Malam itu Vero kedatangan seorang tamu misterius. Vero menjadi was-was antara ingin membuka pintu atau tidak. Setelah berpikir panjang, akhirnya ia pun memutuskan untuk membuka pintu rumah. Ia memberanikan diri menyentuh gagang pintu itu kemudian membukanya.
Setelah pintu terbuka, tampak seorang pria berdiri membelakanginya menyebabkan wajah pria itu tak dapat dilihat. Tapi, dari penampilannya pria itu terlihat mirip dengan Anwar.
Vero memberanikan diri mendekati pria itu kemudian menyapanya.
"Mas Anwar!" sapa Vero.
Pria misterius itu tetap diam ditempat, sambil tetap memunggunginya.
"Mas Anwar ... Mas Anwar."
Vero memanggil pria misterius itu berkali-kali, namun pria itu tetap diam di tempat tak memberikan respon apapun.
"Apa Pria ini bukan Mas Anwar?" bisiknya dalam hati mulai ragu kalau pria dihadapannya bukanlah Anwar.
Vero bertambah penasaran, ia lalu memberanikan diri menyentuh bahu pria itu kemudian pria itupun berpaling menghadapnya.
Vero terkejut melihat pria misterius itu ternyata adalah ....
"Happy birthday to you! Happy birthday to you! Happy birthday! Happy birthday! Happy birthday to you!" ucap pria itu yang tiada lain tiada bukan adalah Anwar.
Ternyata hari itu adalah hari ulang tahunnya Vero. Anwar tertawa sambil memegang sebuah kue ulang tahun, sedangkan Vero tampak kesal bercampur bahagia karena merasa di kerjain olehnya.
"Ya ampun, Mas! Kirain aku lagi di ganggu sama orang jahat. Rupanya kamu orang jahatnya. Dasar!" ujarnya sambil memukul bahu Anwar dengan manja.
"Tapi, saya nggak sendirian lho yang buat ide aneh ini." ujar Anwar
"Maksud Mas?"
Tiba-tiba muncul teman-temannya Vero dari belakang, mereka adalah Rina, Sarla dan Sinta. Melihat kedatangan teman-temannya itu Vero tampak sedikit terkejut.
"Ya Ampun Mbak ...! Kirain siapa yang datang, ternyata kalian!" ujar Vero.
"Selamat ulang tahun ya, Mbak Vero," sahut teman-temannya sambil memberikan salam serta cipika cipiki.
Mereka semua lalu diajak Vero masuk ke dalam rumahnya. Setelah semuanya berada di dalam rumah, Anwar pun memberikan hadiah ulang tahun Kepada Vero di hadapan teman-temannya. Vero tampak penasaran dengan kado ulang tahun dari Anwar. Ia pun membukanya dan terlihat sebuah gaun berwarna ungu muda yang begitu indah.
"Baju gaunnya cantik banget. Pasti harganya mahal!" tebak Rina.
"Ya iyalah, masa ya iya dong!" ujar Sinta.
Anwar memperhatikan wajah Vero yang tampak menyukai kado ulang tahun pemberiannya itu.
"Gimana ... kamu suka?" tanya Anwar sembari tersenyum.
Vero mengangguk sambil tersenyum tanda dirinya menyukai hadiah pemberian Anwar.
"Mbak Vero tunggu apalagi, ayo buruan pakai gaunnya! Pak Anwar udah nggak sabar tuh pengen lihat," desak Rina.
Vero lalu pergi ke kamarnya untuk mengenakan gaun indah pemberian Anwar itu. Ketika Vero berada di kamar sedang mengenakan gaun pemberiannya, Anwar pun berinisiatif memasang lampu hias di ruang tamu. Selang tak berapa lama kemudian Vero keluar dengan memakai gaun itu. Semua mata tertuju padanya, ia terlihat begitu menawan dengan gaun indah yang diberikan oleh Anwar. Gaun itu terlihat pas di tubuhnya.
"Ayo Bu Vero, hembus lilinnya!" ujar Anwar mengajaknya sambil tersenyum.
Vero berjalan mendekati kue ulang tahunnya. Setelah itu, ia menghembus api lilin kue ulang tahun kemudian memotong kuenya. Orang yang pertama ia beri kue adalah Anwar kemudian berlanjut ke teman-temannya. Setelah itu Anwar pun bernyanyi sambil memainkan gitar.
Vero dan teman-temannya duduk mengelilingi Anwar sembari menikmati lagu yang dibawakan olehnya. Anwar memang pandai bernyanyi dan bermain gitar, itu terbukti dengan terhiburnya para wanita cantik yang sedang mengelilinginya.
Setelah selesai bernyanyi mereka melanjutkan pesta dengan berkaraoke ria. Kadang Anwar dengan Rina, Anwar dengan Sinta. Pokoknya mereka semua mendapatkan jatah bernyanyi bersama Anwar. Setelah bernyanyi para wanita paruh baya itu berdansa dengannya secara bergantian di iringi dengan musik DJ.
Pada awalnya goyang mereka biasa-biasa saja, namun lama-kelamaan goyangan mereka pun berubah ke arah erotis. Tiga wanita itu pun bergoyang dengan gerakan-gerakan sangat vulgar sambil mengelilingi Anwar. Anwar merasa bingung harus berdansa dengan siapa. Ia hanya bisa pasrah tubuhnya di pegang-pegang oleh ketiga wanita itu.
Melihat hal itu Vero menjadi sangat cemburu dan marah. Serasa tak rela teman-temannya bersenang-senang dengan Anwar, ia pun langsung mematikan sound system.
"lho, kok dimatikan musiknya?" sahut Sinta kaget.
"Iya, kok di matiin lagunya?" ujar Sarla dan Rina sambil bergantung di bahunya Anwar.
"Kita udahan dulu, ya! Soalnya Pak Anwar besok ada rapat penting dan harus tidur lebih awal," jawab Vero dengan sinis.
"Huh, menyebalkan," ucap Rina dengan kesal.
Lalu Vero langsung pergi ke kamarnya, sedangkan teman-temannya diantar langsung oleh Anwar ke kamar tamu.
Malam itu Vero tampak kesal sekali karena orang yang ia sukai di gilir oleh teman-temannya sendiri. Vero berbaring diatas ranjang sambil teringat kejadian barusan dimana teman-temannya bergoyang erotis bersama Anwar sambil menggodanya. Sungguh ingatan yang benar-benar membuat Vero menjadi sangat cemburu dan kesal, ia khawatir kalau Anwar akan di rebut oleh ketiga wanita itu.
Disaat sedang memikirkannya tiba-tiba Vero penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh teman-temannya itu.
"Kira-kira apa yang sedang mereka lakukan sekarang, ya? Apakah saat ini mereka sedang dikamarnya atau jangan-jangan mereka sedang berada dikamarnya mas Anwar lalu menggodanya?" bisiknya dengan perasaan khawatir.
Vero bangkit dari tidurnya dan membuka pintu kamar pelan-pelan. Tampak Sinta berlalu dari kamarnya Anwar dengan ekspresi wajah biasa-biasa saja, begitu pula dengan Rina dan Sarla.
Melihat tidak ada ekspresi aneh di wajah teman-temannya itu, Vero pun menjadi penasaran.
"Apa yang mereka lakukan barusan di kamarnya Pak Anwar? Apakah mereka mengintip?" ujarnya lirih.
Kemudian Vero mendekati kamarnya Anwar dan menyentuh gagang pintu, ternyata pintunya tak di kunci. Ia pun kemudian membuka pintu itu pelan-pelan dan pemandangan berbeda pun terlihat di kamarnya Anwar. Saat itu tampak Anwar sedang sembahyang mengenakan baju Koko berwarna biru muda dan berkopiah putih.
"Ternyata, Pak Anwar adalah seorang muslim," bisik Vero dalam benaknya.
Selama ini Vero sama sekali tak menyadarinya karena tak pernah melihat Anwar sembahyang sebelumnya. Tapi itu wajar karena Anwar jarang berada di rumah. Malam itu Anwar terlihat begitu tampan dan bercahaya seperti pria saleh. Vero tertegun melihatnya sambil membayangkan dirinya sedang sembahyang berada di belakang Anwar yang menjadi imamnya, namun ia sadar dirinya adalah seorang non muslim.
"Mungkin inilah yang barusan di lihat oleh Bu Sinta, Bu Sarla dan Bu Rina," ucap Vero dalam benaknya sambil tersenyum melihat pria idamannya sedang sembahyang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Aisah Fadillah
ko kesannya anwar laki2 murahan ya semua didekatin sm anwar,fadahal dia sholat tafi mau aja digrefe2 sm semua wanita yg suka sm dia
2021-02-12
0