tidak percaya. "Aku tidak menyangka dia jauh lebih keren dari yang kubayangkan?"
"Apa maksudmu?" Juliet kembali bertanya pada adiknya yang begitu kegirangan.
"Kakak ini bagaimana? J King sangat terkenal. Semua teman sekolahku mengidolakan dia." Miliet mengerucutkan bibirnya.
'Apa J King benar-benar populer?'
Juliet memikirkan ucapan adiknya, kenapa nama J King seperti wabah yang menyebar? Apakah dunia semua orang sudah berpusat pada pria itu saja? Molly Gibson sang sahabat, teman kampus, dan sekarang adiknya sendiri yang masih begitu kecil untuk memikirkan seorang pria, malah bicara tentang J King yang justru membuatnya mendapat masalah.
"Jadi apa benar dia pacar Kakak? Kalau iya biarkan aku menjerit sekarang!" ucap Miliet dengan ekspresi yang meluap-luap.
"Kakak tidak tahu," jawab Juliet, dia memang tahu.
"Aku akan katakan ini pada semua temanku dan mereka semua pasti iri padaku," ucap Miliet.
"Jangan lakukan itu, Milie!!" sergah Juliet. Seharusnya gadis itu tidak menambah masalah lagi dengan nama J-- ... rasanya Juliet tidak ingin lagi menyebut nama itu.
"Ck. kakak membosankan." Miliet merajuk kemudian dia berbalik dan membelakangi kakaknya, mungkin gadis remaja itu merasa kesal dan marah pada Juliet.
Juliet memijat kepalanya yang terasa berdenyut tidak karuan. Dia berharap yang dialaminya hari ini adalah mimpi dan besok pagi semua akan kembali seperti sedia kala.
...
Orang tua Juliet sudah berkumpul di ruang makan, pagi ini gadis itu tidak bangun terlambat seperti kemarin. Miliet terlihat lahap saat menyantap sarapannya.
"Selamat pagi, Sayang?!" sapa sang ayah--Collin Harrison pada puteri sulungnya.
"Selamat pagi, Pa." Juliet mencium pipi sang ayah dan ibunya.
"Siapa yang mengantarmu pulang semalam, Sayang?" tanya Emma Harrison pada Juliet.
"Kakak diantar pacarnya semalam," sela Miliet saat Juliet hendak menjawab pertanyaan ibunya.
"Benarkah?" Emma kembali bertanya. "Mama tidak tahu kau sudah punya pacar," lanjutnya.
"Dia- ...." Juliet kebingungan, jawaban apa yang harus dia jawab.
"Dia pacar Kakak. Kenapa mengucapkan itu saja sulit sekali?" gerutu Miliet.
"Aku tidak tahu," jawab Juliet dengan suara yang pelan.
Collin yang melihat kebingungan Juliet kembali bertanya. "Apa dia pria yang baik?" tanyanya.
"Papa, pacar Kakak itu sangat terkenal, namanya J King. Dia idola semua temanku di sekolah," ucap Miliet dengan penuh semangat.
"Dia seorang artis?" tanya Collin lagi.
Juliet menggelengkan kepalanya. Wajah gadis itu terlihat sedih. Sejujurnya semua terasa rumit bagi Juliet. Secara tiba-tiba Miliet menjadi lebih cerewet dari biasanya.
"Bukan, Pa. Kak J King itu- ...."
"Milie, Papa bertanya pada Kakakmu. Jadi kau diam saja!" Collin berkata lembut pada puteri bungsunya. Miliet kembali mengerucutkan bibirnya.
"Tidak apa jika kau berpacaran. Asalkan kau memilih pria yang baik," ucap Collin dengan sangat bijak. Pria itu panutan bagi Juliet, di matanya pria itu adalah sosok paling penting dalam hidupnya. Pria yang paling bertanggung jawab pada keluarganya.
Masalahnya bukan pada hal apapun, masalah ada pada dirinya sendiri. Juliet tidak suka pada J, dia tidak punya perasaan sedikit pun pada pria muda itu. Terlebih J bukanlah pria baik seperti yang dimaksud sang ayah.
Juliet menganggap J bukan pria baik karena dunia mereka berdua sangat berbeda. Mungkin pria baik yang dimaksud sang ayah adalah seorang pria dengan kehidupan normal, tidak seperti J yang penuh dengan kontroversi, kegelapan dan juga liar.
Satu masalah yang lain, Juliet tidak yakin jika J benar-benar menginginkannya sebagai kekasih. Mungkin semalam dia salah mendengar karena ketidak jelasan J yang tidak mengulang perkataannya.
...
Juliet hampir terkena serangan jantung saat Molly sang sahabat berteriak keras di hadapannya. Gadis itu histeris saat mendengar cerita Juliet tentang J.
"Ah, Ya Tuhan. Katakan aku bermimpi. Aku tidak percaya ini!!" seru Molly, "Kau beruntung, Julie."
"Molly, ini belum pasti, lagi pula kau tahu siapa orang yang kucintai?" keluh Juliet.
"Kau benar. Ambil sisi baiknya kau mendapatkan apa yang semua orang inginkan. Kau ingin emas tapi mendapat berlian." Molly berusaha menyemangati sahabatnya.
"J tidak pernah punya pacar, dia bahkan tidak pernah menyatakan cinta apalagi menginginkan seorang gadis untuk menjadi kekasihnya."
Itu mungkin benar, tetapi J punya banyak koleksi teman kencan, sehingga julukan bastard juga bersanding dengan namanya.
Juliet terdiam, mungkin tidak ada ruginya memiliki kekasih seperti J, akan tetapi hatinya tidak bisa berbohong dia tidak menginginkan hubungan itu dengan J.
"Ini bukan tentang kepopuleran atau keuntungan. Ini tentang hatiku, aku tidak tahu harus berbuat apa." Juliet masih berharap bahwa J tidak pernah mengatakan hal itu, tetapi sebuah kenyataan menyadarkan Juliet bahwa semua itu nyata.
Seorang gadis cantik dan sekelompok temannya menghampiri Juliet serta Molly. Tatapan mereka mengintimidasi. Apalagi masalahnya selain tentang J King yang menjadi obsesi bagi mereka semua.
"Hey, ada hubungan apa kau dengan J ku?" Gadis berambut coklat pendek mulai bertanya. Gadis modis itu bahkan menggebrak meja yang dipakai Juliet untuk makan siang.
"Jadi dia gadis itu, Cherry? Hah, kampungan sekali," ejek salah seorang gadis yang berpakaian sangat minim.
"Hey, jawab aku sedang bertanya padamu?!" Cherry Shayk berteriak sehingga perhatian semua orang yang ada di kantin segera beralih dan menjadikan kejadian tersebut seperti tontonan.
Juliet sudah menduga, Cherry pasti akan bertanya dan mungkin akan membuat perhitungan dengan siapa saja yang berhubungan dengan J King. Jujur saja dia tidak peduli pada J yang diperebutkan, dia hanya terjebak di tempat dan waktu yang salah.
Juliet segera berdiri dan menjawab pertanyaan Cherry. "Itu bukan urusanmu," jawab Juliet, jujur saja dia juga merasa kesal, dalam satu malam dia berubah populer dengan masalah kontroversi karena seorang pria yang sudah mengganggu ketenangan hidupnya.
Molly menutup mulut karena tidak percaya Juliet akan melawan Cherry yang sangat ditakuti oleh semua gadis.
"Apa? Berani sekali kau!" Cherry tidak terima pada ucapan Juliet yang mengacuhkannya.
"Sikapmu itu tidak menunjukkan jati diri seorang bangsawan," ucap Juliet dengan nada suara yang dingin, "padahal kupikir gadis kaya yang terhormat tidak punya sikap kampungan seperti dirimu," tambahnya.
"Apa? Kau?!"
Plak ...
Tangan Cherry melayang dan mendarat di pipi Juliet dengan sangat keras. Gadis itu terlihat begitu marah. Semua teman Cherry tampak begitu puas, sedangkan Molly justru terlihat terkejut dan merasa kasihan pada Juliet.
Juliet bergeming, dia hanya melihat sekeliling, semua orang hanya melihat tanpa ada yang mau menolongnya. Mereka terlalu pengecut untuk melawan ketidak adilan yang terjadi di hadapan mereka.
"Dengar!! Kau pikir dirimu istimewa, J tidak akan pernah peduli pada gadis kampungan sepertimu. Kau hanya beruntung kemarin malam." Cherry kembali berkata.
"Jangan pernah dekati dia, atau kau akan rasakan akibatnya!!" ancam Cherry seolah tamparannya pada Juliet tidak cukup untuk memperingatkan gadis berambut panjang tersebut.
"Kau pikir aku peduli? Jika kau begitu menginginkannya, kenapa tidak pergi dan dapatkan dia!!" jawab Juliet yang semakin membuat Cherry naik darah.
"Kau?!!"
Greb ...
Tangan Cherry yang hampir melayang untuk kedua kalinya terhenti karena seseorang mencekal tangan gadis itu.
"J- J?"
"Apa yang kau lakukan?" Suara berat seseorang membuat semua orang terkejut. Dialah si biang permasalahan Cherry. J King menatap dingin pada gadis berambut pendek tersebut.
"J, aku hanya- ...."
"Pergilah!!" ucap J dengan nada dinginnya.
Cherry terlihat gugup, dia dan temannya terlihat ketakutan dan memilih menuruti perkataan J dari pada mereka yang akan menjadi sasaran kemarahan J.
Juliet berpaling, dia tidak ingin bertemu tatap dengan pria muda yang sudah menempatkan dirinya pada masalah yang sangat rumit.
"Kau tidak apa-apa?" tanya J pada Juliet, dia menyentuh pipi kiri Juliet yang memerah. Mungkin semua orang tidak menyadari ada getar kecemasan pada ucapan pria muda itu karena seperti biasa nada suaranya selalu terdengar dingin.
Juliet menepis pelan tangan J. "Aku baik-baik saja," jawabnya tanpa menatap wajah J.
"Semua orang akan tahu kau kekasihku," ucap J, pria itu kemudian berlalu bersama Roman yang hanya diam sejak datang tadi.
Juliet terdiam, kenapa pria itu selalu menegaskan sesuatu dengan sedikit kata. Tidak bisakah dia mengatakan dengan lebih jelas apa yang dia inginkan? Juliet yakin semua orang yang berada di kantin juga kebingungan dengan semua yang mereka dengar.
Namun, tatapan mereka memang berubah padanya. Setelah merasakan ketegangan karena ulah Cherry, senyum ramah terlukis di bibir setiap orang pada Juliet.
Selama ini kehadiran Juliet tidak pernah mereka sadari. Bahkan Juliet ragu semua teman kampusnya pernah mendengar namanya sedikit pun, tetapi sekarang dia mendadak mendapat keramahan semua orang karena pengaruh J King.
Seringkali status sosial membedakan setiap orang atas kedudukan mereka. Apa yang dimiliki? Berapa banyak harta yang kita punya?
Juliet hanya ingin hidup tenang, setidaknya biarkan dia, tidak perlu ada drama picisan dalam hidupnya, apalagi drama percintaan yang sama sekali tidak dia harapkan.
Takdir memang berubah, itu bukan kesalahan siapapun. Itu hanya sebuah jalan yang harus dia lalui dalam kehidupan.
Seandainya waktu bisa kembali maka Juliet tidak perlu menyesal dan memilih ikut bersama Molly ke pesta ulang tahun temannya.
Namun, sang waktu begitu angkuh meninggalkan semua orang dengan kesalahan mereka tanpa berpaling dan peduli. Waktu terus berjalan dan tidak ada seorangpun yang bisa memutarnya.
...
Juliet sudah selesai dengan jam kuliahnya, dan sekarang dia harus menunggu bis untuk pulang, sudah dua hari dia tidak mengendarai skuter karena benda itu sedang rusak dan belum diperbaiki.
Sebuah mobil sport hitam mengkilat berhenti tepat di depan halte bis di mana Juliet dan calon penumpang lain sedang menunggu kedatangan kendaraan besar tersebut.
Semua orang yang di halte berdecak kagum dengan tatapan berbinar saat melihat pria yang merupakan pemilik roda empat mewah menurunkan kaca mobilnya.
Juliet menatap tanpa minat pada pria tersebut. J si pemilik Bugati menampilkan wajah dingin seperti biasa. Dia menatap Juliet sekilas kemudian dengan cepat mengalihkan perhatian pada hal lain.
"Masuklah!" Singkat dan padat itulah perkataan J pada Juliet, sebenarnya itu lebih pantas dikatakan perintah.
Juliet hanya bisa menurut dan mengikuti perintah sang kekasih, ahh, rasanya dia masih tidak percaya dan tidak ingin percaya pada kenyataan itu.
Mobil J melesat dan membelah jalanan yang sedikit lengang di sore hati. Mereka terdiam tanpa ada seorang pun yang membuka percakapan. Juliet merasa kesal setengah mati, dia ingin sekali bertanya tentang status mereka yang sebenarnya.
"Mulai besok aku akan menjemput dan mengantarmu," ucap J, raut wajahnya terlihat begitu tenang.
Juliet berpaling, dia tidak percaya J akan memulai percakapan lebih dulu. Mungkin itu adalah kalimat panjang yang pernah dia dengar dari mulut kekasihnya.
'Kekasih?' Kepala Juliet terasa berdenyut. Mulutnya terasa gatal ingin bertanya tentang hal itu, dia ingin meluruskan kesalah pahaman yang sedang terjadi diantara mereka.
Juliet ingin menjelaskan bahwa sebenarnya dia tidak bisa menerima J sebagai kekasihnya, status mereka sangat berbeda jauh dari sudut pandang manapun.
Gadis itu melihat penampilan J yang berbalut pakaian sederhana, tetapi dia tahu dengan pasti semua barang yang melekat di tubuh J bernilai jutaan atau bahkan bisa lebih dari itu.
Kepalanya semakin terasa sakit, Juliet tidak akan pernah bisa mengimbangi pria tersebut. Dia yang hanya mengenakan celana jeans dan atasan katun yang mungkin harganya tidak seberapa.
"H-hey, ini bukan jalan menuju rumahku," ucap Juliet dengan sedikit ragu.
"Aku akan membawamu ke rumahku," jawab J sambil tetap mengemudi.
"Apa?" Juliet terkejut, kenapa J selalu berbuat seenaknya? Bagaimana jika orangtuanya mencari, mereka juga tidak bisa menghubungi karena batere ponselnya mati sejak tadi siang. Mereka akan cemas jika dia pulang terlambat.
"Aku sudah menelpon orang tuamu," jawab J, seolah mengerti kecemasan Juliet yang tidak terungkap.
"Kau menghubungi mereka? Seharusnya kau minta izin dulu padaku!" Juliet memberanikan diri bicara pada J dengan emosi yang tertahan. Tentu dia marah karena J sudah berani masuk dalam kehidupannya.
Dia semakin kesal karena J tidak memberi jawaban atas pertanyaannya. Pria dingin itu hanya diam dengan wajah tenang, seolah ucapan Juliet hanya angin lalu.
"Ayah, Ibu dan adikmu akan pergi ke luar kota, mereka berangkat tadi pagi dan tidak bisa memberitahumu karena ponselmu tidak aktif," jawab J panjang lebar, Juliet terdiam sekali lagi kalimat panjang keluar dari mulut J.
Apa dirinya terlalu bodoh sehingga J harus menjelaskan dengan lengkap? Dia baru ingat kedua orangtua serta adiknya memang akan pergi untuk mengunjungi salah satu kerabat di luar kota.
"Dari mana kau tahu nomer telpon rumahku?" Ucapan Juliet sedikit melembut.
"Adikmu menghubungiku," jawab J singkat.
"Milie?" Seharusnya dia tahu adik perempuannya itu memang sedikit merepotkan. Entah dari mana gadis kecil itu mendapat nomor kontak J.
"Aku bisa pulang, lagi pula ada tugas kuliah yang harus kekerjakan," ucap Juliet, sebenarnya itu hanya alasan karena dia tidak mau berlama-lama dengan J.
"Aku sudah berjanji pada seorang ibu untuk menjaga puterinya," jawab J yang membuat Juliet semakin merasa kesal.
"Apa yang Mama katakan?" tanya Juliet penasaran.
"Daerah tempat tinggalmu tidak aman, sering terjadi parampokan dan pembunuhan," jawab J tanpa menghiraukan pertanyaan Juliet.
Lagi-lagi Juliet kehilangan kata. Itu benar, daerah tempat tinggalnya sangat minim pengamanan, bahkan satu minggu lalu seorang maniak ditangkap karena mencuri barang pribadi milik para wanita yang merupakan tetangganya.
Masalah apalagi yang akan dihadapinya karena J sudah mengikut sertakan keluarganya dalam hubungan mereka yang benar-benar tidak jelas. Kenapa semua semakin runyam.
Dia memahami ibunya yang selalu tenang dan lembut hanya ingin ada seseorang yang menjaganya. Kenapa mereka percaya pada J yang sama sekali tidak dikenalnya. Mungkin saja pria itu lebih jahat dari seorang pembunuh dan lebih gila dari seorang maniak.
Mungkin Juliet harus kembali pasrah dan mengikuti takdir yang sudah punya jalan cerita hidupnya, seperti arus yang membawanya hanyut dan tenggelam di dunia yang dingin dan menyesakkan.
Kegelapan itu semakin erat mendekap kehidupannya yang semula berwarna. Tanpa dia sadari, kegelapan itu juga terbawa karena cahaya yang dia miliki telah menarik sang kegelapan untuk meredupkan cahayanya.
To be continue
See you next chap ...
Follow Ig untuk promo story
@_if7_queen
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Sri Murni
bahasanya udah kls menengah agak keatas nih thor... lumayan the best lah pokoknya...👍👍
semangat ya thor... moga sehat selalu..
2021-09-23
0
Niluh Yuni Lestari
suka....bahasa dan penulisannya the best.....
2021-07-21
0
Anny Bertha
ceritanya bagus
2020-10-10
0