Terciptanya Sebuah Dendam

Keesokan harinya Anwar dan Vero pergi ke sebuah mesjid. Di sana dengan dibantu oleh seorang Ustadz, Vero pun bersyahadat dan di saksikan oleh para jama'ah. Vero akhirnya resmi menjadi seorang muslimah. Kini, ia benar-benar tampak bahagia.

Setelah itu, Anwar mengajaknya pergi ke pasar membeli mukena dan buku sholat. Ia juga tak lupa membelikannya sebuah Al-Qur'an lengkap bersama terjemahannya. Setelah selesai belanja di pasar, Anwar dan Vero pulang ke rumah. Di rumah mereka beristirahat sejenak di dalam kamar masing-masing. Tak terasa adzan Maghrib pun berkumandang.

Anwar berdiri pergi menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah selesai berwudhu, ia pun membantu Vero mengambil air wudhu. Setelah selesai, mereka berdua melakukan sholat berjama'ah. Anwar jadi imamnya dan Vero sholat di belakangnya sebagai makmum. Setelah selesai sholat, Vero tampak begitu bahagia. Ia teringat khayalannya dahulu, dan kini khayalannya itu telah menjadi kenyataan.

Keesokan harinya di rumah...

Hari itu teman-teman Vero datang ke rumahnya. Mereka ada bertiga orang yaitu Rina, Sarla dan Sinta. Mereka bertiga keluar dari dalam mobil mewah kemudian berjalan menuju pintu rumah. Ketika mereka tiba di depan pintu dan hendak menekan bel, tiba-tiba muncul seorang wanita tak dikenal dengan pakaian yang sederhana menuju ke arah mereka. Wanita itu pun ikut berdiri bersama mereka hendak masuk. Melihat wanita itu mereka bertiga pun keheranan.

"Hei! Mbak ini siapa, yah?" tanya Rina.

"Mungkin, dia pembantu barunya Bu Vero," sahut Sinta.

"Kamu pembantu barunya Bu Vero, ya?" tanya Sarla.

"Bukan! Saya Salma. Mantan istrinya Pak Anwar," jawabnya dengan gugup.

"Hah! Mantan istrinya Pak Anwar. Ngapain Mbak datang ke sini?" tanya Sarla kaget.

"Mbak semua, emang siapanya Mas Anwar, ya?" tanya Salma keheranan.

"Kami ini, calon istrinya mas Anwar!" sahut ketiga wanita itu dengan nada tinggi.

"Nggak mungkin! Kalian pasti bohong. mas Anwar, nggak mungkin mau poligami," sahut Salma.

"Ya sudah. Mbak pulang aja sama suami Mbak yang kaya itu! Mbak, kan udah ninggalin mas Anwar sewaktu mas Anwar susah. Sekarang mas Anwar sudah sukses Mbak kok datang lagi?" tanya Rina keheranan.

"Iya, iihh! Dasar wanita murahan. Nggak tau malu, pergi sana," ujar Sinta.

"Ayo, cepetan pergi! Dasar wanita matre," ujar Sarla.

Mereka pun mengejek-ejek Salma yang berdiri disana. Melihat dirinya di caci maki ketiga wanita itu, Salma pun tampak marah dan sakit hati. Tiba-tiba ia tertawa histeris.

"Ha ha ha ha ha ha ...," tawa Salma membuat ketiga wanita itu keheranan.

"Ih! Ngapain dia ketawa?" sahut Sarla keheranan.

"Jangan-jangan dia sudah tidak waras kali," ujar Sinta.

"Iya, dia pasti sudah tidak waras," sahut Rina.

Salma terus tertawa histeris lalu tiba-tiba ia berhenti tertawa.

"Kalian pikir, kalian semua bisa memiliki mas Anwar? Kalian tidak akan pernah bisa memiliki mas Anwar untuk selama-lamanya. Untuk selama-lamanya. Ha ha ha ha!" Sahut Salma sambil mengancam kemudian tertawa histeris.

"Kayaknya, wanita ini beneran stress, deh! gara-gara jadi kere," bisik Rina ke teman-temannya.

Selang tak berapa lama kemudian, tiba-tiba Salma mengeluarkan ponselnya lalu mengambil gambar ke tiga wanita itu dengan cepat.

"Eh! Ngapain lho photo-photo kita segala?" tanya Sarla marah.

"Lho mau ngelaporin kita ke polisi dengan kasus penganiayaan, ya?" tanya Sinta dengan nada tinggi.

Sinta emosi lalu mengambil sepatunya melemparnya hingga mengenai kepala Salma. Kepala Salma pun terluka, ia kemudian bergegas melarikan diri.

Melihat Salma lari, Sinta pun hendak mengejarnya.

"Udah lah, Mbak! Dia itu wanita tidak waras," ujar Rina mencegahnya.

"Aku nggak suka aja! Ngapain pake ancam-ancam photo segala? Dikiranya kita takut," ujar Sinta dengan emosi.

Ketika para wanita paruh baya itu sedang sibuk membicarakan Salma, tiba-tiba Vero membuka pintu rumah.

"Eh, Mbak Vero. Bel nya belum di tekan, Mbak udah tahu duluan kalau kita ada disini," ujar Sarla.

"Anu ... tadi saat aku berada di ruang tamu, aku mendengar ada suara heboh di luar. Ada apa, ya?" tanya Vero keheranan.

"Nggak ada apa-apa, kok! Hanya saja tadi ada wanita tidak waras yang hendak masuk, sih. Tapi sekarang udah pergi kami usir," sahut Sarla.

Vero tampak termenung sejenak mendengar cerita Sarla. Ia lalu mempersilahkan teman-temannya itu masuk ke dalam rumah. Mereka kemudian berbincang-bincang mengenai masalah bisnisnya Anwar.

********

Keesokan harinya di rumah Sinta...

Malam itu hujan begitu deras disertai angin yang cukup kencang. Sinta berjalan ke dapur untuk membuat teh hangat.

"Dingin-dingin begini enaknya minum teh hangat," ujar Sinta dalam benaknya.

Setelah selesai membuatnya, ia pun pergi membawa secangkir teh hangat ke ruang tamu lalu duduk dan menikmati pemandangan hujan lebat dari balik jendela. Di saat menikmati teh hangat, entah kenapa tiba-tiba Sinta teringat dengan Anwar.

"Entah kapan saya dapat kesempatan bercinta dengan Pak Anwar. Namun, sepertinya Pak Anwar lebih menyukai Mbak Vero di banding saya," bisik Sinta sambil membayangkan Anwar sedang memeluk dirinya.

Selang tak berapa lama kemudian, tiba-tiba terdengar bel rumah berbunyi.

"Ting tong."

Sinta berdiri kemudian berjalan menuju pintu rumah.

"Siapa lagi yang datang hujan lebat begini?" bisiknya dalam hati.

Ia lalu membuka pintu rumah dan betapa terkejutnya Sinta melihat seseorang yang paling ia sukai datang kerumahnya malam itu. Siapa lagi kalau bukan Anwar. Malam itu Anwar berdiri tepat di depan pintu rumah dengan setelan kemeja formal sambil tersenyum mesra. Ia pun tampak basah kuyup kehujanan. Sinta bak mendapatkan durian runtuh. Sambil tersenyum bahagia ia pun mempersilahkan Anwar masuk ke rumahnya. Setelah Anwar masuk, Sinta pun menutup pintu rumahnya.

"Kok tumben Bapak mampir ke sini?" ujar Sinta.

"Mobil saya sedang di bengkel. Kebetulan bengkelnya berada di depan rumah Bu Sinta. Jadi, sekalian aja saya manpir ke sini," ujar Anwar dengan nada datar.

"Oh, nggak apa-apa! Mas Anwar sering-sering aja datang kesini! Kebetulan saya lagi sendirian, lho," sahut Sinta seolah-olah memberikan sinyal.

"Baju Mas, basah. Kita ganti ke kamar, yuk!" ujar Sinta mengajak Anwar ke kamar.

Lalu Sinta pergi ke kamar bersama Anwar. Setibanya di kamar, Sinta pun berinisiatif membantu melepaskan dasi Anwar, kemudian ia pun membuka kancing baju Anwar satu persatu hingga terlepas semuanya. Kemudian melepas pakaiannya. Anwar pun menatap mata Sinta dengan tatapan aneh. Hati Sinta mulai berdegup kencang. Ia kemudian membuka lemari berpura-pura mencari pakaian pria.

"Oh maaf, Mas! Aku lupa kalau di rumah ini nggak ada pakaian lelaki soalnya disini semua cewek," ujar Sinta.

"Nggak apa-apa, begini juga mantap, Kok!" sahut Anwar dengan nada datar sambil tersenyum.

Lalu Anwar duduk di atas sofa. Sinta duduk di hadapannya kemudian mereka mengobrol. Karena terbawa suasana, akhirnya hubungan terlarang pun terjadi di antara mereka.

Episodes
1 Pertemuan Yang Bermakna
2 Terungkapnya Rahasia Pribadi
3 Mata Yang Indah
4 Seharian Bersama Bu Rina
5 Satpam Idola
6 Keharmonisan Cinta
7 DETIK - DETIK TERAKHIR PAK ATENG
8 Sebuah Perpisahan
9 KEJUTAN
10 Sebuah Kejutan
11 HIDAYAH
12 Hidayah Cinta
13 Terciptanya Sebuah Dendam
14 Kematian Yang Mengenaskan
15 PERTANDA KUTUKAN
16 Tragedi Yang Terulang
17 Misteri Pembunuhan Berantai
18 Amarah Mantan Istri
19 Pembantu Baru
20 Tragedi Yang Mencekam
21 Rahasia Menggemparkan
22 KEBENARAN YANG TERUNGKAP
23 Pertemuan Dua Malapetaka
24 MATA - MATA
25 Menghilang
26 Tipu Muslihat
27 Kenyataan Pahit
28 Pernikahan Bersyarat
29 Keinginan Yang Tidak Terkendali
30 Melarikan Diri
31 Tragedi Serta Air Mata
32 SECERCAH HARAPAN
33 Takdir Tang Tak Terprediksi
34 Sebuah Kepastian
35 MUSLIHAT RENDAHAN
36 Reinkarnasi
37 TEKA-TEKI NENI
38 Kebenaran Yang Hampir Terungkap
39 KEBENARAN YANG TERBONGKAR
40 Rahasia Yang Terungkap
41 AIR MATA PENDERITAAN
42 Impian Dan Harapan
43 Sihir
44 KEMBALINYA BU VERO
45 Gangguan Gaib
46 Peristiwa Tidak Logis
47 Masa Sulit
48 Penemuan Wanita Misterius
49 Wanita Tanpa Identitas
50 Ingatan
51 Sebuah Pengakuan
52 Pelenyap Tersembunyi
53 Pelayan Misterius
54 Bukti Untuk Kepastian
55 Identitas Yang Hampir Terungkap
56 Terungkapnya Otak Pembunuhan
57 Sebuah Perpisahan Menarik
58 Akhir Dari Segala Penderitaan
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Pertemuan Yang Bermakna
2
Terungkapnya Rahasia Pribadi
3
Mata Yang Indah
4
Seharian Bersama Bu Rina
5
Satpam Idola
6
Keharmonisan Cinta
7
DETIK - DETIK TERAKHIR PAK ATENG
8
Sebuah Perpisahan
9
KEJUTAN
10
Sebuah Kejutan
11
HIDAYAH
12
Hidayah Cinta
13
Terciptanya Sebuah Dendam
14
Kematian Yang Mengenaskan
15
PERTANDA KUTUKAN
16
Tragedi Yang Terulang
17
Misteri Pembunuhan Berantai
18
Amarah Mantan Istri
19
Pembantu Baru
20
Tragedi Yang Mencekam
21
Rahasia Menggemparkan
22
KEBENARAN YANG TERUNGKAP
23
Pertemuan Dua Malapetaka
24
MATA - MATA
25
Menghilang
26
Tipu Muslihat
27
Kenyataan Pahit
28
Pernikahan Bersyarat
29
Keinginan Yang Tidak Terkendali
30
Melarikan Diri
31
Tragedi Serta Air Mata
32
SECERCAH HARAPAN
33
Takdir Tang Tak Terprediksi
34
Sebuah Kepastian
35
MUSLIHAT RENDAHAN
36
Reinkarnasi
37
TEKA-TEKI NENI
38
Kebenaran Yang Hampir Terungkap
39
KEBENARAN YANG TERBONGKAR
40
Rahasia Yang Terungkap
41
AIR MATA PENDERITAAN
42
Impian Dan Harapan
43
Sihir
44
KEMBALINYA BU VERO
45
Gangguan Gaib
46
Peristiwa Tidak Logis
47
Masa Sulit
48
Penemuan Wanita Misterius
49
Wanita Tanpa Identitas
50
Ingatan
51
Sebuah Pengakuan
52
Pelenyap Tersembunyi
53
Pelayan Misterius
54
Bukti Untuk Kepastian
55
Identitas Yang Hampir Terungkap
56
Terungkapnya Otak Pembunuhan
57
Sebuah Perpisahan Menarik
58
Akhir Dari Segala Penderitaan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!