Malam itu Vero sedang sibuk memasak makanan untuk makan malam mereka. Ia sengaja malam itu membuat menu makanan sedikit lebih banyak dari malam sebelumnya karena kehadiran Anwar. Setelah selesai memasak, Vero pun datang lalu menyajikan makanan di atas meja.
"Masak apa, Mi? Baunya enak banget," ujar Ateng datang sembari duduk di atas kursi dapur.
"Masak opor ayam, sambal ikan tuna dan sayur asam kesukaan Papi," jawabnya sembari tersenyum kecil.
"Waaaah, kayaknya bakalan makan besar, nih," ucap Ateng memandangi aneka makanan lezat buatan istrinya.
"Oh iya, ada dimana Pak Anwar? Kok nggak kelihatan," tanya Ateng sambil menoleh ke sekelilingnya.
"Sepertinya, ia sedang berada dikamar," jawab Vero menebak.
"Mi, tolong panggilin Pak Anwar untuk makan malam bareng kita!" pintanya.
"Baik, Mas!" jawab Vero.
Vero lalu pergi ke kamar Anwar, setibanya di sana ia kemudian mengetuk pintu.
"Tok tok tok."
Mendengar ketukan pintu itu, Anwar berjalan membuka pintu kamarnya. Ketika pintu telah terbuka, tampak Vero sedang berdiri di hadapannya. Melihat Anwar saat itu hanya memakai celana pendek, Vero tampak agak malu sembari menundukkan wajahnya.
"Pak Anwar, yuk makan malam bareng!" ajak Vero sambil tersenyum kecil.
"Iya, tunggu saja di sana! Sebentar lagi saya akan datang," jawabnya.
Vero kemudian meninggalkannya, dan kembali berjalan menuju dapur. Setibanya di dapur, ia pun duduk di kursi sembari menunggu kedatangan Anwar.
Tak berapa lama kemudian Anwar datang ke meja makan dan bergabung duduk bersama mereka.
Vero kini di apit oleh dua orang pria karena posisinya tepat berada di tengah. Di sebelah kanan ada suaminya dan di sebelah kiri ada Anwar. Mereka bertiga mulai menikmati makan malam sambil di selingi dengan obrolan-obrolan kecil.
Sesekali Vero mencuri pandang ke arah Anwar, melihat Anwar yang sedang menikmati makanan.
Setelah selesai makan, mereka bertiga pergi ke ruang tamu lalu mengobrol kembali. Anwar memang tipe orang yang enak di ajak bicara, itu terbukti dari pembicaraan mereka bertiga yang di selingi canda tawa olehnya membuat Vero yang tidak pernah tertawa jadi ikutan tertawa ringan.
Sedang asyik-asyiknya mereka mengobrol, tak terasa malam semakin larut. Ateng mulai kantuk lalu ia pergi ke kamarnya meninggalkan mereka berdua. Sedang Vero masih berhadapan dengan Anwar saat itu. Entah kenapa Vero menjadi gugup memandang wajah Anwar. Ia tiba-tiba kehilangan topik pembicaraan dan menjadi kaku.
Melihat Vero terdiam seperti patung, Anwar pun menatap mata Vero dengan tatapan aneh lalu tersenyum. Tatapan Anwar seperti mempunyai daya tarik tersendiri yang meluluhkan hati setiap wanita yang memandang.
Tak berapa lama kemudian, Anwar tampak mulai ngantuk karena kelelahan. Ia lalu pamit dan pergi meninggalkan Vero sendirian di ruang tamu.
Kini Vero sendirian di ruang tamu. Ia pun memutuskan untuk pergi ke kamarnya. Ia berjalan menuju kamarnya dengan perasaan kesal karena sebenarnya ia ingin sekali mengobrol berdua dengan Anwar, tapi ia sama sekali tidak mempunyai keberanian.
Setibanya di kamar, Vero membuka pintu kamar. Tampak suaminya sedang tertidur pulas di atas tempat tidur. Ia berbaring di sebelahnya, sambil membayangkan tubuh Anwar yang kekar sedang memeluk dirinya. Sebelumnya ia selalu menginginkan Anwar tinggal bersamanya dan menggodanya, tapi kini Anwar sudah berada di rumah, namun malah ia yang kehilangan keberanian mendekatinya.
Waktu itu malam terus berjalan semakin larut, namun entah kenapa Vero tak kunjung bisa tidur, hasratnya tiba-tiba bergejolak karena kehadiran Anwar. Di satu sisi ia ingin rasanya menemui Anwar, namun disisi lain ia takut suaminya terbangun dan memergokinya. Akhirnya Vero meminum obat tidur agar hasratnya tidak semakin bergejolak, dan pada akhirnya ia pun berhasil tertidur.
Keesokan harinya di rumah...
Semenjak kedatangan Anwar ke rumah itu, Bu Vero dan Ateng tidak pernah lagi bertengkar. Biasanya ada saja hal yang membuat mereka emosi dan ujung-ujungnya diam tidak saling sapa. Namun, kini semuanya menjadi damai dan tentram sejak kedatangan Anwar. Pagi itu tampak Ateng bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
"Mi ... Papi berangkat dulu, ya."
"Iya, Pi ... selamat jalan!" sahut Vero sembari melepas kepergian suaminya.
Setelah Ateng pergi meninggalkan rumah, ia pun lalu menutup pintu dan berjalan menuju dapur. Di saat ia berjalan tiba-tiba ia teringat dengan Anwar.
"Kira-kira! Apa yang sedang dilakukan Pak Anwar saat ini, ya?" bisik Vero dalam benaknya.
Ia pun kemudian mendekati kamar Anwar. Sesampai dikamar, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka membuat Vero terkejut. Dan tak berapa lama kemudian, Anwar pun keluar memakai baju kemeja berwarna biru, memakai dasi dan terlihat begitu rapi. Ia terlihat seperti hendak berangkat ke kantornya. Vero pun tampak terpesona dengan penampilan formal Anwar saat itu.
"Ada apa, Bu? Apa ada yang perlu dibicarakan?" tanyanya sambil tersenyum mesra membuyarkan lamunan Vero.
"Nggak ada, Mas! Ku kira, Mas sedang tidak berada di kamar," jawabnya.
Setelah itu Anwar pergi, tapi tiba-tiba Vero memanggilnya.
"Mas ... tunggu dulu!" panggilnya.
Anwar menghentikan langkahnya sembari berbalik menoleh ke arah Vero.
"Iya .. ada apa?"
"Baju Mas, terlihat kusut di belakang. Sini biar di setrika!" ajak Vero.
"Nggak perlu repot-repot, Bu!"
"Nggak apa-apa, Mas!"
Secara spontan Vero mendekati Anwar kemudian melepas dasi serta membuka kancing bajunya satu persatu. Di saat membuka kancing baju Anwar, Vero tiba-tiba sadar apa yang sedang ia lakukan. Namun, karena sudah terlanjur ia pun tetap melanjutkan melepas kancing baju Anwar hingga terlepas semuanya. Setelah selesai, ia pun membantu Anwar membuka baju dari badannya.
Anwar kemudian duduk di sofa dengan hanya memakai singlet berwarna hitam, sambil memandangi Vero yang sedang menyetrika bajunya. Ia terus memandangi Vero yang sedang menyetrika bajunya hingga selesai.
"Ini Mas, bajunya sudah rapi," ujarnya.
Vero lalu mendekatinya dan secara spontan, ia pun langsung memakaikan baju itu ke tubuh Anwar, memasang kancing bajunya satu persatu hingga terpasang semua. Ia juga tak lupa memakaikan dasi ke lehernya, membuat Anwar teringat ketika di layani oleh istrinya dahulu.
Setelah selesai, secara tiba-tiba Vero memeluk Anwar dari belakang membuatnya menjadi kaget.
"Bu Vero ... ada apa Bu Vero?" sahut Anwar keheranan.
"Jangan lama-lama ya, Mas! Aku takut sendirian di rumah," ucapnya lirih.
Vero memeluk erat Anwar seolah-olah ia takut kehilangan dirinya. Tak berapa lama kemudian ia pun melepaskan pelukannya. Setelah itu, Anwar membelai wajah Vero kemudian meninggalkannya sendirian di rumah.
Sewaktu di perjalanan, Anwar mulai curiga kalau Vero jatuh cinta padanya, melihat perilaku aneh Vero akhir-akhir ini. Namun, ia sadar kalau cintanya itu terlarang. Oleh karena itu, ia pun berusaha melupakannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments