Bayangan hitam yang melintas cepat di sebuah ruangan bawah tanah yang cukup besar.
Ruangan dengan kayu kokoh yang melintang di atabnya, menopang pilar-pilar kokoh yang berada di bawah permukaan tanah. Dihiasi sebuah jembatan menghubungkan ruangan satu dengan ruang lain.
Tok..... Tok.... Tok....
Suara dentungan tongkat menggema keseluruh penjuru, membuat suara nyaring saat tongkat runcing mengenai permukaan kayu jembatan itu.
Hening dan sepi, suasan ruang bawah tanah yang begitu mencengram
Sosok pria tua berjalan dengan tenang, lengkap dengan tongkat kayu yang bertengger ditangan kananya
Wajahnya yang mulai keriput. Salah satu mata yang di perban, berjalan di tengah jembatan penghubung itu.
Tap.... Tap...
"Ada yang kami ingin sampaikan Tuan Tanuki"
Dua orang pria berseragam cops Merah menghadap Tanuki. Pria yang menduduki posisi sebagai salah satu pemimpin Desa Sora. Ia adalah pemimpin Dari anggota Khusus Cops Awan Merah.
Dalam pemerintahan Sora, terdapat dua kubu Kekuatan Militer. Militer di bawah komando penuh Ketua Zen (Cops Awan Putih) serta Cops Militer di bawah komando Tanuki (Cops Awan Merah)
Berbeda dengan Cops Awan Putih. Cops didikan Tanuki adalah Cops kejam Berdarah dingin. Anggotanya di bentuk tanpa emosi serta dibesarkan sebagai senjata pembunuh. Dengan dalih melindungi negeri Sora, visi cops ini cenderung mengikuti ambisi Tanuki.
"Apa yang ingin kalian sampaikan? "
" Ada laporan di salah satu desa di timur Negeri Sora, sebuah markas kelompok bandit telah di serang dua orang misterius, ratusan anggota bandit tewas dalam insiden itu, Tuan
" Menarik.... Hanya dua orang saja, mampu mengalahkan ratusan orang bandit. Apakah kalian menyelidiki siapa dua orang itu? "
Tanya Tanuki sambil tersenyum penuh arti, tampaknya ia mulai tertarik dengan kasus ini
" Menurut informasi kami. Mereka adalah kelompok yang menamai diri Tengu, mereka adalah sekelompok militer bayaran yang bekerja di dunia bawah (gelap). "
" Apa yang mereka inginkan, sehingga menyerang bos bandit itu? "
" Mereka mencari salah satu koleksi berharga si bos Bandit, koleksi itu adalah sebuah kitab yang di sebut kitab Nue"
"Apa yang baru san kau bilang, kitab Nue? "
Wajah tua Tanuki mulai menegang ketika kitab nue disebut. Namun ia masih bersikap tenang, tatapan tajamnya seakan mengitimidasi siapapun yang melihatnya.
"Apa kalian sudah mengetahui di mana mereka bersembunyi? "
" Kami masih menyelidiki, namun ada tempat yang dicurigai menjadi tempat persembunyian mereka. Tempat itu berada di tengah hutan iblis, di sebuah kastil tua yang sulit untuk orang biasa pergi kesana" lapor prajurit itu
"Karna misi seperti inilah aku membentuk cops Awan Merah. Segera kumpulkan tim terbaik! Lakukan pemeriksaan ke tempat itu, jika menemukan sesuatu, langsung laporkan padaku" perintah Tanuki.
"Baik Tuan" jawab dua orang itu sambil menghilang.
"Kitab Nue? Menarik sekali"
........... ...
( Part di bawah, sengaja Author ikuti dari kebiasaan orang timur, seperti jepang, korea dan china. Jadi Minum aklkohol merupakan tradisi yang wajar bagi mereka..... Tentu sedikit menyimpang dengan budaya kita.... Jadi harap pemakluman readers)
"Maaf Mirai, tadi benar-benar kacau. Apa kau sudah lama menunggu? " tanya gadis berambut colat sebahu, tangannya mencakup sambil berlari kecil ke arah Mirai
" Tak apa-apa Hanna, aku baru saja sampai"
"Baiklah. Ayo berangkat! " ajak Hanna sambil merangkul Mirai
Di sebuah restauran BBQ, yang cukup padat dipenuhi pelanggan. Tempat duduk yang bersekat-sekat memisahkan meja satu dan meja lainnya.
Hanna dan Mirai memasuki restauran itu, Hanna yang tengah bingung mencari di mana teman-temannya menunggu.
"Hanna! Sebelah sini! " panggil seorang pria berambut coklat yang duduk bersama temannya di sudut restaurant itu.
Hanna pun memegang lengan Mirai, menariknya mengikuti arah pria yang memanggil namanya.
" Teman-Teman maaf kami telat, masih ada urusan tadi di rumah sakit" sesal Hanna
"Tidak masalah. Kalian adalah petugas medis, jadi itu hal wajar. Kami mengerti pekerjaan sebagai tenaga medis tidak memiliki waktu sesuai kehendak mereka, karena menyangkut banyak orang" ucap pria berseragam Militer dengan rambut coklat pendeknya, ia terlihat ramah dengan senyum yang menawan.
"Kau bukan sedang berdandan, sehingga kau terlambat datang kesini kan? " jawab ketus pria berkaca mata. Pria itu juga berseragam militer Sora. Ia hanya memandang Hanna dengan tampang yang mulai bosan.
Wajah pria berkaca mata itu nampak tak asing di mata Mirai.
"Tentu saja tidak, Rou" jawab Hanna sambil Menarik Mirai duduk di depan kedua pria itu.
"Kenalkan, ia rekan setim baruku. Namanya Mirai, aku harap kalian juga bisa akrab dengannya. Mirai kenalkan, mereka sahabatku, Rou dan Ten"
Mirai nampak gugup. Baru kali ini ia mengenalkan dirinya dihadapan orang lain
"Ha.... Hallo semua, perkenalkan Namaku Mirai. Aku berasal dari desa Sii, mohon bantuannya" sambil membungkuk.
"Oo.... Bukankah kau, Gadis cantik waktu itu? " tanya Rou
" Iya betul, Rou senpai~"
" Halo, namaku Ten. Senang berkenalan denganmu, Mirai" ucap pria berambut coklat pendek
"Meskipun mereka terlihat seperti itu, Rou adalah kapten devisi sensor dan Intel Desa sedangkan Ten adalab Kapten pasukan militer desa. Jika kau menemui kesulitan, kau bisa mengandalkan mereka " ucap Hanna
" Baik.... Mohon kerja samanya senpai" ucap Mirai
"Tidak perlu terlalu formal ke kami, anggaplah kami sebagai temanmu. Jika kau ada kesulitan, dengan senang hati kami akan membantu" pungkas Ten
Teman yang bisa di andalkan? Ini pertama bagiku....
Mirai mulai termenung, banyak hal yang benar-benar baru kali ini ia rasa.
"Bukankah waktu itu aku suruh Aora yang mengantarkanmu? Apakah ia menyusahkanmu? " tanya Rou
" T- tti... T- tidak begitu" jawab Mirai sambil tersenyum kecil
"Tolong Mirai, kau jangan terlalu membenci Aora. Dibalik sikapnya yang dingin, dia menyimpan masa lalu yang pahit" pungkas Ten
"Kejadian malam itu ya...... " balas Hanna
" Kejadian apa?"
"Kejadian malang yang menimpanya, membuat hidupnya terpuruk dalam kesedihan
Dia kehilangan keluarga nya dalam satu malam, kejadian naas yang disaksikan langsung olehnya dengan mata kepalanya sendiri" jelas Ten
"Kami tidak mengetahui detail kejadiannya, tapi hal itu mengubah drastis sikap Aora! "
"Sejak saat itu, ia menenggelamkan hidupnya pada pekerjaan. Dia berusaha menuntaskan misi, bahkan tak segan bisa meninggalkan temannya,
Bahkan ia pernah membunuh rekannya dalam misi jika perlu. Aora yang dulu seperti mesin berdarah dingin, yang tidak mengenal ampun ke musuh" jelas Rou dengan tatapan sedih
Suasana diselimuti kesedihan juga iba teman- teman Aora. Mirai melihat, betapa besar kekhawatiran di mata mereka semua. Namun, Hanna mulai memecah suasana itu
"Setidaknya ketika ia menjadi murid ketua Zen, dengan sikap ceplas-ceplos ketua sikap Aora sudah sedikit mencair, kita juga berusaha menghiburnya sebisa kita" jawab Hanna dengan senyuman
"Hei, Hanna sepertinya kau sangat menyukai Aora? "tanya Rou
Pertanyaan itu sontak membuat Mirai mematung, ia mulai menantikan jawaban dari Hanna
" Yah! Meskipun Aora tipe idaman Gadis. Tapi bagiku dia hanya sahabat untukku, aku tidak tahan dengan pria dingin, sebaliknya pria hangat merupakan tipe idealku" jawab Hanna sambil melirik Ten dengan pipi yang memerah
Hah! Untunglah! Tunggu? Apa maksudku ini
Mirai mulai memukul kepalanya, menyadarkan tentang apa yang baru saja ia pikirkan
"Mirai kenapa kau tidak Minum? " tanya Rou, ia mulai terlihat mabuk dengan wajah yang memerah
" Aku tidak bisa minum minuman beralkohol"
"Oh begitu? " Rou langsung roboh.
Diantara mereka hanya Ten dan Mirai yang masih sadar, sisanya tepar tak berdaya.
" Ya ampun, mereka ini" ungkap Ten Heran
Terdengar suara bel di pintu restoran. Seorang yang cukup familiar dengan rambut abu-abunya datang, berbeda dengan penampilan biasanya, kali ini ia tampak lebih casual
Mirai terkejut dengan apa yang dilihatnya, orang yang selama ini dibicarakan kini muncul di hadapannya.
Aora berjalan menuju meja Mirai dkk. Penampilan pria itu cukup berbeda dari sebelumnya. Aora tampak tampan dengan setelan Casual berupa sweeter berwarna hitam, dengan lengan yang di gulung menapakkan lengan kekarnya,
Masker yang menutupi sebagian wajahnya tidak mengurangi pesonanya, justru aura misterius keluar dari sorot matanya. Hal itu membuat semua pelanggan menaruh perhatian padanya, tidak terkecuali Mirai
"Hei! Aora, Siapa yang memberitahu kita kumpul di sini? " tanya Ten
" Tadi aku bertemu Rou dan dia mengajakku ikut, tapi aku tak bisa datang" ungkap Aora sambil melirik Mirai
Lirikan itu sontak membuat wajahnya memanas. Mirai secara acak mengambil gelas di meja, dan sialnya Rou yang menuangkan sisa sake ke gelas air yang justru langsung di ambil Mirai lalu meneguknya sekali shoot.
Brak!
Kepala Mirai terbentur Meja dan langsung tidak sadarkan diri.
"Pantas saja dia tidak ikut minum, ternyata dia payah dengan alkohol" pungkas Ten sambil menggelengkan kepalanya.
"Dia memang selalu mempesona, dengan caranya" gumam Aora pelan
Malam mulai terasa larut. Jalan-jalan di desa mulai sepi, di sebuah jalan kecil menuju apartemen mereka, Aora yang mulai kekelahan akibat menggendong tubuh kecil Mirai menghentikan langkahnya sejenak
( jangan berpikir adegan ini romantis karena.......)
Srek!
Mirai yang di gendong mulai menampakkan kebar baran ketika mabuk. Ia menjambak rambut Aora dari belakang.
"Bagaimana rambut ini selalu berdiri heh? Dan apa-apaan warnanya. Hei! Aora jangan-jagan kau seorang kakek-kakek di balik masker itu,
Bagaimana mungkin anak muda sudah ubanan? " oceh Mirai sambil terus menjambak rambut Aora dan tentu itu sangat keras.
Aora meringis kesakitan, ingin sekali melempar tubuh kecil itu, namun urung dilakukannya
" Aw! Sakit Mirai, berhentilah menjambak rambutku!
Jika itu sampai rontok dan aku menjadi botak!
Aku sendiri yang akan membalasmu! Dan juga rambut ini aku miliki dari lahir, bukan uban tau! " Aora mulai kesal, terlihat siku-siku di dahinya.
" Bagaimana mungkin tubuh sekecil ini begitu berat? Auh! Punggungku yang malang! 😭" batin Aora
Aora memutuskan menggendong Mirai yang mabuk dan membawanya pulang. Sedangkan Ten mengurus dua orang sahabatnya yaitu Hanna dan juga Rou yang tidak kalah teparnya.
Tidak seperti gadis pada umumnya, Mirai yang mabuk sangatlah barbar. Tidak hanya menarik rambut Aora, ia juga menjewer kuping Aora sepanjang pejalanan. Banyak kata-kata 'manis' yang terucap dari mulut Mirai yang bau sake.
Akhirnya Aora sampai di tempat Mirai, dengan berjuang sekuat tenaga menaiki tangga apartemen akhirnya mereka tiba didepan pintu rumah Mirai
"Kau tahu Aora, sampai saat ini aku masih berpikir keras, duluan mana ayam sama telur, jika kau benar jenius, joba wawab~~~" oceh Mirai.
Aora cuma bisa memutar bola matanya, 'Merepotkan' batinnya
"Hei Mirai! Dimana kau taruh kuncimu? "
" Kunci? Entahlah..... Dimana ya? "
" Cepat kau berikan padaku! Atau aku akan meninggalkanmu disini"
"Entahlah...... Mungkin di meja restaurant tadi? "
Ddeng!
Seketika jiwa kecil Aora keluar dari tubuhnya. Tidak munkin dia kembali ke restaurant itu di jam segini, apalagi meminta kunci duplikat ke pengelola gedung.
Melompat ke jendela? Sadarlah seberapa berat Mirai ini!
Mendobrak pintu? Aku akan langsung diberi ceramah berkesudahan pemilik gedung!
Aora mulai kehabisan akal, punggungnya pun mulai meronta. Siksaan Mirai pun terus ia lakukan ke kepalanya yang malang
Terserahlah!
Ia mulai melangkah meninggalkan pintu rumah Mirai.
Bruk!
Aora menjatuhkan tubuh Mirai di tempat tidur, asal.
Pemandangan kamar yang tidak terlalu besar, Kamar Aora dipenuhi koleksi buku yang tersusun rapi di rak kayu. Disisinya terdapat meja kerja yang dipenuhi dokumen yang menumpuk
Kamar seserhana yang rapi dan bersih. Tidak seperti kamar pria yang tinggal sendiri pada umumnya
Aora meletakkan Mirai. Tidak. Lebih tepatnya menghempaskannya ke kasur, dengan telinga yang masih merah karena di jewer Mirai. Sementara tangannya sibuk masih mengelus rambutnya yang sakit.
"Kuharap rambutku tidak rontok! Auh! "
Ia pun melepas sepatu mirai yang tinggal satu, dan membenarkan posisi tidur Mirai.
Sreesh!
Tiba-tiba Mirai menarik kerah baju Aora. Membuat wajah mereka berdekatan, Aora bahkan dapat merasakan nafas bau Alkohol Mirai, sementara jarak wajah mereka hanya tersisa beberapa senti saja.
Aora tertegun. Mata merah kecoklatannya terbuka lebar, ia menjadi gugup akibat jaraknya yang dekat dengan Wajah Mirai.
Aora memperhatikan wajah cantik di depannya. Wajah yang seukuran telapak tangannya itu tengah terpejam, hidung yang mancung dan kecil serta bibir yang ranum.
Rambut depan Mirai yang mulai acak-acakan menghalangi wajahnya, tangan Aora dengan lembut mulai menata rambut Mirai yang menghalangi wajah cantiknya.
Tangan Aora kini beralih mengelus pipi putih kemerahan Mirai, dan berakhir menyentuh Bibi Mirai.
Sresssh!
Aora sadar apa yang dia lakukan itu, ia pun bangkit dan melepaskan cengkraman dari Mirai.
"Sadarlah Aora, jadilah laki-laki gentle! Jangan memanfaatkan kesempata di depan gadis yang mabuk"
Aora mulai menyelimuti tubuh Mirai. Ia usap kepala Mirai lembut, Mirai yang tertidur lelap, dengan dengkuran halus nafasnya. Aora tersenyum di balik Maskernya.
Aora mulai menarik masker yang menutupi setengah wajahnya itu. Tidak seperti yang Mirai bayangkan selama ini dengan pikiran liarnya.
Wajah Aora jauh berbeda. Bahkan bisa dikatakan ia begitu Tampan.
Wajah putih, dengan garis rahang yang tegas. Hidung yang mancung dengan bibir tipis merah alami, tidak ada satupun noda di wajah itu.
Dua lesung pipit mengiasi wajah Aora, terlihat semakin jelas ketika Aora tersenyum di hadapan Mirai. Ditambah eye smille di kedua mata menawannya menambah kesan manis dan tampan di wajah Aora
Aora mulai Mendekatkan wajahnya ke wajah Mirai.
Cup......
Aora mencium kening Mirai lembut. Lalu Ia pun kembali mengenakan maskernya, sambil mengusap lembut kepala Mirai.
"Mungkin satu kecupan selamat malam tidak berlebihan" ucap Aora sambil meninggalkan Mirai
Ia mulai meninggalkan kamarnya dan menutup pintu perlahan
"Selamat malam, tidurlah yang nyenyak. Aku harap kau tertidur tanpa rasa takut akan mimpi buruk yang menghantuimu" ucap Aora.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Syafira
semangat Thor aku mampir
2021-08-01
0