3.3 Tuyul berkulit hijau

Suasana yang cukup damai di pagi hari yang terik. Pak Opin datang dengan seorang pemuda yang tidak tampak asing di mataku.

Penampilan yang memakai jaket hoodie kulit tanpa lengan. Kaos hitam di dalam dan setting-an celana hitam panjang membuatnya terlihat seperti lelaki yang liar, tetapi wajahnya .... Dia tidak terlihat asing.

Orang yang di samping pak Opin ini ... sepertinya aku pernah bertemu dengannya.

Gini-gini aku juga seorang pemuda remaja yah, bukan anak-anak. Umurku ini sebenarnya sudah hampir sampai 16 tahun dan lagi sejak aku masuk ke sini tampaknya aku menjadi lebih remaja bahkan bisa disebut juga dengan panggilan pemuda dewasa .

"Pengawas?" pemuda di samping pak Opin menghampiriku dengan mempercepat langkah kakinya. Aku yang sedikit melamun terkejut dibuatnya.

Siapa ya dia, perasaan dia kaya orang yang aku kenal deh.

"Tidak salah lagi, kamu pengawas kami kan." Pemuda itu mengambil tanganku, ia menjabat tanganku dan tersenyum.

Tunggu tadi dia bilang pengawas, ooh ternyata dia toh! Yang saat ini berada di hadapanku tidak lain adalah para master yang ku awasi saat ke kota Boas.

Pemuda yang di hadapanku ini adalah Resha, orang yang selalu memberikan pendapat aneh dan selalu bertanya kepadaku untuk membuat keputusan. Jujur, terkadang kepribadian kekanakannya itu membuatku kewalahan.

"Oh Resha yah, hahaha. Jadi dia yang bakal ikut dengan kami pak Opin."

Aku memiringkan kepalaku untuk melihat ke belakang Resha di mana pak Opin terlihat masih berjalan ke arah kami.

"Yo aibo[1], benar dia yang bakal ikut dengan kita. Jangan remehin dia gitu-gitu dia ini master dari Jayakarsa."

Pak Opin datang merangkul pundak Resha. Aku hanya membalas ucapan pak Opin dengan tawa.

Ya, mana mungkin aku meremehkannya pak kepala botak. Orang dia itu seorang master, pastinya kemampuannya dalam segala hal telah terlatih.

Sekarang kami sudah genap empat orang untuk berangkat menuju tempat Alice. Semua persediaan telah cukup untuk beberapa minggu.

ketika persediaan makanan akan habis kita bisa mampir ke beberapa desa terdekat. Walau aku sebenarnya tak terlalu membutuhkan makanan sebab keistimewaanku.

Asek ke istimewaan.

"Yosh kita berangkat!" seru pak Opin.

"Tunggu! Tas Raisa masih di dalam." Raisa masuk dengan sedikit tergesa-gesa.

Beberapa menit kemudian ia keluar merangkul tas besarnya dengan bahu kecilnya.

"Tasmu besar sekali, apa tidak berat? Apalagi badanmu itu kan, ekheem .... Sini biar aku yang bawa."

Walamak, aku hampir keceplosan.

Raisa menatapku datar seolah ada emosi yang wauw gelapnya.

Ah, dia tidak berkata apa-apa. Aku jadi canggung dibuatnya. Ayolah, Sa. Jangan membuatku terlihat seperti orang Bodoh dong.

"Kau ...."

Glek, wah nada suaranya kesal nih.

"APA YANG TADI KAMU INGIN KATAKAN HAH!!!"

Aaah, telingaku penging. Mana yang lain pada cuma melihatku saja.

"Nggak Sa, itu ...."

"Dah lah. Tas ini gak berat kok, cuma penambah inventory saja. Jadi tas ini sama sekali terasa ringan .... Badanku yang pendek, gak bakal nambah pendek lagi gara-gara tas ini, kok."

Jangan begitulah, Sa. Kalimat terakhirnya kok, aduuh. Maafkan aku, Sa. Aku gak ada niatan menyinggung.

"Ma, Maaf." ucapku pelan, merasa malu, dan mengalihkan pandanganku dari Raisa ke arah sembarang.

"Gak papa. Lagian tas ini juga adalah benda paling berhargaku. Kamu memohon pun takkan kupinjamkan kepadamu, hehe."

Loh, barusan Raisa tertawa kecil kan?

"Ya, ya sudahlah."

"Hahahaaa, kalian sudah selesai mengobrol belum?"

"Iya, sudah," sahut Raisa.

"tidak ada lagi yang tertinggal kan. Yosh kita berangkat! Let's go baby!" seru pak Opin sekali lagi.

...➕➖✖️➗...

Sekitar lima hari dari keberangkatan kami, dan sampai saat itu pun tak ada halangan dalam perjalanan. Baik itu dari segi jalan maupun dari serangan hewan atau momon yang sensitif.

Perjalanan kali ini sangat mulus sampai pada saat sekarang ini yang mulai menghilangkan kata mulus.

"Buset, anak kolor ijo sama tuyul tuh!" seru aku pas melihat seorang gadis yang sedang di pojokkan oleh gerombolan tuyul yang memiliki rupa seperti kolor ijo, kulitnya penuh dengan warna hijau.

Sial nih, kita berada di jalan yang sempit.

"Buahahaha, kolor ijo, sama tuyul? Dayshi bodoh, hahaha ...." Raisa tertawa terbahak-bahak.

Perasaan, tidak ada yang salah dari ucapanku. Coba deh, lihat baik-baik. Kulitnya yang berwarna hijau, matanya merah, giginya bergerigi tajam, bahkan telinganya saja meruncing begitu.

"Kolor ijo, tuyul. Ituu sejenis momon apa pengawas?" tanya Resha. Ia terlihat seperti baru mendengar kosa kata itu.

Hah? Terus itu makhluk apa?

"Tunggu pengawas!?" Resha seakan terkejut bukan kepalang, saat memperhatikan makhluk itu dengan baik-baik.

"GOBLIN!" mendadak netra Resha membelalak tidak karuan.

Mengapa dia terkejut begitu. Goblin, ooh jadi makhluk itu bernama goblin.

"wuahahaha! bukankah itu makhluk yang berasal dari Underworld!!" [2]

Pak Opin ini kaget tapi masih "wuahaha", gak capek kah dia ketawa dulu baru bicara. Mana lagi tadi dia ketawa kaget, itu terdengar aneh tahu.

"Apa?! Aduh, Raisa tak memperhatikannya dengan baik-baik gara-gara Dayshi."

Lah, kok aku.

"Hahaha, apa job goblin itu, Resha!?"

Job? Apa yang dia maksud adalah jenis pekerjaan dari goblin itu.

"Hah? biasa, itu goblin biasa. Goblin yang memakai dagger sebagai senjatanya."

Ctash ctashhh ....

Raisa menembak goblin itu dengan menggunakan jarinya seperti pistol. Sayang, serangannya luput tetapi membuat para goblin itu menjauh dari gadis berambut hitam itu.

Sepertinya Raisa tak sempat mengambil tongkat Leaf Green-nya.

Apakah goblin itu diuntungkan? Melihat bahwa jalan ini cukup sempit. Tebing di samping kanan menjulang tinggi sekitar dua ratus meter. Dan, hutan rimbun pada bagian samping kiri.

Lalu, goblin itu sama sekali tak terlihat ingin mundur dari pertempuran yang baru saja akan dimulai.

"Berhati-hatilah! Goblin adalah makhluk yang cerdik. Ia pasti tak 'kan mundur selama masih memiliki gerombolan lain," jelas Resha.

"Hahahaa, jujur aku terkejut melihat goblin yang seharusnya berada di Underworld kini naik ke Upperworld[3]," sahut pak kepala botak.

Tunggu. Underworld..., dunia bawah. Upperworld ..., dunia atas. Ah, kata-kata asing ini serasa pernah kudengar.

"Dari pada banyak bacot, ayo cepat gerak selamatkan gadis itu!" Raisa terus menembak dengan menggunakan jarinya. Salah satu tangannya berusaha mengambil sesuatu.

"[storage]"

Ternyata tongkat Leaf Green lah yang dia ambil.

"Hei, Kakak bedada besar! Jika kamu bisa bergerak dan ingin nyawamu selamat. Cepatlah bergegas dan datang kemari."

Gadis yang dipanggil Raisa menganggukkan kepalanya. Ia lalu datang, berlari kemari.

"Raisa, bukankah goblin itu berada di level lima belas sampai dua lima."

Jujur aku tercengang, melihat lawan yang berada di atas levelku. Karena saat ini aku berada di level tujuh sedangkan Raisa di level lima belas.

"Ini bukan saatnya membicarakan level

...." Raisa menembak menggunakan tongkat Leaf Green-nya. Alhasil, salah satu goblin di antara sepuluh goblin tersebut terkena luka yang cukup parah. Akan tetapi tetap saja goblin itu masih belum juga rubuh. "... Tapi tetaplah waspada. Dan, SERANG GOBLIN ITU!"

Resha yang mengendarai kereta kuda lantas memberhentikan kudanya. Aku dan pak Opin meloncat turun dari kereta kuda tersebut.

Begitu pun dengan Raisa, yang turun dan menjenguk gadis berambut hitam yang telah sampai di kereta kuda dengan terengah-engah.

"HORAAAA!" seru pak Opin saat maju ke gerombolan goblin itu. Kulihat lah level pak Opin yang tertera lima belas.

Lima belas?

"[Force Shield] "

Pak Opin mengeluarkan sebuah perisai logam yang besar dan mendorong tiga goblin itu. Lalu ...

"[Shield Bash] "

Tiga goblin yang tadinya hanya terdorong kini terpental jauh hingga tubuhnya terpelanting di pohon yang besar.

Gila! Goblin itu tertampar perisai sampai terbang ke pohon. Tapi, kok ia masih bisa bangun. Untungnya sekarang ia terhuyung-hubung untuk berjalan kemari. Apa badannya tadi gak remuk ya?

Tap, wusshh ...

Siapa itu? Re, Resha!

Kecepatan berlarinya sudah seperti seorang atlet lari. Dan, ia mengeluarkan kedua dagger-nya[4] yang mengkilap silver dari balik jaket hoodie kulitnya itu.

Srat srat sratss....

Dalam sekejap Resha berhasil mengiris-ngiris tubuh para goblin itu. Keterampilannya dalam menggunakan dagger sungguh memukau, kami seketika diam menyaksikan Resha yang dalam sekejap menjatuhkan segerombolan goblin yang berisikan sepuluh itu.

Aah~ orang yang berada di level 27 memang hebat. Aku yang level tujuh ini malah cuma bisa diam melihat saja.

"Apa kamu tidak apa-apa?" Raisa yang tadinya juga terdiam sejenak, melirik ke arah Mirai yang berada di sampingnya. Ia menanyakan keadaan Mirai.

"Aku tidak apa-apa, Terima kasih telah menolongku ...," jawab gadis itu.

Ia sama sekali tak menampakkan rasa panik maupun ketakutannya. Padahal dialah yang tadi dipojokkan oleh para goblin.

"berkat bantuan kalian aku tidak terluka sama seka ..." Gadis itu berdiri lalu terdiam sejenak, ia tak menyelesaikan perkataannya.

"hati-hati, kamu yang berjubah biru cepat menghindar dari situ!" tiba-tiba gadis tersebut berteriak dan menoleh ke arahku.

Aku yang melihat gadis tersebut lantas merasa terpanggil dan meloncat ke sembarang arah. Tepat saat aku meloncat sebuah anak panah menancap di tanah tepat di atas posisi aku berdiri.

Jika aku tadi sedikit saja terlambat menghindari anak panah tersebut. Pasti anak panah itu sudah menancap di kepalaku.

Jika dilihat dari arahnya, anak panah ini berasal dari atas tebing bagian belakang.

Kutolehkanlah kepalaku ke arah belakang dan melihat ke atas tebing.

Ternyata benar, di atas tebing tersebut terdapat lima goblin berlevel sekitar 25-30.

"Sial, itu goblin archer," ucap Resha sesaat melihatku dan menengadah ke atas tebing.

"Cepat masuk ke hutan agar tidak terkena serangan!" lanjut Resha.

Hujan panah mulai turun dari atas sana. Panah-panah tersebut mengincar kami, untungnya hutan pepohonan besar ini menjadi tameng kami. Namun sayangnya kereta kuda kami juga diincar oleh para goblin archer itu.

Kuda kami tertusuk oleh puluhan panah bersama dengan keretanya. Sobek, patah, hingga penuh dengan tancapan anak panah, itulah kondisi kendaraan kami saat ini.

"Aakh, keretanya hancur!" teriak Resha.

"Tunggu, bagaimana cara kita menyerang goblin archer itu?" tanyaku.

"Hahaha! Raisa~"

Pak Opin menyerukan nama Raisa dengan nada yang berayun. Sedangkan Raisa yang mendengar panggilan namanya dari pak Opin, malah mengerutkan dahi dan alis sebelahnya.

Hahaha, sepertinya Raisa merasa jijik.

"Maaf, sepertinya jangkauan serangan Raisa tak bisa sampai pada goblin archer itu," sahut Raisa.

"Tapi, tunggulah sebentar. Raisa akan memikirkan caranya," lanjut Raisa yang kemudian memperhatikan goblin yang ada di atas tebing itu.

Tap tap... Srak, srak...

Apa itu! Suaranya berasal dari rerumputan dalam hutan ini.

Suara kaki bersama suara semak dalam hutan ini semakin terdengar jelas mendekati kami.

Kami waspada, postur pertahanan tubuh, masing-masing dikerahkan.

"Kiiiiikkk!"

Bunyi pekikan apa itu?

Brsk...

Muncul lima goblin yang memakai zirah kayu keluar dari dalam semak tersebut. Ia bermaksud menyerang dengan menggunakan pedang pendek yang ada di tangannya.

Ctang...

Pak Opin menghadang lima serangan Goblin tersebut.

"Apa ini?! Goblin warrior! Sebenarnya datang dari mana, semua goblin ini?!" Resha mulai tampak khawatir.

Ssrrkk...

Suara dedaunan? Apa ini.

Aku melihat punggung pak Opin, aku merasa ada yang tak beres. Dan dengan insting aku melompat membelakangi pak Opin, sembari memegang pedang.

"[Weak Point] "

Ctrangg...

Sebuah anak panah mendarat tepat di punggung samping pedangku.

Gila!? Ini Gila. Panahnya sampai membuat tanganku terdorong ke belakang. Tapi syukurlah instingku ketika melihat punggung pak Opin membuatku merasa pertahanannya dari belakang terbuka, dan suara daun itu membuatku langsung melompat tanpa berpikir.

"Tidak bisakah kita mendorong mundur goblin warrior itu? Soalnya serangan panah dari atas, masih sampai di pinggiran hutan ini." Aku berbicara kepada pak Opin

"Hahaha, sepertinya agak susah Dayshi. Tapi baiklah, ayo kita mencoba memukul mundur goblin warrior itu," jawab pak Opin.

"Resha!" seru pak Opin memberikan kode anggukan kepala kepada Resha.

Resha maju dengan kedua tangannya memegang dagger. Begitu pun dengan pak Opin yang maju dengan perisainya.

Ctrang.. Ctrang...

Aliran pertempuran semakin memanas.

Bunyi pedang logam menyerang besi,

Bunyi dagger beradu dengan pedang dan zirah kayu.

Bahkan bunyi anak panah dengan ujung logam, terdengar beradu dengan punggung pedangku.

Beberapa kali aku harus menggunakan weak point kepada diriku sendiri dan harus terbentur pedang karena kuatnya panah tersebut.

Langkah demi langkah, akhirnya goblin warrior terdorong untuk kembali masuk ke dalam hutah. Ini membuat aku tak harus lagi menahan serangan dari goblin archer.

"mantap, sekarang kesempatanku untuk menyerang goblin warrior."

"[Weak Point]"

Apa?! Celah dalam pertahanannya kenapa kecil sekali. Kurasa aku sudah menjawab soal lingkaran dengan benar. Apa rumus jari-jari lingkaran yang kujawab itu salah.

Kulihat kembali lingkaran yang tergambar di depanku. Diagonalnya adalah enam senti meter.

Tuh kan ini sudah benar kok. Enam di bagi dua 'kan tiga?! Dan rumusnya diagonal di bagi dengan dua.

Sial, aku salah di mana.

Merasa kesal aku malah berlari ke arah goblin warrior itu, berniat untuk menyerangnya meski titik kelemahan goblin warrior itu sangatlah sempit untuk kuserang.

Sret... Pas... Syatt.

Ah, seranganku hanya terus mengenai zirahnya saja. Dan aku malah terkena beberapa luka sayatan karena ayunan pedangnya yang ternyata lebih lincah dari pada aku.

Eh, kok jadi begini. Seluruh tubuhku mengapa bergetar hebat? Apakah karena luka sayatannya? Aku sungguh bodoh karena aku menganggap main-main pertempuran ini.

"akh, seranganku sama sekali tak mempan!" seru Resha yang kemudian mundur menuju ke tempat Raisa yang lebih aman karena terlindungi oleh perisai pak Opin.

Waduh, aku harus mundur juga nih. Badanku bisa-bisa diam membeku gara-gara gemetarnya.

"Hahaha, tenang, aku akan melindungi kalian. Isi tenagamu secepat mungkin." Pak Opin terus menggunakan perisainya untuk menahan serangan dari para goblin warrior itu, beberapa kali juga ia mementalkan para goblin itu dengan skill shield bash-nya.

Lama kelamaan, kami mulai terpojok. Raisa masih memikirkan bagaimana cara menyerang goblin archer dan yang lainnya berlindung di belakang pak Opin.

"Ikuti arahanku!!"

•••••

Sekedar informasi

Aibo, sobat

Underworld atau disebut juga dengan dunia bawah ialah tempat para monster berada atau tepatnya monster yang memiliki akal untuk berpikir seperti ras human. Monster itu dapat berbicara dan melakukan aktifitas seperti ras dunia atas (upperworld). Contoh ras di Underworld adalah goblin.

Upperworld atau dunia atas. Tempat ras dunia atas berada. Ras ini sangat mirip dengan ras human, tepatnya hanya beberapa bagian yang membedakan ras human dengan ras dunia atas lainnya. Contoh ras di Upperworld adalah elf.

Dagger, pisau belati.

Terpopuler

Comments

Ashidart

Ashidart

2232

2021-01-26

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. AWAL DARI KEKUATAN FANTASI MATEMATIKA
3 1.1 : Penguji
4 1.2 : Quest
5 1.3 : Dinath
6 1.4 : Supervisor pak Opin
7 2. RAISA DAN TANTANGAN UTAMA
8 2.1 : Lekas keluar dengan pose dua jari
9 2.2 : Naga di langit kota Flamesea.
10 2.3 : Seputar "dunia ini"
11 2.4 Surat lawas
12 2.5 Tentang Si Raja Gila, yang mungkin musuh utama kami.
13 3. START THE JOURNEY
14 3.1 Ber-party
15 3.2 Latihan pertarungan awal di dunia, done.
16 3.3 Tuyul berkulit hijau
17 3.4 Gadis misterius
18 3.5 H-BOMB
19 3.6 Hubungan yang memperlihatkan status.
20 3.7 Hampir Kehilangan Arah
21 4. DESA ROSE
22 4.1 Upacara penyambutan Desa Rose
23 4.2 Rose Arcenciel
24 4.3 Potion
25 4.4 Pernah si Raja Gila singgah
26 4.5 Menghilang
27 4.6 Pak Opin terculik
28 4.7 Rencana mencari petunjuk keberadaannya
29 4.8 Telah ditemukan petunjuknya
30 4.9 Peta Benua Celebesia di Upperworld
31 5. SERANGAN DADAKAN
32 5.1. Sejenak berehat
33 5.2 Sigil
34 5.3 Momon agresif pemangsa, Tiger.
35 5.4 bertahan dari serangan Tiger
36 5.5 Gerombongan preman (?)
37 5.6 Skill Tree
38 5.7 Spear Breaker, Vyno.
39 5.8 Fregia, Demi human Tiger
40 5.9 Keuletan Mirai
41 5.9 Keuletan Mirai (2)
42 5.10 POV Fregia
43 5.11 Dia bukan bocah biasa
44 5.12 Transformasi Demi Human Tiger.
45 5.13 Sekilas masa lalu Fregia
46 5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin
47 5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin (2)
48 5.15 Mereka berhasil meloloskan diri
49 6. DESA ORCHID
50 6.1 Pascapertempuran
51 6.2 Tingkatan
52 6.3 Ajaran Resha
53 6.4 Cincin api jentik
54 6.5 Jati diri kakek
55 6.6 Prajurit
56 6.7 Mana drop
57 6.8 Eva Nieos
58 6.9 Eva Nieos (2)
59 6.10 Orchadiellion
60 7. INFORMASI MIO DAN SURVIVE DI HUTAN AERIEL
61 7.1 Reynald dan si kakak 12 tahun
62 7.2 Bersama dengan Mio.
63 7.3 Pergi melatih adik bawahan Resha
64 7.4 Latihan Survival
65 7.5 Kelompok Leo
66 7.6 Kekuatan Gerry
67 7.7 Siapa gadis yang dulu mengejar Mio
68 7.8 Pertukaran
69 7.9 Sedikit informasi tentangnya
70 7.10 Melewati rawa
71 7.11 Dalam masalah
72 Pengumuman....
73 7.12 Momon yang memanfaatkan mana
74 7.13 Ujung dari latihan survive
75 7.14 Penyelamatan kelompok Leo
76 8. UPPIN LEVEL
77 8.1 Mirai sang Enchantmenter
78 8.2 Diriku yang lemah
79 8.3 Ledakan
80 8.4 Pengecut
81 8.5 Gerombolan Burung Garuda Haast.
82 8.6 Rasa haus darah Resha
83 8.7 Tak peduli dengan apapun, harus bertahan.
84 8.8. Tikus yang kehilangan arah demi kawanannya
85 8.9 Dipojokkan
86 8.10 Asta
87 9. KOTA TUJUAN
88 9.1 Guild Iin
89 9.2 Emerald Bougenville
90 9.3 Pinggiran
91 9.4 Penguatan mantra
92 9.5 Sekutu
93 9.6 Ketahuan
94 9.7 Penyamaran
95 9.8 Diawasi
96 9.9 Menuju lorong rahasia (?)
97 10. PEMBERONTAKAN
98 10.1 Sang Prajurit
99 10.2 Ares
100 10.3 Perkara Sepotong Roti
101 10.4 Pengasuh
102 10.5 Kebebasan atau Pembalasan
103 10.6 Next
104 10.7 The Burning Sunflower
105 10.8 Sisi kemanusiaan
106 10.9 Kepercayaan diri Ares
107 10.10
108 Resh - Revisi
109 11. Last : The MAD and The Crazy
110 11.1 : Riko
111 11.2 : Riko (2)
112 11.3 : Reuni tanpa ingatan
113 11.4 : Reuni tanpa ingatan (2)
114 11.5 Reuni tanpa ingatan (3)
115 11.6 Reuni tanpa ingatan (4)
116 12. Kebangkitan dan Kehancuran.
117 12.1 Kebangkitan dan Kehancuran (2) - Tamat.
Episodes

Updated 117 Episodes

1
PROLOG
2
1. AWAL DARI KEKUATAN FANTASI MATEMATIKA
3
1.1 : Penguji
4
1.2 : Quest
5
1.3 : Dinath
6
1.4 : Supervisor pak Opin
7
2. RAISA DAN TANTANGAN UTAMA
8
2.1 : Lekas keluar dengan pose dua jari
9
2.2 : Naga di langit kota Flamesea.
10
2.3 : Seputar "dunia ini"
11
2.4 Surat lawas
12
2.5 Tentang Si Raja Gila, yang mungkin musuh utama kami.
13
3. START THE JOURNEY
14
3.1 Ber-party
15
3.2 Latihan pertarungan awal di dunia, done.
16
3.3 Tuyul berkulit hijau
17
3.4 Gadis misterius
18
3.5 H-BOMB
19
3.6 Hubungan yang memperlihatkan status.
20
3.7 Hampir Kehilangan Arah
21
4. DESA ROSE
22
4.1 Upacara penyambutan Desa Rose
23
4.2 Rose Arcenciel
24
4.3 Potion
25
4.4 Pernah si Raja Gila singgah
26
4.5 Menghilang
27
4.6 Pak Opin terculik
28
4.7 Rencana mencari petunjuk keberadaannya
29
4.8 Telah ditemukan petunjuknya
30
4.9 Peta Benua Celebesia di Upperworld
31
5. SERANGAN DADAKAN
32
5.1. Sejenak berehat
33
5.2 Sigil
34
5.3 Momon agresif pemangsa, Tiger.
35
5.4 bertahan dari serangan Tiger
36
5.5 Gerombongan preman (?)
37
5.6 Skill Tree
38
5.7 Spear Breaker, Vyno.
39
5.8 Fregia, Demi human Tiger
40
5.9 Keuletan Mirai
41
5.9 Keuletan Mirai (2)
42
5.10 POV Fregia
43
5.11 Dia bukan bocah biasa
44
5.12 Transformasi Demi Human Tiger.
45
5.13 Sekilas masa lalu Fregia
46
5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin
47
5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin (2)
48
5.15 Mereka berhasil meloloskan diri
49
6. DESA ORCHID
50
6.1 Pascapertempuran
51
6.2 Tingkatan
52
6.3 Ajaran Resha
53
6.4 Cincin api jentik
54
6.5 Jati diri kakek
55
6.6 Prajurit
56
6.7 Mana drop
57
6.8 Eva Nieos
58
6.9 Eva Nieos (2)
59
6.10 Orchadiellion
60
7. INFORMASI MIO DAN SURVIVE DI HUTAN AERIEL
61
7.1 Reynald dan si kakak 12 tahun
62
7.2 Bersama dengan Mio.
63
7.3 Pergi melatih adik bawahan Resha
64
7.4 Latihan Survival
65
7.5 Kelompok Leo
66
7.6 Kekuatan Gerry
67
7.7 Siapa gadis yang dulu mengejar Mio
68
7.8 Pertukaran
69
7.9 Sedikit informasi tentangnya
70
7.10 Melewati rawa
71
7.11 Dalam masalah
72
Pengumuman....
73
7.12 Momon yang memanfaatkan mana
74
7.13 Ujung dari latihan survive
75
7.14 Penyelamatan kelompok Leo
76
8. UPPIN LEVEL
77
8.1 Mirai sang Enchantmenter
78
8.2 Diriku yang lemah
79
8.3 Ledakan
80
8.4 Pengecut
81
8.5 Gerombolan Burung Garuda Haast.
82
8.6 Rasa haus darah Resha
83
8.7 Tak peduli dengan apapun, harus bertahan.
84
8.8. Tikus yang kehilangan arah demi kawanannya
85
8.9 Dipojokkan
86
8.10 Asta
87
9. KOTA TUJUAN
88
9.1 Guild Iin
89
9.2 Emerald Bougenville
90
9.3 Pinggiran
91
9.4 Penguatan mantra
92
9.5 Sekutu
93
9.6 Ketahuan
94
9.7 Penyamaran
95
9.8 Diawasi
96
9.9 Menuju lorong rahasia (?)
97
10. PEMBERONTAKAN
98
10.1 Sang Prajurit
99
10.2 Ares
100
10.3 Perkara Sepotong Roti
101
10.4 Pengasuh
102
10.5 Kebebasan atau Pembalasan
103
10.6 Next
104
10.7 The Burning Sunflower
105
10.8 Sisi kemanusiaan
106
10.9 Kepercayaan diri Ares
107
10.10
108
Resh - Revisi
109
11. Last : The MAD and The Crazy
110
11.1 : Riko
111
11.2 : Riko (2)
112
11.3 : Reuni tanpa ingatan
113
11.4 : Reuni tanpa ingatan (2)
114
11.5 Reuni tanpa ingatan (3)
115
11.6 Reuni tanpa ingatan (4)
116
12. Kebangkitan dan Kehancuran.
117
12.1 Kebangkitan dan Kehancuran (2) - Tamat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!