Sudah seminggu Loro menjadi pembantu di rumah mereka. Semenjak itu, Vero sering mengalami berbagai peristiwa aneh, mulai dari ditemukannya bola mata manusia yang berada dalam makanannya, hingga penampakan-penampakan aneh yang terjadi dirumah itu. Rumah itu semakin lama terasa menjadi angker dan menyeramkan. Hingga puncaknya, terjadilah sebuah peristiwa besar yang tidak akan pernah bisa di lupakan oleh Vero malam itu.
********
Pada malam itu Vero sedang duduk menunggu Anwar pulang sambil memainkan ponselnya. Sedang asyik-asyiknya ia menonton video lucu yang terdapat di ponselnya, tiba-tiba terdengar bel rumah berbunyi.
"Ting tong."
Vero mematikan video lucu yang barusan ia tonton kemudian melihat jam yang ada di ponselnya. Tampak jam di ponselnya menunjukkan pukul 10 malam.
"Sepertinya, calon suamiku yang menjadi rebutan wanita itu sudah pulang," ujarnya menghibur diri sendiri.
Ia berdiri dan bergegas berjalan menuju pintu rumah. Setibanya di depan pintu ia pun membukanya. Tampak Anwar berdiri dihadapannya dengan ekspresi wajah kelelahan, namun ia berusaha untuk tetap senyum. Ia kemudian masuk dan berjalan menuju kamarnya, sedang Vero pergi menuju dapur membuatkan minuman hangat untuknya.
Setelah selesai membuatkan secangkir minuman hangat, ia kemudian berjalan menuju kamarnya Anwar. Ketika hendak mengantarkan minuman itu, tiba-tiba bel rumah berbunyi berkali-kali.
"Bu Vero tolong lihat siapa yang datang!" pinta Anwar di dalam kamarnya.
Vero menghentikan langkahnya tidak jadi masuk ke dalam kamar Anwar. Ia lalu meletakkan minumannya itu diatas meja tamu, kemudian berjalan menuju pintu rumah.
"Siapa lagi orang yang bertamu malam-malam begini, sungguh aneh," bisik Vero dalam benaknya.
Setibanya di depan pintu, Vero langsung membuka pintu rumahnya. Tampaklah sebuah pemandangan yang membuatnya sangat terkejut.
"Mas Anwar!" ujar Vero kaget.
"Bukannya tadi, Mas sudah di dalam?" tanya Vero terkejut bukan main menyaksikan Anwar berada di depan pintu.
"Bu Vero, udah ya bercandanya! Mas sedang capek," sahut Anwar sembari melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
Baru beberapa langkah Anwar berjalan Vero pun menghentikan langkahnya.
"Mas ... aku nggak bohong, aku serius! Saat ini ada orang yang menyerupai Mas berada di kamar," ujarnya gugup.
"Ah masa! Kalau iya, dimana dia sekarang?" tanya Anwar.
"Sini ikut aku!" ajak Vero.
Vero lalu mengajak Anwar yang baru datang untuk mengintip ke dalam kamarnya. Mereka berdua pun berjalan menuju kamar Anwar. Setibanya mereka berdua di kamar, tampak Anwar yang pertama kali datang sedang asyik bermain laptop.
"Itu tuh, Mas! Apa mungkin itu genderuwo yang udah ngebunuh bu Rina sama bu Sheila?" tanya Vero dengan suara bergetar karena ketakutan.
Anwar yang bersama Vero lalu pergi mengambil sebuah pisau buah yang terletak di atas meja makan, kemudian ia menyerahkannya kepada Vero.
"Apa maksud Mas memberikan pisau itu pada saya?" tanya Vero keheranan.
"Ya sudah, kalau begitu kamu habisi saja genderuwo itu dengan pisau ini," pintanya
Melihat Anwar memberikan pisau itu ke tangannya, Vero pun langsung menolak. Ia merasa tak sanggup melakukan apa yang diperintahkan oleh Anwar padanya.
"Nggak, Mas! Aku nggak berani, aku takut! Mas aja yang ngelakuinnya!" jawabnya menolak karena takut.
"Ayolah Bu Vero! Cuma Bu Vero doang yg bisa ngelakuin ini. Kalau Mas yang datang, dia pasti langsung curiga dan menghilang," sahut Anwar kembali membujuk Vero.
"Tapi, Mas," ujar Vero tampak ragu-ragu.
"Ayo cepat! Kita nggak ada waktu lagi, ntar genderuwonya keburu kabur," ujarnya mendesak.
Vero akhirnya memberanikan diri mendekati Anwar sambil membawa segelas air minum di tangan kirinya dan pisau ditangan kanannya. Setelah ia benar-benar berada tepat di belakangnya, Anwar tampak mulai menyadari ada yang aneh dengan Vero yang berada dibelakangnya itu. Ia mendengar bunyi cangkir minuman yang dibawa oleh Vero bergetar seperti sedang ketakutan. Anwar pun melirik Vero yang berdiri dibelakangnya melalui pantulan bayangan di kaca lemari. Dan alangkah terkejutnya Anwar melihat Vero yang sedang menggenggam sebilah pisau di belakangnya.
Vero kemudian mengangkat tinggi-tinggi pisau itu, lalu Ia pun langsung menancapkan pisau itu ke punggung Anwar.
"Mampus kau!" ujar Vero.
Anwar dengan sigap mengelak hingga pisau itu akhirnya meleset mengenai laptopnya. Anwar kemudian memegang erat kedua tangan Vero yang masih memegang pisau.
"Bu Vero, apa-apaan ini Bu Vero?" ujar Anwar.
"Mampus kau Genderuwo! Mampus kau!" sahut Vero memberontak.
Anwar langsung memeluk erat tubuh Vero yang terus memberontak. Ia pun berusaha menyadarkannya.
"Bu Vero. Sadarlah Bu Vero! Ini saya Mas Anwar," ujar Anwar berusaha menenangkannya.
Anwar terus memeluk Vero hingga tubuhnya Vero mulai tenang dan tidak memberontak lagi. Setelah Vero tampak mulai tenang, Anwar pun melepaskan pelukannya dan menatap mata Vero dengan tajam.
"Bu Vero tatap mata saya! Katakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Anwar bersungguh-sungguh.
"Tidak, ini tidak mungkin. Kau pasti bukan, Mas Anwar. Mas Anwar yang asli ada di sana," tunjuknya ke arah luar yang ternyata tidak ada siapa-siapa. Vero pergi keluar untuk memastikannya.
"Siapa yang Bu Vero maksud sebagai Mas Anwar?" tanya Anwar penasaran.
"Tidak ... tadi dia ada disini, Mas," ujar Vero keheranan.
"Siapa orang yang Bu Vero maksud berada di sini?" tanya Anwar tidak mengerti apa yang di ucapkan oleh Vero.
Vero terus memperhatikan ke setiap sudut ruang tamu dengan mata yang memerah.
"Apa tadi ada orang yang menyerupai saya bersama Bu Vero?" tanya Anwar kembali dengan rasa penasaran.
Vero terdiam seribu bahasa. Dia menyadari pria yang bersamanya tadi ternyata adalah genderuwo yang sesungguhnya.
"Tidak mungkin! Mas, maafkan aku. Aku hampir mencelakai, Mas. Makhluk yang menyerupai Mas tadi menuduh Mas sebagai genderuwo yang telah membunuh bu Rina dan bu Sheila, lalu ia memaksaku untuk membunuh Mas. Aku sama sekali tak menyangka kalau Mas ternyata beneran Mas Anwar," ujarnya sambil meneteskan air mata.
Vero menangis lalu berlutut sambil menyentuh kedua tangan Anwar. Ia kemudian meletakkan kedua telapak tangan Anwar di wajahnya seraya memohon maaf. Melihat Vero berlutut di hadapannya, Anwar pun tak sampai hati.
"Sudahlah Bu Vero, ayo berdirilah!" ujar Anwar yang kemudian memeluknya.
"Sepertinya ada orang yang berniat buruk pada kita. Sekarang Bu Vero tidak perlu khawatir. Mas berjanji pasti akan menemukan siapa pelaku sebenarnya dari semua peristiwa ini," ucap Anwar sambil mengusap-usap punggung Vero.
Setelah Vero tampak tenang, Anwar pun bergegas mengantarkannya ke dalam kamar. Setelah mereka berdua tiba di dalam kamar, Vero berbaring di atas tempat tidur sedangkan Anwar duduk menemani dirinya yang masih trauma atas peristiwa barusan.
"Bu Vero istirahatlah! Semuanya baik-baik saja," ujar Anwar sembari membelai lembut wajahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments