Hari itu tampak pak Anwar dan bu Vero sedang pergi menuju rumah sakit. Sesampai di rumah sakit, mereka pun menuju ke kamar pasien tempat dimana pak Ateng berada. Setelah mereka tiba, tampak orang tua bu Vero beserta orang tua pak Ateng sedang menunggu anak mereka di obati di luar kamar pasien.
Pak Anwar dan bu Vero pun bergabung bersama mereka duduk di sana. Selang tak berapa lama kemudian, Dokter pun keluar lalu memanggil pak Anwar dan bu Vero. Mereka pun masuk ke dalam menemui pak Ateng. Sedang keluarga mereka melihat dari balik kaca pintu kamar. Melihat pak Anwar datang bersama istrinya, pak Ateng pun mulai berbicara mengutarakan isi hatinya.
"Mi ...maafkan Papi karena selama ini Papi sering mengecewakan Mami!" ujar pak ateng dengan suara lemah.
"Jangan berkata seperti itu, Pi! Mami juga sering marah-marah sama Papi, kok" jawab bu Vero sambil meneteskan air mata.
Setelah berbicara kepada Bu Vero, pak Ateng pun lalu menoleh ke arah pak Anwar.
"Pak Anwar! Maukah Pak Anwar mengabulkan dua permintaan terakhir saya?" ujar pak Ateng dengan nada suara melemah.
"Iya, Pak Ateng. Katakan saja!" jawab pak Anwar sambil meneteskan air mata.
Sesaat pak Ateng pun terdiam, kemudian ia pun melanjutkan bicaranya.
"Pak Anwar. Berjanjilah jagalah bu Vero! Setelah itu, ambil alihlah perusahaan secepatnya, karena di perusahaan banyak sekali orang-orang yang tak bertanggung jawab" ujar pak Ateng terbata-terbata.
"Iya, Pak Ateng saya berjanji" jawab pak Anwar semakin sedih.
"Terima kasih! Pak Anwar. Tapi, saya masih ada satu keinginan terakhir lagi" ujar pak Ateng kembali sambil terbatuk-batuk.
"Iya, katakan saja Pak!" ujar pak Anwar.
"Aku ingin ketika aku meninggal, Pak Anwar sedang dalam keadaan memelukku" sahut pak Ateng yang sedang sekarat.
"Jangan berkata seperti itu, Pak Ateng! Pak Ateng pasti bisa bertahan" sahut pak Anwar memberinya semangat.
Pak Ateng pun tampak mulai kesakitan dengan wajah yang pucat. Melihat hal itu, pak Anwar pun memeluk pak Ateng erat-erat. Pak Ateng pun tersenyum sambil menunggu malaikat maut mencabut nyawanya. Orang tua pak Ateng pun masuk sambil menyaksikan anak mereka yang sedang sekarat dipeluk oleh pak Anwar.
Mereka pun sepertinya sadar kalau pak Anwar begitu spesial bagi anak mereka. Selang tak berapa lama kemudian, pak Ateng pun tiada. Menyadari Pak Ateng telah tiada, Bu vero pun tampak berderai air mata sambil memanggil-manggil nama suaminya itu. Begitu pula dengan keluarganya, turut berderai air mata.
Pak Anwar pun meneteskan air mata, sambil memeluk pak Ateng yang telah tak bernyawa lagi. Ia pun teringat kenangan masa lalunya bersama pak Ateng, orang yang membantunya ketika ia susah dan meraih kesuksesan hingga kini. Pak Ateng pun meninggal sambil tersenyum karena ia dapat meninggal di pelukan orang yang ia cintai. Pak Anwar pun lalu mencium kening pak Ateng lalu menutup matanya yang terbuka.
Keesokan harinya, pak Ateng pun dikuburkan berdasarkan agama yang ia anut. Keluarga besar pak Ateng dan keluarga besar bu Vero pun tampak hadir di sana. Tampak orang tua Bu Vero hadir dalam pemakaman menantunya itu. Setelah upacara pemakaman selesai. Dua keluarga besar itu pun berencana tinggal di rumah bu Vero untuk beberapa hari. Bu Vero pun masuk ke mobil bersama orang tuanya. Sedangkan pak Anwar duduk di depan mengemudikan mobilnya. Tampak orang tua bu Vero melirik ke arah pak Anwar yang sedang mengemudikan mobil. Tak berapa lama kemudian mereka pun akhirnya tiba di rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Pink Panther
10 boomlike+rate 5 mendarat😄🎉
kutunggu feedbacknya di karyaku Who is He?😉💕
Saling dukung yuk🌹
2021-02-07
0