Sinar matahari mulai menembus celah jendela, membuat mata Mirai bergetar. Ia mulai mengejapkan matanya, mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali. Tangannya secara otomatis memegang kepalanya yang sakit, dunia di seklilingnya seakan berputar hebat.
Mirai mencoba duduk, sambil terus memegangi kepalanya yang sakit. Dengan mata yang masih terpejam, ia mulai merasakan sesuatu menusuk hidungnya yang sensitif.
Sstttt.....
Bau apa ini? Harum sekali?
Mirai mencoba membuka matanya yang masih sepat. Beberapa menit ia masih belum menyadari dimana ia berada
Di mana ini? Rumahku?
Tunggu! Sejak kapan aku memiliki koleksi buku sebanyak itu? Siapa orang yang sedang memasak itu?
Mirai masih belum sadar. Rambut acak-acakan ia garuk asal, sementara mata yang masih kekurangan daya hanya bisa mengerjap pelan
Ia masih mencoba mencerna apa yang terjadi, sambil menggaruk lehernya, ia melihat seseorang yang tengah sibuk menyiapkan makanan.
"Kau sudah bangun? "tanya Aora.
Teng!
Seketika Mirai sadar. Kenapa ia berada di kamar yang begitu asing. Kenapa Aora berdiri di depannya dengan mengenakan celemek dengan membawa sendok sayur?
" Kyaaa! "
Bukkkkk!
" APA YANG KAU LAKUKAN DISINI, DASAR BODOH! "
Teriakan Mirai menggema diseluruh isi apartemen Aora sambil melampar bantal yang sukses mengenai wajah Aora.
" SALAH SIAPA MABUK DAN MENINGGALKAN KUNCI KAMARNYA DI RESTORAN, DASAR GADIS CEROBOH! "balas Aora tidak kalah menggelegar.
Mirai mulai diam sambil mencoba mengingat apa yang terjadi, dia tidak ingat kejadian kemarin setelah menenggak minuman yang di kiranya air itu. Mirai pun membenarkan selimut agar menutupi seluruh tubuhnya.
" Memang aku yang ceroboh sih, tapi kenapa kau membawaku ke rumahmu, dasar cabul! " gumam Mirai sambil menyipitkan matanya
Hah.....
Aora mulai menghela nafas panjang, dengan tangan memukul kepalanya pelan.
" Jadi. Aku harus membiarkanmu di jalan? Aku memang tidak khawatir padamu, tapi aku mengkhawatirkan nasib orang-orang malang yang kemungkinan melintas dan bertemu dengan kepribadian mabukmu yang barbar itu, aku sebagai pengayom desa tentu tak akan membiarkannya kan". Pungkas Aora
"Tapi- " belum selesai Mirai berbicara, Aora pun mengintrupsinya
" Sudah! Cepat bangun! sebelum turun ke kamarmu, lebih baik kau sarapan di sini. Aku sudah membuatkan sup ikan dan kecambah untuk meredakan rasa pegarmu itu" ungkap Aora sambil menuju ke dapur dan kembali menata meja untuk mereka makan.
"Aku sudah mengambilkan kuncimu ketika aku pergi kepasar tadi, aku taruh di situ" sambil menunjuk sebuah meja.
"Lalu? ,kalau aku tidur dirumahmu, kau tidur dimana? Jangan bilang kau! "ucap Mirai sambil mengepalkan tangan ke atas.
" Berkat seseorang aku tidur di kantorku. Dan lagi, apakah tim medis diijinkan datang terlambat? Kau tidak melihat waktu terus berjalan? "
Tres!
Mirai melompat turun dari ranjang ia barilu ingat ini hari oertamanya bekerja. Dengan cepat duduk di hadapan Aora dengan manis, plus garpu dan sendok di tangan. Aora menghidangkan sup yang di siapkan sambil tersenyum lewat matanya.
" Cepat! Cepat!" perintah Mirai
" Iya bawel! "
" Kau tidak makan? "
" Aku sudah makan tadi, ketika memasak untukmu. Makanlah yang banyak! " ucap Aora
Cih! Padahal aku ingin sekali melihat wajahnya yang tertutup masker itu, bahkan kata Ten, Hanna, dan Rou mereka tidak pernah melihatnya, atau jangan jangan?
Mirai tenggelam dalam lamunan liarnya tentang wajah Aora.
"Cepat habiskan! " desak Aora sambil menatap horor Mirai.
" Hn"
Mirai pun menyeruput sup buatan Aora. Dan rasanya seenak baunya dan tentu membuat Mirai lahap memakannya.
Dibalik maskernya, senyum tulus terukir diwjahnya. Mata Aora yang menyipit menandakan ia sangat bahagia dengan pemandangan didepannya itu.
....................... ...
Mirai keluar dari kamarnya dengan berlari. Ia sedang berpacu dengan waktu, dengan kata lain terlambat.
Ia ingat bahwa Hanna pernah menyebut bahwan Nn. Shiyuu memang orang yang ramah dan baik, tapi ia tidak mentoleril ketidak disiplinan bawahannya.
Tepat di depan gedung apartemennya, seseorang memanggilnya.
"Yo! Mirai"
"Aku tidak ada waktu meladenimu Aora, aku terlambat"
"Tunggu, bawa ini! Ada makanan lebih tadi jadi aku membungkusnya, makanlah ketika istirahat" ucap Aora sambil memberikan kotak bekal merah ke Mirai.
"Hmmmm! Terima kasih! Aku pergi duluan ya..... "
" T- tunggu.... "
Belum sempat Aora mengentikan Mirai, ia sudah berlari jauh meninggalkannya.
" Padahal aku mau ke rumah sakit juga dan memberitahunya jalan memotong, waktu itu aku sengaja memilih jalan memutar supaya bisa nersamanya" Batin Aora
.......
Pip...... Pip..... Pip.... (plis jangan pakai calon mantu)
Suara monitor alat pacu disebuah ruangan isolasi. Di ranjang isolasi, seorang gadis terbaring lemah dengan wajah yang pucat. Selang penunjang kehidupan nampak terpasang di seluruh tubuhnya
"Bagaimana kondisinya? " ucap Nn. Shiyuu, wanita berambut biru gelap yang turut mengamati pasien dari sebuah ruang kaca.
" Tidak ada perkembangan yang bagus, hari demi hari tubuh kecilnya kian melemah? " tegas Hanna prihatin.
" Sebenarnya, sihir apa yang mengenai gadis ini? Aku sudah memeriksa dengan segala kemampuan Kenkou (Tekhnik sihir penyembuh) milikku, tapi tidak satupun yang terdeteksi" ucap Shiyu
Hanna, Mirai, dan Shiyuu mengamati tubuh gadis itu dibalik dingding kaca isolasi.
Berbeda dengan kedua rekannya, Mirai terlihat tenang dengan ekspresi dinginnya khasnya. Tidak ada satupun simpati yang ditunjukkan wajah cantiknya.
Tok..... Tok.... Tok....
Aora yang memasuki ruangan itu dengan dua orang anak buahnya.
"Kau datang Aora? "Tanya Shiyuu
" Hn. Kasus desa Fuu di bawah komandoku, sejauh apa perkembangan yang senpai temui? "
" Tidak ada yang berarti, kami masih berputar dijalan buntu! "
" Dia adalah gadis yang berhasil timku selamatkan dari desa Fuu yang diserang musuh. Desa yang di serang secara tiba-tiba oleh seoarang tidak dikenal.
Kami curiga itu adalah perbuatan negeri Hoshi, mereka melancarkan serangan balasan sebagai bentuk kekecewaan gencatan senjata yang mereka terima akibat kemenangan kita pada peperangan yang lalu. " pungkas Aora dengan nada serius, sikap konyolnya seakan lenyap digantikan dengan aura seorang ketua tim Militer elite desa Sora
" Menurut laporan yang kami terima, desa itu di serang secara mendadak diserang oleh sesuatu kekuatan misterius berupa ledakan asap beracun kan? "tanya Shiyuu
" Memang benar, tapi kami masih belum menemukan jenis bom apa itu. Kita dengar negeri Hoshi mengembangkan sesuatu, aku takut inilah hal tersebut. Mengingat tidak ada kerusakan berarti di desa itu, tapi hampir semua penduduk tewas terbunuh. Bahkan tidak ada tanda perlawanan senjata baik dari warga atau pihak militer yang berjaga"
"Itulah keanehan serangannya, tidak ada tanda perlawanan dari pihak kita. Mungkinkah mereka di serang oleh kelompok prajurit yang menyerang secara grilia? " pungkas Shiyuu sambil menggosok dagunya.
"Tidak. " Mirai mulai berbicara dan memecah ketegangan diruangan itu.
" Itu bukanlah sebuah serangan. Tapi lebih seperti sebuah peringatan. "
Semua orang menatap Mirai, masih bingung dengan apa yang dikatakan oleh gadis yang berdiri tanpa ekspresi itu.
" Apa maksudmu? " tanya Shiyuu.
" Ini bukan sebuah serangan bersenjata pada umumnya. Jika itu sebuah serangan, hal itu akan dilakukan secara berkelompok. Tapi berbeda dengan kasus ini. Aku yakin ini adalah kasus peledakan bunuh diri" ucap Mirai
"Jika itu sebuah serangan bersenjata dengan bom sebagai kekuatan, itu akan cepat dideteksi tim sensor. Maka hal yang pertama yang di lakukan militer adalah mengefakuasi warga entah itu mendadak atau tidak, semua itu agar menekan korban dari pihak sipil.
Tapi jika itu ledakan bunuh diri, bukankah tidak mungkin cakupan penghancurnya bisa menewaskan seisi desa? Apa lagi tidak ada kerusakan serius di sana? Itu menandakan ledakan yang terjadi kecil" sambung Aora
"Aku tidak bilang tujuan bom bunuh diri itu adalah menghancurkan desa, tapi lebih sebagai sebuah peringatan. Memang bom bunuh diri itu tidak bertujuan merusak desa tapi- "
" Tapi apa Mirai ? "" tanya Hanna
"Tapi untuk memusnahkan semua warga desa tanpa terkecuali. Di lihat dari kondisi anak ini, bom yang diledakkan adalah bom berkekuatan biologis. Artinya hanya satu orang yang memasuki desa, dengan serangga Mikro ditanamkan di tubuhnya.
Orang itu kemungkinan menyamar atau bahkan warga desa yang ditangkap musuh dan ditanamkan segel itu. Lantas di kirim di tengah desa di saat masyarakat masih berfokus pada aktifitas di pasar. "
" Jadi, orang itu mengincar tempat dimana banyak orang berkumpul? " tanya Hanna
" Bisa dibilang begitu, tapi sebenarnya tidak perlu melakukan hal itu, karna menurut sifat serangga Mikro dapat menyebar di udara dengan jangkauan luas. Namun, akan jadi lebih mematikan jika bom itu bisa diledakkan di satu pusat yang terdapat banyak orang"
"Senenarnya apa itu serangga Mikro itu?" Tanya Hanna penasaran
"Serangga sihir yang berukuran kecil yang masuk lewat pernafasan. Begitu serangga masuk ke tubuh manusia ia mulai memakan energi di dalam tubuh kita. Jika itu orang militer yang notabene memiliki kekuata sihir di tubuhnya, serangga itu akan membesar dan lambat laun akan meledak.
Tapi untuk rakyat biasa, itu hanya mengerogoti energi hidupnya hingga tewas" pungkas Mirai.
"Seperti katamu, desa Fuu tengah mengadakan festival penting sehingga seluruh masyarakat berkumpul di satu titik tanpa terkecuali. Ini menyebabkan tidak ada korban yang hidup kecuali anak ini yang kami temukan jauh dari TKP." pungkas Aora.
"Tapi bagaimana teknik kenkou milikku tidak dapat mendeteksinya? " ucap shiyuu
" Mungkin ini salah satu senjata yang dikembangkan negeri Hoshi. Mereka mengirimkannya sebagai peringatan ke pihak kita, mengingat letak Desa Fuu memang rentan di serang musuh karena dekat perbatasan" pungkas Aora.
"Sesuatu senjata biologis yang bahkan tidak bisa di deteksi Nn. Shiyuu, mengerikan sekali" pungkas Hanna
"Serangga ini hanya mungkin terdeteksi jika pengendalian kekuatan kenkou seseorang sudah di tarap tertinggi.
Asal kalian tahu, mengendalikan teknik kenkou itu memerlukan pengalaman yang kayak serta pengetahuan yang tinggi akan teknik penyembuhan" pungkas Mirai.
"Bagaimana kau bisa tahu? " tanya Shiyuu
" Karna akulah, salah satu orang yang dapat menguasainya" Jawab Mirai enteng.
"Kalau begitu bisakah kau menyelamatkannya Mirai? "tanya Aora penuh harap
" Tidak!"
" K- kenapa begitu? " tanya Aora terkejut,
" Aku mungkin saja menyelamatkannya dengan Kenkou milikku, tapi resiko meledakknya sangat tinggi"
"Bukankah kau mengatakan hanya orang militer yang berefek hingga menimbulkan ledakan? Ia hanya seorang gadis kecil biasa. " tegas Aora.
" Kau tahu betapa sulitnya mengendalikan energimu untuk mengeluarkan serangga Mikro peledak itu dari tubuhnya? jika kau salah sedikit saja, energi yang kau transfer ke korban justru menjadi bumerang. Makhluk kecil itu akan meledak dengan memakan energimu, kau tahu? "
" Tapi. Bukan itu alasanku, aku hanya tidak ingin menyelamatkan anak kecil itu. "
Ucap Mirai sambil memalingkan wajahnya, tatapannya bahkan tidak memperlihatkan kesedihan sesikitpun.
" Kau tidak seperti orang yang aku kenal Mirai. Bagaimana mungkin kau membiarkan nyawa anak melayang begitu saja? Apa kau menyebut dirimu dokter? " ucap Aora kecewa.
Aora pun menarik tangan Mirai, mengajaknya keluar dari ruang itu. Ia tidak mau menunjukkan emosinya di depan senpai dan anak buahnya.
Aora terkejut dengan sikap dingin Mirai, bagaimana ia tiak prihatin sama sekali ketika melihat seorang Anak kecil yang terbaring lemas. Bahkan ketika ia adalah seorang tim medis. Mirai seakan tidak mau tahu, dan tidak mencobanya. Membuat Aora kecewa untuk pertama kalinya ke Mirai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
anggita
like 👍mirai.
2021-04-29
0