Tak terasa ia pun tiba di restoran. Tampak restorannya di penuhi oleh pengunjung. Anwar tampak sibuk membantu karyawannya hingga hari pun telah sore. Ketika Anwar sedang mengamati pelanggan, tiba-tiba ia melihat Vero datang dengan wajah sedih dan bergegas masuk ke dalam kantornya. Vero langsung memeluknya sambil menangis. Melihat Vero menangis tersedu-sedu, ia pun menjadi begitu penasaran.
"Ada apa, Bu?" tanyanya keheranan.
"Mas Ateng ... Mas Ateng, dia kecelakaan!" sahut Vero sambil menangis.
"Maksud Bu Vero, Pak Ateng mengalami kecelakaan?" tanya Anwar serasa tidak percaya.
Vero pun mengangguk membenarkan perkataannya. Mendengar hal itu Anwar langsung terkejut, mereka berdua bergegas pergi ke rumah sakit dimana Ateng berada.
Setibanya mereka di rumah sakit, tampak orang tua Vero beserta orang tua Ateng sedang duduk di luar kamar pasien menunggu anak mereka yang di obati.
Anwar dan Vero mendekati lalu bergabung bersama mereka duduk di sana. Selang tak berapa lama kemudian seorang dokter keluar dari kamar pasien lalu memanggil Anwar dan juga Vero. Mereka berdua masuk ke dalam kamar menemui Ateng, sedangkan keluarga mereka melihat dari balik kaca pintu kamar. Melihat Anwar datang bersama istrinya, Ateng pun mulai berbicara mengutarakan segala isi hatinya.
"Mi ...maafkan Papi karena selama ini Papi sering mengecewakan Mami!" ujar Ateng dengan suara lemah.
"Jangan berkata seperti itu, Pi! Mami juga sering marah-marah sama Papi, kok," jawab Vero sambil meneteskan air mata.
Setelah berbicara kepada Vero, Ateng lalu menoleh ke arah Anwar.
"Pak Anwar! Maukah Bapak mengabulkan dua permintaan terakhir saya?"
"Iya, Katakan saja, Pak!" jawab Anwar sambil meneteskan air mata.
Sesaat Ateng terdiam memikirkan sesuatu, kemudian ia pun melanjutkan bicaranya.
"Pak Anwar. Berjanjilah jagalah Bu Vero! Setelah itu, ambil alihlah perusahaan secepatnya, karena di perusahaan banyak sekali orang-orang yang tak bertanggung jawab," ujarnya terbata-terbata.
"Iya, saya berjanji akan menjaga Bu Vero, Pak," jawab Anwar semakin sedih.
"Terima kasih, Pak!" jawabnya dengan lemah.
Ateng lalu kembali menoleh ke arah istrinya. Ia tampak mulai kesakitan dengan wajah yang pucat. Melihat hal itu, Vero langsung memeluk Ateng dengan erat. Ateng tersenyum sambil menunggu malaikat maut mencabut nyawanya. Orang tua Nya kemudian masuk sambil menyaksikan anak mereka yang sedang sekarat.
Selang tak berapa lama kemudian, Ateng menghembuskan nafas terakhirnya. Menyadari Ateng telah tiada, Vero pun tampak berderai air mata sambil memanggil-manggil nama suaminya itu. Begitu pula dengan keluarganya, turut berderai air mata.
Anwar meneteskan air mata, sambil menyaksikan Ateng yang telah tak bernyawa lagi. Ia pun teringat kenangan masa lalunya bersama Ateng, orang yang telah membantunya ketika ia susah hingga meraih kesuksesan seperti saat ini. Ateng meninggal sambil tersenyum karena ia dapat meninggal di pelukan orang yang ia cintai. Anwar lalu menutup matanya yang terbuka.
Keesokan harinya di pemakaman...
Ateng pun dikuburkan berdasarkan agama yang ia anut. Keluarga besar Pak Ateng dan keluarga besar Bu Vero pun tampak hadir di sana. Tampak orang tua Pak Ateng berlinang air mata serasa tak sanggup melepas kepergian anak mereka, namun mereka harus belajar untuk merelakannya.
Setelah upacara pemakaman selesai, dua keluarga besar itu pun berencana tinggal di rumah Bu Vero untuk beberapa hari. Bu Vero pun masuk ke dalam mobilnya bersama orang tua mereka. Sedangkan Pak Anwar duduk di depan mengemudikan mobilnya. Tampak orang tua Vero melirik ke arah Anwar yang sedang mengemudikan mobil. Tak berapa lama kemudian mereka pun akhirnya tiba di rumah.
*********
Sebulan kemudian setelah kematian Ateng...
Anwar kini sibuk dengan pekerjaannya sebagai pimpinan baru menggantikan posisi Ateng. Di tambah lagi usaha restorannya yang menyebabkan ia selalu pulang larut malam. Waktu itu keluarga Vero telah pulang, kini hanyaVero sendirian tinggal di rumah. Ia pun duduk sambil memandangi photo Anwar di ponselnya.
"Entah, kapan mas Anwar akan menikahiku?" bisik Vero dalam benaknya.
Lalu ia pun iseng-iseng pergi ke kamarnya , ingin melihat barang-barangnya Anwar. Setibanya disana, ia pun membuka pintu kamar.
"Mumpung orang Nya sedang tidak di rumah" bisik Vero dalam benaknya.
Ia pun lalu masuk ke kamarnya Anwar. Ia pun melihat tidak ada yang spesial dikamarnya. Tiba-tiba matanya tertuju ke jam tangan mewah yang tidak asing olehnya. Ia pun memperhatikan jam tangan itu ada berinisial A R.
"A ini pasti Anwar, tapi R ini siapa, ya?" bisik Vero dalam benaknya.
Tiba-tiba Vero teringat dengan temannya yang juga pernah memakai jam tangan menggunakan inisial yang sama.
"Oh! Ini pasti wanita gatel itu, Rina" ujarnya sedikit emosi.
Vero lalu mengambil jam tangan itu dan memasukkan ke dalam kantung bajunya, namun di saat ia hendak keluar tiba-tiba matanya tertuju ke pakaian Anwar yang kotor. Vero pun mendekati pakaian kotor itu lalu mengambilnya dan mengumpulkan nya. Ketika ia mengumpulkan baju kotornya Pak Anwar, tiba-tiba terdengar bunyi benda yang terjatuh dari ketinggian.
"Bruk."
Vero tersentak kaget mendengar sesuatu yang jatuh dari ruang tamu. Ia pun meletakkan baju kotor Anwar di sana kemudian pergi keluar dari kamarnya. Ia pun melihat ke sekeliling ruang tamu, tapi tidak ada benda yang terjatuh di sana.
"Bunyi apa barusan tadi, ya?" ujarnya keheranan.
Tiba-tiba ia melihat photo Ateng terjatuh di lantai. Vero pun mendekati photo itu lalu mengambilnya, tampak kaca photo itu telah retak.
"Kenapa photo ini bisa terjatuh," ujarnya keheranan
"Apa mungkin kucing?" bisik Vero kembali dalam benaknya.
Vero pun melihat kesekelilingnya mencari-cari kucing yang menjatuhkan photo suaminya, namun tidak ada seekor kucing pun di sana. Sedang fokusnya ia memperhatikan di sekelilingnya, tiba-tiba ia pun dikejutkan oleh suara bel rumah.
"Ting tong"
Vero tersentak kaget mendengar suara bel itu.
"Sepertinya pak Anwar telah tiba," bisik Vero dalam benaknya.
Vero meletakkan photo Ateng diatas meja. Lalu ia pun pergi berjalan menuju pintu depan. Setelah tiba, ia pun kemudian membuka pintu itu, tapi tidak ada siapa-siapa disana. Vero pun kembali memeriksa di luar dengan teliti, lagi-lagi ia tak menemukan siapapun di sana.
"Siapa yang membunyikan bel rumah? Apakah aku salah dengar?" gumamnya keheranan.
"Tapi tidak mungkin, bel itu jelas-jelas berbunyi berkali-kali," bisik Vero dalam benaknya.
Vero pun menutup pintu dan kembali masuk ke dalam rumahnya. Namun, baru beberapa langkah ia berjalan tiba-tiba bel rumah pun kembali berbunyi.
"Ting tong"
Lagi-lagi bel rumah pun kembali berbunyi menghentikan langkahnya. Bulu kuduknya pun merinding seketika. Ia pun kembali berjalan mendekati pintu dan mengintip di balik lubang pintu. Tampak seorang pria sedang berdiri membelakangi pintu sehingga wajahnya tak terlihat sama sekali.
"Siapakah pria ini? Dilihat dari bentuk postur tubuh dan potongan rambutnya, mirip sekali dengan pak Anwar. Tapi, jika pak Anwar kenapa ia harus berdiri memunggungi pintu?" ujar Vero penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Edi yuzzardy
paraaaahhhh di ulang2...anehhhh
2021-12-23
0