Hari itu restoran Anwar tampak penuh dengan pengunjung. Karyawannya tampak sibuk melayani pengunjung yang terus-menerus bertambah. Para pengunjung Ada yang makan di restoran, dan ada pula yang minta di kemas. Melihat padatnya pembeli Anwar jadi teringat masa lalunya ketika ia baru pertama kali berjualan bakso keliling.
Waktu itu ia berjualan bakso dengan memakai sebuah gerobak. Mendorong gerobaknya di bawah teriknya matahari dengan pakaian lusuh serta melewati gang-gang kecil dan sempit. Waktu itu kebanyakan anak-anak kecil yang membeli baksonya, dengan kisaran dua ribu hingga tiga ribu rupiah perbungkusnya.
Tapi, sekarang kehidupannya telah berubah 180 derajat. Kini, ia tidak hanya menjual makanan dengan harga mahal, tapi juga memiliki sebuah restoran mewah dan banyak karyawan. Pengunjungnya juga rata-rata orang kelas menengah ke atas.
Setelah Anwar selesai berkhayal, tiba-tiba muncul seorang wanita paruh baya yang kelihatan masih muda dan cantik. Wajahnya begitu familiar, tapi Anwar lupa entah dimana ia pernah melihatnya. Wanita itu pun memesan makanan kepada karyawan lalu duduk di sofa yang terletak di dekat jendela.
Wanita itu terlihat seperti mencari seseorang di tengah keramaian. Tiba-tiba matanya tertuju kepada Anwar, lalu ia pun melambaikan tangannya ke arah Anwar seraya memanggilnya.
"Pak Anwar, ayo kemari!" panggilnya sembari tersenyum.
Anwar kemudian melangkahkan kakinya mendatangi wanita misterius itu.
"Ada yang bisa saya bantu, Bu?" tanya Anwar sambil berdiri tersenyum ramah.
"Mas, duduk santai aja dulu disini," ujar wanita itu sambil memberi isyarat dengan jari telunjuknya.
Anwar lalu duduk di hadapannya.
"Mas, nggak kenal sama saya? saya Rina temannya bu Vero yang kemarin," sahut Rina sambil tersenyum manis.
"Ooo, temannya Bu Vero," sahut Anwar teringat.
Rina, adalah seorang janda muda pemilik perusahaan asuransi terkenal di kota itu.
"Bu Rina, ada perlu apa? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Anwar kembali dengan ramah.
Rina tersenyum sambil matanya terus menatap Anwar seperti sedang memikirkan sebuah rencana.
"Anu ... hari ini adalah hari ulang tahun teman ku. Rencananya aku mau beli in baju kemeja untuknya. Postur tubuhnya mirip kayak Mas Anwar. Saya takut bajunya nggak cocok. Kalau Mas nggak keberatan, boleh nggak temanin saya beli in baju?" ujar Rina sambil menyentuh pergelangan tangan Anwar.
Anwar melirik tangan Rina yang mulai tidak sopan dan agak nakal.
"Boleh sih! Tapi takutnya nanti, suami Bu Rina melihat dan mengira Ibu sedang berselingkuh," ucap Anwar sembari melepaskan genggaman tangan Rina dari tangannya.
Rina lalu melirik tangan Anwar yang sedang melepaskan genggamannya tangannya.
"Kenapa harus takut? Saya sudah lama menjanda. Suamiku udah setahun yang lalu meninggal," ujar Rina memasang ekspresi wajah sedih kemudian bersandar di bahu Anwar.
Anwar merasa tidak enak dengan Rina karena ucapannya tanpa sengaja membuat Rina menjadi sedih.
"Maaf, Bu! Bukannya saya nggak mau. Saya sekarang lagi sibuk. Ibu cari aja pria lain!" sahutnya menolak dengan halus.
"Kalau nggak, saya datang lagi nanti! Kira-kira jam berapa Mas Anwar bisa pergi menemani saya?" tanya Rina.
"Kira-kira jam lima sore."
"Saya tunggu disini jam lima, ya!" ujar wanita itu.
Ia pun menyantap makanan yang ia pesan tadi sambil tersenyum menatap Anwar.
"Kalau begitu saya tinggal dulu Bu Rina, ya. Masih banyak pekerjaan yang harus saya selesaikan."
Ia pun lalu berdiri meninggalkan Rina yang sedang menikmati makanannya.
Tak terasa, jam telah menunjukkan pukul lima sore. Anwar mematikan komputernya lalu bergegas ingin pergi keluar. Namun, Rina ternyata telah duduk manis di restoran menantikan dirinya.
"Bagaimana Mas Anwar, udah bisa?" tanya Rina sambil tersenyum genit.
Anwar mau tak mau mengiyakan keinginan Rina, karena melihat ia sudah menunggunya dari tadi. Padahal Anwar sebenarnya malas melayani Rina. Ia pun akhirnya pergi menemani Rina ke toko butik khusus menjual pakaian pria. Rina tampak sibuk memilih-milih pakaian kemeja. Sebentar-sebentar ia mencoba kan pakaian itu ke tubuh Anwar kemudian menyuruhnya mencoba pakaian di ruang ganti, bolak-balik.
Anwar pun benar-benar kerepotan di buat oleh Rina, namun ia hanya diam saja. Iseng-iseng Anwar pun melirik label harga di salah satu pakaian, dan alangkah terkejutnya ia melihat harga pakaian itu yang begitu fantastis.
"Pak Anwar, suka warna yang mana?" ujar Rina bertanya.
"Warna yang ini juga bagus," jawab Anwar sambil menunjuk baju kemeja berwarna biru muda.
Rina memasukkan pakaian itu ke dalam keranjang, kemudian mereka pun pergi ke kasir.
"Mbak, tolong di buat dua tempat, ya!" pinta Rina.
Pakaian yang berjumlah delapan lembar itu dibagi menjadi dua tempat. Satu tempat berisi tujuh lembar dan satu tempat lagi berisi selembar kain.
Setelah selesai melakukan pembayaran mereka berdua keluar dari toko itu. Ketika sedang berjalan mata Rina tertuju ke sebuah toko yang khusus menjual jam tangan ternama. Rina singgah ke toko mewah itu kemudian masuk ke dalamnya. Di toko itu penjual jam tangan menyambut mereka dengan ramah. Ia menjelaskan setiap jam tangannya kepada Rina, sedangkan Anwar berdiri memandangi aneka jam tangan elegan dan mahal.
"Mas, mana yang Mas suka di antara tiga jam tangan ini?"
"Yang ini," ujarnya sambil menunjuk salah satu jam tangan.
"Saya ambil yang ini, tapi tolong di buat inisial A dan R, ya!" ujar Rina ke karyawan toko.
Anwar mengira inisial temannya Rina adalah A. Setelah selesai, mereka pun berangkat menuju rumah Rina menggunakan mobilnya. Di perjalanan Rina banyak sekali bertanya tentang masalah pribadi Anwar. Mulai dari hal-hal yang disukai olehnya sampai masalah ranjang. Anwar merasa agak risih dengan pertanyaan Rina, namun ia tetap menjawabnya sambil fokus mengendarai mobil.
Tak berapa lama kemudian, mereka pun tiba di rumahnya Rina. Tampak rumahnya yang mewah bak sebuah istana. Rina pun mengajak Anwar untuk masuk kerumahnya, tapi Anwar menolak karena hari telah malam dan ia harus segera pulang untuk suatu keperluan yang mendesak.
Rina dengan berat hati terpaksa melepas kepergian Anwar. Ia lalu memberikan tas yang berisi tujuh lembar kain dan juga kotak yang berisi jam tangan tadi kepadanya.
Anwar kaget dan tak menyangka, belanjaan tadi ternyata di peruntukkan untuk nya. Hanya selembar pakaian yang dibawa pulang oleh Rina, bahkan jam tangan mahal itu pun di beli untuk diberikan kepadanya.
"Jangan-jangan inisial A itu adalah diriku," ucap Anwar dalam benaknya.
Anwar tampak sungkan menerima hadiah yang diberikan oleh Rina.
"Ini, terimalah!" sahut Rina sambil tersenyum.
"Tidak perlu, Bu," jawab Anwar.
"Ambil saja! Mas Anwar sudah repot-repot menemani saya berbelanja seharian."
Akhirnya, Anwar menerima hadiah yang diberikan oleh Rina kepadanya kemudian ia pun pamit. Ketika Anwar memalingkan tubuhnya, tiba-tiba Rina langsung memeluknya dari belakang. Sontak Anwar pun tertegun melihat dirinya dipeluk oleh wanita yang baru ia kenal.
Selang beberapa menit, Rina lalu melepaskan pelukannya. Setelah itu Anwar masuk ke dalam mobil kemudian berangkat pulang menuju rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments