"Quest."
...➕➖✖️➗...
...Quest Utama : —...
...Quest Sampingan : —...
...Quest biasa :...
...Pilihan Quest Biasa...
...1. Keluar dari hutan...
...2. Mencari bahan makanan...
...3. Tidur, menunggu hari esok yang cerah...
...Reward : 1-5 exp...
...➕➖✖️➗...
Monitor hologram yang ada di hadapanku terpancar. Quest adalah sebuah misi yang nantinya aku akan jalankan. Pembentukan Quest datang dari sistem baik dari pikiranku maupun yang ada dalam dunia ini. Untuk Quest biasa datang dari pikiranku sendiri, pertanyaan maupun pengambilan keputusan dalam kepalaku akan membentuk list-list pilihan dimana langkah apa yang harus aku jalani.
Quest utama, ialah Quest yang datang dari dunia ini. Misi yang harus dijalankan dengan poin yang besar pula sebagai timbal baliknya. Meski datang dari dunia ini, pernyataan sikapku antara menolak Quest tersebut ataupun menerima Quest itu akan memberikan dampak yang besar. Sistem akan menyesuaikan Quest tersebut terhadapku, sehingga takkan ada Quest utama yang dapat aku tolak secara keterangan.
Satu lagi Quest yang cukup perlu diperhatikan. Yaitu Quest sampingan, Quest yang satu ini juga datang dari dunia ini, yang mana datang secara langsung orang yang meminta pertolongan ataupun orang yang aku interaksikan. Penerimaan Quest tersebut dapat aku terima dan aku tolak. Pastinya jika aku terima aku akan mendapatkan sejumlah hadiah baik dari sistem maupun dari orang yang meminta pertolongan itu. Jika aku menolak, pastinya aku juga tak mendapatkan apa-apa.
"Close. "
Aku duduk terlebih dahulu. Rumput di sekitar hutan ini cukup terawat, pendek seolah sudah biasa terkena pangkas.
Aku berjalan-jalan mengamati apa yang ada di sekitarku dengan jarak pendangan hanya beberapa meter.
Aku rasa hutan ini cukup dekat dengan pemukiman. Jejak pejalan sangat terlihat jelas, hamparan tanah dan beberapa bebatuan tanpa adanya rumput menjadi tanda jalan yang biasa dilewati.
Baiklah, aku memilih untuk segera keluar dari hutan ini.
Hanya butuh beberapa menit hingga aku akhirnya sampai di tempat pemukiman. Tampak seperti gambar di buku cerita rakyat, tempat ini mungkin saja adalah bentuk dari masa lampau.
Ini adalah tempat yang luas, aku tak tahu persis apakah ini sebuah desa ataukah kota. Seluruh bangunan yang terbuat dari kayu dengan tinggi yang tak akan membuatku melongak ke atas.
Berbeda dengan di dunia tempatku berasal, kebanyakan bangunan-bangunan di sana butuh jarak yang cukup jauh untuk melihat keseluruhan bentuk bangunannya. Bangunan-bangunan di sana sangatlah tinggi, bahkan aku masih ragu dengan bentuk seperti apakah atap yang ada di banyaknya bangunan pencakar langit itu.
Mataku kembali menurun setelah membayangkan gedung tadi di langit yang gelap.
Kalau diperhatikan baik-baik, perumahan di sini hanya memakai bohlam orange untuk menerangi ruangannya dan obor yang menerangi pekarangan di sekitarnya.
Jalanan di sini bukanlah bebatuan atau semen yang melapisinya. Akan tetapi, jalanan di sini hanyalah tanah yang sering dilewati hingga tak mungkin akan ditumbuhi oleh rumput dan tumbuhan lainnya.
Aku mulai memasuki kawasan tempat tersebut. Belum ada tanda maupun informasi tentang desa ini dari sistem. Yah, butuh usaha untuk mendapatkan informasinya.
*Ting
Dengungan suara yang entah datang dari mana terdengar ke dalam telingaku.
"Quest," ucap ku secara reflek.
...➕➖✖️➗...
...Quest Biasa telah selesai!...
Anda mendapatkan poin experience sebesar 5 exp.
...➕➖✖️➗...
...Quest Utama :...
...1. Bersihkanlah...
...2. Satukanlah...
...3. Jayakanlah...
...Note: Gunakan otak anda untuk berpikir. Jangan lupa tetap fokus dengan apa yang harus anda lakukan dan ingatlah pelajaran yang telah anda pelajari sebelumnya....
...Reward : 100 exp...
...Quest Sampingan : —...
...Quest Biasa : —...
...➕➖✖️➗...
Aku mendapatkan poin experience sebanyak lima. Poin experience atau poin pengalaman adalah poin yang dapat meningkatkan levelku. Saat ini aku masih berada di level 0. Untuk naik ke level 1 aku harus mengumpulkan poin experience sebesar 100.
Sejenak setelah aku membaca keseluruhan tantangan ini, sekilas aku berpendapat dan bertanya-tanya.
Apakah ini tantangan dari sebuah dunia yang kuanggap dunia matematika? Ini berbeda dengan apa yang kupikirkan sebelumnya. Ya, sebelumnya aku berpikir bahwa dunia ini akan membuatku Gila akan berhitung, tetapi coba lihat sekarang.
Tantangan yang ada di hadapanku ini menyuruhku untuk membersihkan, menyatukan, dan menjayakan.
Hmm, apakah tantangan ini menyuruhku membakar sampah. Pikirku sampah itu harus dibersihkan, karena dibersihkan maka harus dikumpulkan, selesai dikumpulkan maka harus dibinasakan dengan dibakar atau dikubur, jadilah berjaya dengan tempat yang bersih.
Namun, tampaknya spesifikasiku salah, karena note di bagian akhir menyuruhku untuk menggunakan otak untuk tetap berpikir sesuai dengan apa yang kupelajari sebelumnya, ini berarti ada keterkaitannya dengan matematika.
Dengan terus berdiri di tempat, aku terus memikirkan tulisan dari tantangan yang aku harus hadapi. Terus berpikir dan terus pula tak mendapatkan satu pun petunjuk dan sebab ini pulalah aku tak kunjung pergi dari tempat kuberdiri ini.
*Ting
...➕➖✖️➗...
...Quest Utama :...
...1. Bersihkanlah...
...2. Satukanlah...
...3. Jayakanlah...
...Note: Gunakan otak anda untuk berpikir. Jangan lupa tetap fokus dengan apa yang harus anda lakukan dan ingatlah pelajaran yang telah anda pelajari sebelumnya....
...Reward : 100 exp...
...Pergi ke tempat pimpinan penduduk setempat dan mengobrol dengannya...
...Reward : 10 exp....
...Quest Sampingan : —...
...Quest Biasa :...
...Pilihan Quest Biasa...
...1. Mencari penduduk setempat dan mengobrol dengannya....
...2. Ke tempat pimpinan penduduk setempat dan mengobrol dengannya.*...
...3. Tidur, menunggu hari esok yang cerah....
...Reward : 1 - 10 exp....
...➕➖✖️➗...
Misi dari Quest utama bertambah. Sepertinya misi tersebut adalah misi berkesinambungan. Misi untuk menuntaskan misi utama yang pertama kali muncul
Aku kemudian mencari seseorang yang memiliki kedudukan tinggi di tempat ini. Namun rasanya hari sudah sangat malam. Pintu-pintu di pemukiman ini sudah tertutup rapat. Tak ada lagi suara-suara manusia.
Akhirnya aku mendapatkan seseorang yang berkeliling di tempat ini setelah berjam-jam mencari orang ataupun pintu rumah yang masih terbuka.
Orang tersebut merupakan penjaga yang mengawasi pemukiman desa di malam hari. Orang ini begitu was-was saat pertama kali kami berjumpa. Aku mengangkat tangan hendak menyampaikan bahwa aku berserah diri.
Ia mengamati ku dengan rasa waspada yang tinggi. Ia tampaknya tak peduli seberapa mudanya diriku dibanding dengannya
.
"Sann, Sannk!"
Aku tak mengerti apa yang ia ucapkan. Aku mengernyitkan mataku, telingaku seolah berdenging.
"Diamlah, diam!"
Sepertinya sistem menerjemahkan bahasa orang tersebut ke dalam kepalaku. Seketika bahasa yang orang itu sampaikan terdengar tidak asing lagi dan aku merasa biasa saja dengan bahasa yang ia sampaikan.
"Siapa kamu?!"
Aku meneguk ludah. Orang itu mengeluarkan sebuah ranting yang bentuknya lurus berkeluk-keluk.
"Aku, Dayshi. Aku sedang tersesat."
Orang itu mengernyitkan alisnya. Ia masih menodongkan ranting kayunya kepadaku. Entahlah, aku merasa ranting kayu tersebut adalah benda yang berbahaya. Orang tersebut terlihat sangat meyakini ranting kayu itu sebagai senjata utamanya.
"Nama yang aneh, kamu berasal dari mana?"
"Entahlah, aku bahkan tidak mengingatnya, " ucap ku memelas.
"Jangan berbohong."
Mata dari orang tersebut semakin tajam, ia memutar genggaman tangannya terhadap ranting kayu yang ia pegang. Seketika aku melihat ada perubahan gelombang udara yang terjadi di sekitar ranting kayu itu yang menuju dengan cepat ke arahku.
Ukh, lenganku tergores. Baju yang aku kenakan juga terlihat tersayat. Lenganku kemudian mengeluarkan darah. Aku memegang lenganku karena merasa sakit, aku mencengkramnya agar menghambat aliran darah yang keluar. Mengapa orang itu menyerangku?
Aku mulai merasa takut. Kalau begini, bisa-bisa aku dibunuh. Kalau aku menjelaskannya secara terang-terangan akan apa yang terjadi kepadaku, aku tak yakin bahwa orang yang di hadapanku ini akan percaya. Yang ada aku aku akan dipikir bahwa aku hanya berbicara omong kosong.
Tubuhku merasa gentar, raut wajahku sudah menjelaskan rasa panik dan ketakutanku ini. Orang yang berada di hadapanku menurunkan senjata ranting kayunya.
"Huh, kurasa kamu hanya bocah biasa. Aku tak merasakan ada ancaman darimu."
Orang tersebut kemudian berjalan membelakangiku. Ia menaikkan tangannya ke samping dan menggerakkan pergelangan tangannya seolah ia memanggilku.
"Apa yang kamu lakukan. Cepatlah ikut denganku!" orang itu kembali memperhatikanku dan dengan raut kesal dan rasa bersalah.
Kurasa tidak buruk juga melakukan tindak berserah diri tanpa adanya perlawanan. Lagi pula apa yang aku bisa lakukan sekarang jika aku mencoba untuk melawan orang tersebut. Aku yang tak tahu akan tempat ini dan mau mencoba tindak yang rusuh, bukan kah itu tidak sopan.
Sepertinya aku dibawa ke tempat tinggalnya. Yah rumah yang serupa gubuk, semuanya berbahan kayu dan atap tanah liat kering yang sudah dibentuk sedemikian rupa.
Meski demikian, aku cukup merasa terkesan dengan ruangan dalamnya yang terlihat luas dan tertata dengan rapi. Corak furnitur yang digunakan berupa bentuk pola-pola bunga dan tanaman, terlihat begitu klasik di depan mataku.
"Wah, ada tamu baru ya. Siapa anak itu!"
Sambutan yang sangat meriah. Itu di luar dari apa yang aku pikirkan. Tampaknya wanita itu adalah suami dari orang yang membawaku ini.
"Dia orang asing. Aku memungutnya di perbatasan desa."
"Waah, kamu benar. Wajah anak ini tampak berbeda dengan yang biasa aku lihat. Pakaian yang ia kenakan juga sepertinya tak berasal dari negara yang ada disini, ini lebih tampak seperti seragam kecuali mantel yang ia kenakan. Itu mantel umum yang biasa orang-orang pakai di sini. Ngomong-ngomong datang dari mana dia bisa sampai tersesat ke tempat pedalaman begini."
Wanita itu terus mendekatiku, menyelidiki setiap inci apa-apa yang aku kenakan. Yah, soal mantel sih itu item yang aku peroleh setelah memasuki dunia ini. Tambahan juga, aku mendapatkan syal yang berwarna merah. Lumayan untuk penghangat bagian leherku.
"Tapi, kenapa lengannya terluka ya. Apa kamu baik-baik saja?"
"Ah, itu gara-gara aku."
"Hah! Lagi-lagi kamu itu ya. Selalu bertindak sesuka hati."
"Aku kan penjaga, sudah menjadi tugasku untuk bertindak sebagaimana mestinya seorang penjaga. Ini demi keamanan tempa ini, kalau misalkan anak itu adalah orang jahat bagaimana? Seperti memiliki hubungan dengan wilayah netral."
"Pala kau netral. Bocah ingusan kayak gini?!"
Ukh pasangan sama istri ini malah bertengkar. Meski saling beradu mulut, kata-katanya yang terlontar malah membuatku merasa sakit hati. Ya kali aku bocah ingusan, anak kesasar, sampai disebut ******* gila. Ingin sekali berkata, tapi mereka tak memberiku kesempatan.
Aku mulai menguap. Sepertinya adu mulut kedua pasangan ini mulai mereda.
"Jadi, kenapa kamu bisa tersesat," tanya wanita itu. Dia menepuk-nepuk kursi kayu yang dapat diduduki secara berpasangan di hadapannya.
Aku akhirnya duduk menyesuaikan arahan dari wanita itu, lalu aku menjelaskan apa yang sudah aku beritahukan sama seperti apa yang aku katakan kepada suaminya.
"Kasus seperti ini rasanya pernah aku dengar. Itu pun yang kutahu hanya dari cerita turun temurun."
Wanita itu melirikku.
"Hahaha, jangan khawatir. Sebisa mungkin kami akan membantumu," ucap wanita Itu dengan nada yang riang. Sepertinya ia berusaha menghiburku.
Wanita itu kemudian mengoreksi luka yang ada pada bahuku. Itu hanya luka kecil, hanya sedikit darah yang keluar. Aku pun sudah tak terlalu merasakan perihnya. Tetapi, wanita itu kemudian menjulurkan kedua tangannya ke lenganku.
"Tenanglah aku akan menyembuhkan lukamu agar semakin baikan."
Aku mengangguk. Wanita itu tersenyum kemudian fokus terhadap lenganku.
"Wahai mana kehidupan. Sesungguhnya manusia dilapisi oleh darah, darah memadat menjadi daging dan daging memadat menjadi tulang, ketiganya adalah unsur terpenting. Bergabunglah menjadi satu, membentuklah apa yang telah tiada, perbaiki apa yang telah rusak."
Aku sudah tak merasakan rasa perih. Aku melihat lenganku yang terluka telah sembuh bahkan terlihat kembali semula. Tak ada bekas luka gores yang terlihat. Itu ajaib! Aku merasa takjub melihat hal baru tersebut.
"Apakah yang anda gumamkan tadi itu adalah sebuah mantra? Ini luar biasa!,"ucapku sedikit heboh.
Wanita itu tertegun melihatku. Seolah ia merasa apa yang ia lakukan tadi merupakan hal yang sudah sangat biasa ia temui sehari-hari.
"Hahahah, kamu benar-benar bukan orang sini ya. Benar apa yang aku gumamkan tadi itu sedang mengucapkan mantra. Aku membayangkan aliran kekuatan manaku dengan dibantu kalimat-kalimat itu agar bisa aku keluarkan dengan baik."
"Apa yang dikeluarkan?"
"Ya, mana."
"Ooh mana."
Aku baru ingat, mana dalam dunia ini kan semacam unsur untuk mengeluarkan kekuatan dalam diri kita. Tentu bar status yang aku miliki terdapat dua bar. Satu untuk HP, health poin atau nyawa, dimana itu tersangkut paut dengan kehidupanku. Dan satu lagi adalah MP, mana poin atau unsur untuk mengeluarkan bentuk yang baru atau kekuatan alami yang dimiliki.
"Sudahlah, ini sudah sangat larut. Sebaiknya kamu segera tidur saja malam hari ini disini. Besok kita akan menemui pimpinan kota ini untuk mengetahui asal tempat kamu berada dan kamu bisa pulang. Aku yakin orang tuamu bakal mengkhawatirkanmu."
Orang tuaku ya. Terasa agak sepi juga. Ini pertama kalinya aku pergi jauh, bahkan terpisah oleh dunia. Ya bukannya aku juga nanti bakal kembali dan bangun seperti biasanya. Tak akan ada waktu yang hilangkan di duniaku!
****
Keesokannya, di pagi hari buta, aku pergi bersama si penjaga. Ia mengantarku ke tempat pimpinan kota. Aktivitas penduduk kota ternyata sangatlah ramai ketika hari semakin terang.
Pagi hari buta, sudah terlihat anak-anak disertai kedua orang tuanya pergi untuk bersekolah, bahkan aku jadi merasa ingin melihat bentuk sekolah di tempat ini. Kemudian setelahnya mulailah terlihat para buruh yang membawa kayu kayu besar serta peralatannya ke tempat pembangunan.
Jarak antar bangunan tempat ini tidaklah saling berjauhan karena penduduk setempat pun terlihat tak banyak yang menggunakan kendaraan. Kendaraan di tempat ini pun hanya menggunakan hewan sebagai penggeraknya. Ya, hewan itu adalah kuda. Belum ada bentuk hewan aneh seperti yang kuiming-imingkan dalam dunia ini. Hampir keseluruhan sama persis dengan dunia nyata namun di tempat terpencil. Yang berbeda hanyalah penggunaan mana atau kekuatan dalam dunia ini.
Kulihat penggunaan mana yang penduduk ini paki digunakan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan tertentu, itupun sangat sedikit seperti seorang manejer kuli, ia membantu bawahannya dengan menggunakan kekuatan mananya untuk menyokong fisiknya dalam melakukan pekerjaan berat mengangkat kayu yang besar. Ada pula yang memotongnya dengan rapi sehingga membentuk papan tanpa bantuan alat satupun.
Penggunaan mana membutuhkan pengetahuan yang tinggi juga untuk dapat menggunakannya dalam keseharian. Itu pun hanya untuk orang-orang tertentu. Yang pastinya jika kulihat di sini, orang yang memiliki tingkat mana yang tinggi maka derajat sosial merekapun juga tinggi.
Penduduk kota ini juga sangat ramah. Banyak yang menyapa kami tiap kali saling bertemu muka saat berjalan. Meski begitu jika diperhatikan dengan baik-baik, para penduduk kota ini juga terlihat begitu waspada kepadaku. Itu terlihat dari cara pandang mereka saat melihatku, tatapannya ramah tapi tajam.
Ya aku hanya menghiraukan hal-hal yang membuatku tak nyaman. Aku hanya ingin fokus untuk segera menyelesaikan Quest yang kudapatkan.
Belum sempat sampai di tempat tujuan. Seseorang di jalan menyapa kami sampai si penjaga itu memberhentikan langkahnya dengan sikap cepat.
"Eh, pak wali. Baru saja mau ke tempat anda."
Seorang pria dewasa dengan tubuh yang kurus dan terlihat lemah, tinggi sekitar 170 dan mata yang mulai terlihat rabun. Tapi, kulit mukanya masih terlihat muda. Apakah dia pimpinan kota ini?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Yukity
Hadir Thor...
salam kenal ya..
Mampir yuk di novelku
Si Oyen pacarku bukan manusia
2022-02-02
1
ARJ
Thor, you know sharing ia caring😁
jadi kalau aku Krisan bukannya karena lebih tahu, tapi karena kebetulan lagi mode normal dan tahu mesti dibenerin, jadi jangan kesinggung yaa.
pertama, Kata mengberhentikan atau menghentikan?
- setelah elipsis tidak perlu pakai kapital. Kecuali elipsisnya di akhir kalimat dan ditutup tanda titik.
-untuk dialog langsung yang menggunakan tanda petik. Harus selalu di akhiri dengan titik (jika tidak diikuti narasi) tapi kalau diikuti narasi pakai koma. untuk tanda tanya dan seru jika diikuti narasi awal narasinya tidak perlu kapital.
maaf ya, niatnya cuman ingin berbagi kok bukan menggurui. Salam literasi 🙌
2022-01-31
3
chonurv
kepala daerahnya Ipin Upin apin epin opin. hahahaha
2021-02-23
1