Keesokan harinya ketika Vero sedang beristirahat tidur di dalam kamarnya, tiba-tiba bel rumah berbunyi.
"Ting tong."
Vero tersentak dan terbangun mendengar suara bel itu. Ia lalu pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya.
"Apakah itu Pak Anwar? Tumben dia pulangnya lebih awal," ujarnya dalam hati.
Ia bergegas berjalan menuju pintu rumah. Setibanya di depan pintu rumah ia lalu membukanya. Tampak seorang wanita paruh baya yang berpakaian sederhana memakai masker sedang berdiri tepat di hadapannya.
"Siapa gerangan wanita ini?" tanya Vero dalam hatinya dengan rasa penasaran.
"Mbak sedang mencari siapa, yah?" tanya Vero.
"Saya ... saya adalah pembantu baru yang telah di rekomendasikan oleh Bapak Anwar untuk bekerja di rumah ini," jawab wanita paruh baya itu.
"Oh, Pembantu baru itu."
Vero langsung teringat ucapan Anwar perihal pembantu baru mereka.
"Kalau begitu silahkan masuk, Mbak!" ajaknya dengan ramah.
Wanita paruh baya itu melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah.
"Oh, iya! Nama Mbak siapa, ya?" tanya Vero.
"Lorosati, tapi biasa di panggil Loro," jawabnya dengan lembut.
"Ehmmm ... Mbak Loro bisa buka maskernya sebentar untuk sekedar mengenal wajah Mbak saja!" pinta Vero.
Loro lalu membuka maskernya sebentar, setelah itu iapun memasang maskernya kembali.
Ketika melihat wajah Loro, Vero merasa pernah melihat wajahnya di suatu tempat, tapi ia kesulitan untuk mengingatnya.
"Rasanya aku pernah melihat wajah wanita ini sebelumnya, tapi entah dimana, ya?" bisik Vero dalam benaknya.
Setelah memikirkannya tapi tak juga ingat, Vero pun mengabaikan rasa penasarannya itu.
"Mungkin, hanya perasaanku saja!" bisik Vero kembali dalam benaknya.
Setelah melihat wajah Loro, Vero lalu mengajaknya berkeliling di sekitar rumah.
"Mbak Loro. Ayo, ikut saya!" ajaknya.
Ia mengajak Loro mengelilingi area rumahnya, mulai dari halaman depan, ruang tamu, kamar, dapur hingga halaman belakang.
"Sekarang Mbak sudah mengetahui semua area di tempat ini, Mbak sudah bisa mulai bekerja hari ini," ucap Vero mempersilahkannya bekerja.
"Baiklah, Mbak. Saya akan memulai pekerjaannya," jawabnya.
Ketika loro hendak pergi ke kamarnya tiba-tiba ....
"Bu loro! Bu Loro memang selalu memakai masker, ya?" tanya Vero menghentikan langkahnya.
"Iya! Saya selalu memakai masker setiap bekerja, kecuali makan dan tidur," jawabnya.
"Oh! Kalau begitu, silahkan Mbak bekerja!" sahut Vero sembari meninggalkannya.
Loro pun pergi ke kamarnya lalu meletakkan pakaiannya ke dalam lemari.
Keesokan harinya di rumah...
Waktu itu Vero merasa agak lapar, kebetulan sekali saat itu Loro sedang memasak mie rebus. Vero pun memanggil Bu Loro yang ada di dapur.
"Bu loro ... Bu loro ...! Apa mie rebus nya udah matang?" ujarnya berteriak.
"Iya bentar lagi, sabar ya Mbak!" sahut Loro seperti mendongkol.
Vero terkejut mendengar jawaban pembantu barunya itu yang seperti tidak ikhlas.
"Iih! Kenapa sih pembantu ini? Orang nanya baik-baik, jawabannya kayak kesel gitu" bisik Vero dalam benaknya.
Tak berapa lama kemudian, Loro datang dengan membawa mie rebus diatas nampan. Ia pun kemudian meletakkannya ke atas meja tepat dihadapannya Vero.
Vero memandang mie rebus buatan Loro yang warnanya merah pekat sekilas mirip darah. Vero menyingkirkan pikiran menyeramkan yang ada di dalam benaknya itu.Ia pun mulai menyantap mie rebus buatan Loro. Tapi, baru beberapa sendok ia menikmati mie rebus itu, tiba-tiba ....
"Aaaaaaaaaa."
Vero tiba-tiba berteriak histeris menyaksikan sesuatu yang menyerupai bola mata manusia berada di dalam mie rebus yang sedang ia santap. Ia pun seketika mual-mual dan pergi ke kamar mandi lalu muntah.
"Bu loro ... Bu loro ..." teriak Vero memanggil Loro yang tiba-tiba menghilang entah kemana.
"Kemana lagi hilangnya pembantu aneh ini?" tanyanya pada diri sendiri.
"Ada apa, Bu?" tanya Loro yang tiba-tiba muncul dari belakang.
"Bu Loro, itu di dalam mie rebus kok ada bola mata?" tanya Vero dengan ekspresi jijik.
"Bola mata? Itu bukan bola mata, itu telur rebus, Buk," ujar Loro.
"Bu Loro jangan bohong, deh! Ntar saya laporin ke Mas Anwar," sahut Vero menggertak.
"Oo, maksudnya Bu Vero mengancam saya?Ayok, kita liat sama-sama!" jawab Loro dengan nada menantang.
Mereka berdua pun pergi menuju meja makan. Setibanya di meja makan, Loro lalu memeriksa mie rebus itu.
"Nih, bola matanya!" sahut Loro sambil mengangkat telur rebus yang ada di dalam mie itu dan memamerkannya di depan mata Vero.
"Udah lihat bola matanya, kan?" sahut Loro yang kemudian meninggalkan Vero sendirian.
Vero tercengang dengan apa yang barusan ia lihat.
"Mustahil! Tadi jelas-jelas aku melihat bola mata manusia di dalam mie rebus ini. Kok sekarang bisa berubah jadi telur rebus? Apa aku sedang berhalusinasi?" tuturnya keheranan.
Vero akhirnya memutuskan pergi jalan-jalan ke mall untuk menenangkan pikirannya. Ia pergi memakai mobil meninggalkan rumahnya. Setelah sampai di dalam mall, tiba tiba matanya tertuju ke sebuah toko yang menjual aneka jam tangan mewah. Ia pun melangkahkan kakinya pergi ke toko jam tangan branded itu.
Ia kemudian memperhatikan satu persatu jam tangan itu yang rencananya akan ia berikan kepada Anwar, sebagai pengganti jam tangan yang ia ambil waktu itu. Setelah menemukan jam tangan yang ia rasa cocok, Vero pun membelinya.
Ketika Vero keluar dari toko itu, tiba-tiba muncul seorang wanita tua menjambak rambutnya dengan keras sambil berteriak-teriak ...
"Dasar pembunuh! Dasar pembunuh!" sahut wanita tua itu yang ternyata adalah orang tua nya Sarla.
Vero berusaha melepaskan kedua tangan wanita itu yang lengket di rambutnya, Ia pun menjadi pusat perhatian banyak orang yang ada di mall.
"Dasar pembunuh! Dasar pembunuh! Berapa banyak lagi orang yang akan kau bunuh demi cinta gila mu itu?" ujar wanita tua itu dengan sangat marah.
Ternyata, ia mengetahui kalau anaknya menyukai Anwar dan mengira Vero lah dalang dari kematian anaknya.
"Saya bukan pembunuh! Saya bukan pembunuh! Tolong lepaskan tangannya, Bu!" pinta Vero berusaha melepaskan tangan wanita tua itu.
Tiba-tiba satpam datang dan melerai mereka berdua. Vero langsung pergi, sedang wanita tua itu terus berteriak-teriak memaki dan memanggilnya dengan sebutan pembunuh. Vero terus berlari sambil menangis menuju tempat parkir.
Setibanya ia di tempat parkir, Vero naik ke dalam mobilnya sambil menangis tersedu-sedu. Ia pun menjalankan mobilnya dan memutuskan pergi ke kantornya Anwar.
Sesampainya di kantor Anwar, Vero mendapati Anwar sedang melakukan presentasi di hadapan banyak kliennya. Ia pun tanpa pikir panjang berlari dan langsung memeluk Anwar dihadapan banyak orang. Orang-orang yang menyaksikan mereka tersenyum sambil berbisik-bisik.
"Bu Vero, ada apa Bu? saya lagi sedang presentasi" tanya Anwar yang kemudian melepaskan pelukannya.
Anwar lalu mengajak Vero masuk ke dalam ruangannya.
"Bu Vero, kenapa? Bu Vero ada masalah?" tanya prihatin.
Vero mengangguk, lalu Anwar pun menghapus air mata Vero dengan sapu tangan miliknya.
"Bu Vero duduk dulu disini dulu yah! Ntar, saya balik lagi" ujar Anwar yang kemudian melanjutkan presentasinya.
Vero lalu memandangi Anwar yang terlihat begitu berkharisma dan berwibawa.
"Entah kenapa, Pak Anwar tak kunjung-kunjung melamar ku? Mungkin karena ia terlalu disibukkan sebagai pimpinan baru di perusahaannya," ujar Vero dalam benaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments