...Tiga hari sebelum Penyusupan...
Mirai mencoba mengumpulkan kesadaranya. Samar, ia melihat ruang gelap dengan berbagai alat medis mengelilinginya. Sebenarnya dimana ia saat ini?
Mirai berkenyit, ketika merasakan tubuhnya terendam air. Air yang nerendam tubuhny berwarna merah pekat.
Air?
Kenapa aku-
ARGHHH! Sakit!
Kenapa tanganku sepanas ini?
Samar, di ujung ruang ada dua orang lelaki sedang berbincang. Tubuh Mirai kecil, direndam di dalam sebuah bak penuh berisi air. Ia hanya bisa meringis, melihat lengannya terluka. Bukan hanya itu, darah yang keluar bahkan mampu merubah warna air.
Seorang anak berusia 6 tahun, ditengah ruangan gelap serta benda-benda asing mengelilinginya. Mirai memandang sekelilingnya takut, entah apa yang akan dilakukan orang-orang asing itu padanya.
Sambil berusaha mengumpulkan kesadaran, Mirai kecil pun mencoba bangkit, ia ingin segera keluar dari ruangan menakutkan itu. Namun itu tidak semudah yang ia pikirkan.
Tubuh yang lemah, serta rasa sakit tidak tertahan menyulitkannya untuk bangkit.
Brakk
Mirai tidak sengaja menjatuhkan satu alat yang menjadi tumpuannya. Mirai mulai mendemgar langkah kaki tergesa-gesa mulai mendekat ke arahnya.
T- tunggu. Siapa paman paman itu? Lambang Awan?
Ada dua orang pria berseragam militer dengan lambang awan merah di dada kirinya. Mirai tidak berani menatap langsung ke arah dua pria itu, ia hanya bisa melihat lambang awan di dada mereka. Dua pria asing itu mulai mendekati Mirai, memeriksa apakah gadis itu sadar atau tidak.
"Bukankah seharusnya kita tebas lebih dalam saja pembuluh darahnya? " salah satu Pria berserangan itu mulai mendekat.
" Apa kau bodoh?! Kalau kita lakukan, itu bisa saja membunuh anak itu. Darahnya masih berguna bagi kita! "
" Kau benar juga. Tapi bukankah jika kita mencampur darahnya dengan air, itu akan mengurangi efek sihir penyembuhannya? "
" Kau memang bodoh! Pasukan kita banyak jumlahnya. Meski efeknya lemah, itu masih berguna untuk meningkatkan kekuatan kita. Dasar Bodoh! "
Kedua pria itu terus berdebat, mereka mencoba mendekat ke tubuh Mirai. Mereka ingin membuat Mirai pingsan lagi. Mirai hendak berontak tapi salah satu pria langsung memegangi tubuhnya, sedangkan yang satunya menodongkan pisau ke arahnya.
" Baiklah gadis baik, kau harus memberi paman sedikit darah istimewamu lagi. Untuk itu, kau harus tetap tertidur disini, mengerti? " du pria itu semakin mendekat, sambil tersenyum jahat.
T-tidak! Jangan! Jangan!
Dengan cepat Mirai membuka matanya, dia terbangun dengan nafas terengah. Ternyata itu semua hanyalah mimpi Mirai. Tapi apa yang baru saja ia lihat, itu seolah benar-benar nyata.
"Ha! Ha! Ha! Mimpi apa ini? " Mirai mencoba mengatur nafasnya. Mirai memandangi kamar kosong didepannya, keringat tipis mengucur di wajahnya
Di tengah kamar kecil yang gelap. Mirai yang masih terengah-engah mencoba duduk di atas tempat tidurnya.
Kilapan-kilapan petir menerangi kamar yang gelap itu. Di luar sana badai sedang melanda, suara gemuruh diiringi hujan deras menambah kesan suram di markas Tengu.
Mirai berjalan keluar ruangan, mimpi buruk barusan membuat perasaannya sedikit pengap, ia putuskan keluar mencari udara segar.
Mimpi apa barusan?
......................
Markas Organisasi Tengu, sebuah kastil bergaya jepang kuno yang megah. Kastil yang terlihat tua dan menyeramkan itu terletak di tengah hutan yang kelam.
Sangat sulit bagi manusia biasa untuk mencapai daerah yang berada tepat di pusat hutan iblis itu. Kastil dengan 4 sisi menara dengan bangunan yang menjulang tinggi ke langit benar-benar menyimpan bayak misteri didalamnya.
Suara kaki Mirai terdengar nyaring di sepanjang lorong gelap kastil. Dengan langkah tenang, Mirai menyusuri markas dengan Arsitektur kuno menghiasi sepanjang koridor ruangan itu.
Mirai terus menyeret kakinya, ia hendak menuju balkon di puncak tertinggi kastil itu. Hujan deras beserta gemuruh petir terus terdengar dari luar sana. Setidaknya, udara dingin bisa menjernihkan pikirannya kembali.
Mirai akhirnya sampai di puncak tertinggi kastil. Fokusnya teralihkan oleh sosok tinggi di berjubah hitam. Samar, terlihat siluet seorang pria yang berdiri di bawah derasnya hujan tepat di depan Mirai. Di tengah suasana gelap serta kilatan cahaya petir beserta hujan yang deras, sangat sulit mengetahui siapa pria yang berdiri mematung itu.
"Xio? "
Mirai mengenali orang itu adalah Xio sang Leader. Pria yang sedang mendongakkan kepalanya ke atas, ia hanya diam mematung di tengah derasnya hujan.
Mirai heran, kenapa Leader berdiri seperti itu saat tengah malam dan hujan deras seperti ini. Mirai dapat melihat, pria itu begitu emosional, tidak seperti yang sering terlihat. Setahu Mirai, Ada dua alasan kenapa seseorang berlarut-larut berdiri di dalam derasnya hujan.
Pertama, karena ia marah dan ingin mendinginkan tubuh dan jiwanya, serta mengambil ketenangan lewat derasnya hujan.
Dan ke dua,
Cih!Tidak mungkin!
Yang kedua adalah ingin menyembunyikan luka di dalam hatinya. Guyuran air hujan yang deras membuat air mata yang jatuh tidak terlihat karen air menerpa wajah bertubi-tubi. Kau dapat menangis dalam diam, tanpa ada orang yang sadar karena guyuran hujan yang lebat.
Yang Mirai tahu, saat ini Leader tidak dalam kondisi marah akan sesuatu. Satu-satunya tujuan hidupnya adalah tujuan Tengu, dan Tengu baik-baik saja saat ini. Tapi tidak mungkin juga kalaiu itu merujuk ke alasan ke dua bukan?
Mirai buru-buru menghilangkan rasa penasaran akan sang Leader dari kepalanya. Ia pun mencoba mendekati pria itu.
"Leader! "
Leader Xio langsung berbalik menghadap Mirai ketika gadis itu memanggil namanya. Berbeda dengan dugaan Mirai, Xio tampak sangat tenang. Tidak ada ekspresi yang berarti di wajahnya.
Mata hitam kelam dengan bulu mata yang panjang terasa kosong tanpa emosi. Seperti piasa, pria berwajah dingin itu tetap terlihat misterius tanpa ekspresi.
Mirai tidak dapat membuktikan tentang kecurigaan alasan ke dua di wajah sang leader karena hujan deras ini.
"Ada apa Yuki? Kenapa kau kesini tengah malam seperti ini? "
Hal yang sama yang ingin di tanyakan Mirai pada Xio, tapi ia segera membuang jauh rasa penasarannya.
" Bukan apa-apa. Aku hanya keluar untuk mencari udara segar. "
Xio pun memejamkan matanya, menarik nafas pelan dan membalikkan tubuhnya menghadap Mirai
" Oh begitu."
Xio berjalan menuju ke arah Mirai. Perlahan dia mendekatkan dubuhnya, memposisikan diri menghadap gadis yang tengah diam membeku didepannya. Xio mulai mengulurkan tangannya yang basah oleh hujan ke arah Mirai
"Sebaiknya kau masuk ke dalam, cuaca dingin tidak cocok untukmu. "
Mirai tertegun, matanya membulat sempurna ketika menyadari apa yang dilakukan Xio. Tangan dingin sang leader mengusap lembut wajahnya. Hal itu membuat Mirai mematung.
" Masuklah ke kamarmu. "
Xio kembali melanjutkan langkahnya, meninggalkan Mirai sendiri yang masih diam terpaku. Tidak biasanya Xio sangat emosional seperti ini.
"T-tunggu Xio! " Mirai kembali sadar. Xio menghentikan langkahnya, ia pun segera berbalik.
" Ada apa? " begitu juga Mirai, kini mereka pun saling berhadapan.
" Ada yang aku ingin tanyakan padamu. "
Tidak ada jawaban dari Xio, itu berarti Mirai boleh melanjutkan apa yang ingin dia tanyakan.
" Hari itu. Waktu kau mengulurkan tanganmu, dan mengajakku bergabung ke Tengu, kenapa kau menyegel ingatanku. Ada apa sebenarnya dengan masa laluku? "
Pria berwajah dingin itu tidak merespon apa yang di tanyakan oleh Mirai, Xio pun berbalik memunggungi Mirai.
" Tidak ada apa-apa. Justru jika kau mengingat masa lalumu, kau akan terpuruk dalam penderitaan. " Xio memandang Mirai dengan ekor matanya,
"Kau tidak perlu menderita lagi dnegan mengingat masa lalu kelammu, Yuki. Karena di sini, di Tengu aku akan membuat masa depan untukmu. " Xio mulai melanjutkan langkahnya, sebelum benar-benar menghilang ia melanjutakn ucaoan yang sebelumnya terpotong.
"Dan juga melindungimu. "
"Tapi Leader! "
" Jangan kau ungkit lagi masalah ini, apapun itu, semua ini untuk kebaikanmu sendiri. Lebih baik kau fokus ke misi yang aku berikan, sesuai rencanamu, kau akan aku kirim ke Desa Sora.
Sebaiknya kau bersiap. Zou akan mempersiapkan identitasmu secara sempurna, aku percayakan misi ini padamu. "
Terlihat bayangan Xio mulai menghilang di kegelapan lorong kastil. Mirai masih terdiam di tempat. Ia masih bertanya, apa yang dimaksud 'masa lalu' dan apa arti mimpinya itu.
......................
Pagi yang cerah di Desa Sora. Aktivitas masyarakat dimulai sejak pagi menyingsing. Para pedagang mulai membuka dagannya dan ibu-ibu bersiap pergi ke pasar.
Di tengah apartemen sederhana terlihat Mirai terlelap dalam tidurnya, cahaya matahari yang masuk lewat celah jendela mulai membangunkannya.
Akibat urusan Administrasi masuk desa, serta tentu saja ulah seorang tour guid menyebalkan yang kemarin bersamanya, membuat Mirai lelah dan langsung tertidur setibanya di rumah dinasnya.
Mirai langsung bergegas. Ia pun melajutkan ritual paginya dengan mandi, hingga suara bising mulai mengganggu pagi indahnya
Ting! ..... Tong! .... Ting! .... Tong! ...... (hening)
TING! ...... TONG! ..... TING! .... TONG! ..... TING! ..................
Siapa yang berani menggangu pagi cerahku? Beraninya! memencet bel seperti mendeklarasikan perang! Jika tidak dalam misi, aku sudah hisap semua jiwanya!
TING! .......... TONG! ...........
"Tunggu! " Mirai berdecak kesal, sembari membukakan pintu orang yang ingin dihisap jiwanya.
Sudah Mirai duga. Orang yang membuatnya kesal sedari kemarin, ternyata orang yang sama yang tengah mendeklarasikan perang di pagi harinya.
" Ada apa, pagi-pagi kau menggangguku? "
" I-itu. "
Aora menujuk pelan ke arah Mirai. Dengan pipi yang sedikit merona, serta mata yang tentunya bulat membesar.
Sadar. Mirai pun mengikuti arah yang di tunjuk Aora. Sial! Ia hanya mengenakan handuk putih yang melilit tubuh rampingnya.
" Tutup matamu! Bodoh!" Mirai segera membanting pintunya. Aora membeku ditempat.
"Apakah itu salahku? Dia keluar hanya mengenakan handuk? Dasar wanita aneh! "
......................
" Ada apa kau pagi-pagi kemari? "
Mirai sekarang duduk di lantai sambil melipat tangannya didada, tatapan tajam ia arahkan ke Aora. Mirai menaruh segelas air putih di meja kecil.
" Ini Sarapan untukmu! " Aora yang duduk di depannya langsunh meletakkan bingkisan besar di hadapan Mirai. Meski wajahnya ia arahkan ke samping karena malu.
Aora sadar akan wajahnya yang merah. Untu itu ia ingin menyembunyikannya dari Mirai. Ya. Meski setengahnya tertutup masker.
"Hah!" Mirai menghela nafas pelan.
" Seharusnya, kau tidak terlalu heboh memencet bel rumahku, hanya untuk memberiku sarapan. Dan apa-apaan muka yang kau sembunyikan itu? Dasar Mesum! "
" B-bukan begitu! Lagian aku hanya terkejut atas pemandangan mengerikan dihadapanku tadi! Ck! Lagian tidak ada yang bisa dilihat! "
Aora mencoba menyembunyikan perasaan kikuk dengan mengejek Mirai. Jujur saja, Aora sempat melihat lekuk tubuh Mirai yang menggoda. Hanya saja ia malu mengakuinya.
" A- Apa kau bilang? Tidak ada yang bisa di lihat ?!" ucap Mirai tidak percaya, siku- siku terlihat di keningnya. Ia berusaha sabar untuk mengisap jiwa bodoh sebijji di depannya.
" Merepotkan! Ini aku bawa sarapan untukmu, bukankah dari kemarin kau belum makan apa-apa? " imbuh Aora dan sukses membuat Mirai menghentikan amarahnya.
"Normalnya seorang gadis itu bangun pagi dengan anggun? Bukan memberikan pemandangan mengerikan ke tetangga yang perhatian ini? "
"Cerewet! "
Ucapan sukses membuat Mirai melemparkan benda di jangkauan tangannya untuk menyadarkan si Bodoh di depannya.
......................
Di depan Apartemen, mereka berdu bersiap menuju ke tempat Mirai bertugas. Aora sebagai orang yang bertanggung jawab atas Mirai hendak mengantarkan gadis itu ke tempat kerjanya. Tentu setelah Mirai menikmati sarapan dan Aora yang masih mengelus kepalanya akibat lemparan benda tadi.
"Kemana kita sekarang? "
" Sebelum tujuan kita ke Rumah sakit Sora. Tapi aku mendapat pesan, Kita harus segera menghadap si paman di kantornya. " Aora masih mengelus kepalanya yang benjol
"Ck! Tapi, sebelum itu. Aku diberitahukan ada misi untuk kita, detailnya masi belum aku ketahui, pokoknya kau ikut saja denganku! "
"Misi? Bukannya kau mau mengajakku ke rumah sakit, tempatku bertugas? "
" Ada perubahan rencana mendadak, kau ditugaskan ikut misi penting denganku. "
......................
Aora mengetuk pintu, dan mulai memasuki ruangan ketua bersama Mirai. Tepat ketika memasuki gedung Sora, sikapnya berubah tiba-tiba
Cih! Ternyata masih ada sisa kesopanan juga! Dasar!
Aora dan Mirai pun mulai menghadap ketua Zen. Tidak lupa mereka membungkuk dan mengucapkan salam pada orang nomor satu di Sora itu.
"Mirai, bagaimana kabarmu? Aku harap kau nyaman tinggal di apartemen. Apakah Aora menyusahkanmu?
"Baik ketua, semoga ketua juga sehat. Apartemen yang diberikan Ketua sungguh nyaman, saya rasa saya mulai terbiasa dengan desa ini. Dan- " Mirai menoleh ke orang di sampingnya
" Ya... Dia memang sedikit menyusahkan, tapi semuanya baik-baik saja. " balas Mirai sambil tersenyum dan tentunya ia dapat tatapan tajam dari Aora
"Syukurlah........
Mengenai misi yang aku berikan kali ini. " Ketua Zen menghetikan ucapannya. Ia menatap serius ke arah dua orang didepannya
"Aku membutuhkan kemampuanmu dan juga Aora untuk menyukseskan misi kali ini. " ungkap pria paruh baya itu dengan wajah yang serius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 226 Episodes
Comments
Ryosa
mampur thor , lanjut
2021-10-19
0
anggita
Ingatan mirai.,🤔
2021-04-29
0
'
very good friend 😊
2020-12-07
0