1.4 : Supervisor pak Opin

"Perkenalkan, aku Ed. kamu utusan dari Pak Dinath ya."

"Iya."

"Tak kusangka, kita akan satu kereta denganmu."

Kereta kuda ini menuju ke kota Boas. Perlu diketahui kita harus mendapatkan izin dulu dan meminta arahan desa yang akan kita tempati.

Ya begitulah. Aku juga ikut andil dalam penyebaran ini. Bukan sebagai pengajar, melainkan sebagai seorang pengawas.

Resha, Ed, Nasy, Ci, dan An adalah para master yang akan aku awasi di Bodhas bagian Timur tepatnya di kota Boas.

Rumah-rumah yang berjejeran dan di pusatnya terdapat banyak kios yang juga ikut berjejeran. Tempat itu cukup ramai dengan teriakan para penjual dan pembeli yang sedang tawar-menawar.

Kota ini lebih ramai ketimbang di kota Flamesea. Setelah kami menitipkan barang, kami segera pergi ke tempat kepala daerah.

"Apa disini tidak ada orang?" tanya An.

"Entahlah, kediaman kepala daerah tak kusangka bakal seramai ini."

"Sepi woi," ucap Ci dengan kesal.

"Hentikan Ed, jangan bercanda dulu."

Nasy menegaskan.

Resha lalu berjalan terlebih dahulu memasuki pekarangan kepala daerah.

"Apa yang kamu lakukan Resha."

Resha tak menghiraukan. Ia lantas mengetuk-ngetik pintu kediaman kepala Daerah. Semuanya saling memandang dan akhirnya mengikut ke Resha.

"Sudahlah, lebih baik kita bertanya dengan orang di sekitar sini," ucap Ed kesal setelah beberapa menit tak ada orang satupun yang keluar dari kediaman tersebut.

Kalau dilihat dari situasinya memang tempat ini juga begitu kosong. Ed bahkan sudah berjalan keluar dari pekarangan kediaman ini. Resha juga mengikut dengan Ed. Sedangkan Nasy, Ci, dan An masih bersikeras menunggu di sini.

Namun, tidak lama dari itu kami dikejutkan oleh sosok yang tak kami sadari sedari tadi. Kami melihat sesosok pria berjas merah. Orang itu berjalan dengan kaki yang diangkat terlalu tinggi.

Wajah seperti om om genit dengan mata yang sengaja disipitkan dan alis yang dipaksakan naik bahkan ia tersenyum lebar. Tingginya sekitar 180 cm dan tak memiliki rambut sehelaipun di atas kepalanya.

Sosok itu mendekati kami dengan tatapannya yang aneh, tapi tampaknya dia mungkin datang karena ingin ke kediaman kepala daerah.

"Siapa anda?" Tanya Resha was-was saat pria aneh berjalan lebih dekat ke arah kami.

"Hahaha aku jadi duta shampo lain. Hahaha dulu pernah sih pakai lidah buaya, sekarang pakai bunga bangkai hahahah." Dengan tampangnya yang seperti om genit, orang ini tersenyum lebih lebar memberikan efek muka yang seperti om-om mesum.

"Eh, saya bertanya dengan serius. Bukannya mau dilawak dengan candaan yang tidak jelas," tegas Resha yang tampak sedikit geram.

Aku sendiri sedikit terkejut dengan kehadiran orang itu. Lebih-lebih kepada apa yang ia ucapkan dengan nada tidak asing.

"Betul betul betul, nama saya Opin, saya adalah kepala daerah di sini, hahahah ...," ucapnya tersenyum lebar, kemudian datang menghampiri kami lebih dekat.

"Hah!"

Apa-apaan dengan orang ini.

Suasana cukup hening sejenak, mereka semua menatap heran diriku. Apa wajahku sangat begitu terkejutnya. Sadar akan hal itu, aku menarik napas lalu menghelanya.

"Ok, jadi kamu adalah kepala daerah di sini ya. Kamu tahu kedatangan kami ke sini untuk membuat suatu tempat mengajar sekaligus meminta bantuan mencari orang-orang yang dapat membantu kami mendidik penduduk di kota Boas ini," ucap Ed. Tampaknya ia sudah tak peduli dengan apa yang dinamakan sopan santun karena pak Opin ini.

"Hahaha, Naruhodouo Pasti aku bantu ... Tenang dan katakanlah, semuanya akan kubereskan, hahaha,"

Ah, aku hanya bisa menggelengkan kepala dengan pelan. Apalagi saat ia berucap dengan nada perkataannya yang diayun-ayunkan, itu membuatku kesal.

Kami yang berdiri bingung akan tingkahnya malah saling memandang satu sama lain. Satu kode dari anggukan lemas Resha membuat kita ikut mengangguk, tahu akan kode tersebut.

Dengan serempak kami berseru, "mohon bantuannya!"

Meski begitu, pak Opin ini pastilah bukan orang biasa.

"Yes my lord. Hahaha ... Sekarang, tempat kalian mengajar berada di pusat kota Boas. Kalian bisa melewati kios-kios yang berjejeran lurus hingga dapat melihat Apartemen Bucin Ta Vatu lalu belok ke arah kanan.

" Di sana ada sebuah tempat yang dulunya adalah benteng yang juga markas di bagian tengah ketika masa perang perebutan wilayah dulu. Sekarang kalian bisa jadikan tempat itu sebagai Haggyo , hahaha." Sekarang pak Opin bertingkah seperti pelayan lelaki, ia menunduk dengan satu tangan berayun ke dada.

"Haggyo?" Tanya Resha heran.

"Aah, jangan dipikirkan, hahaha ... maksudku itu adalah tempat untuk kalian mengajar nantinya." Seperti biasa, pak Opin tersenyum lebar cah orang mesum.

Dari semua ucapan pak Opin, aku mencium hal misterius. Bagaimana mungkin bahasa tersebut sampai kudengar di dunia ini? Apa mungkin dia muncul dari wujud khayalanku? Ah, tetapi ini ‘kan bukan sekadar mimpi. .

Sudahlah, lebih baik aku tidak terlalu memikirkan hal ini. Yang aku harus perhatikan saat ini adalah menyelesaikan tantangan yang ada di hadapanku, aku berharap semuanya berlangsung dengan cepat.

Dibandingkan dengan bangunan lainnya, bangunan ini terlihat sangat bersih berwarna putih dan terlihat mengkilap. Ketika masuk ke dalam, aku tak menyangka tempat ini menjadi terlihat luas padahal jika dipandang dari bagian depan, bangunan ini terlihat ramping dan berbentuk seperti menara.

Yah untung sekali bangunan ini akan menjadi tempat kita mengajar sekaligus tinggal di sini. Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi soal dana dan lain-lainnya.

"Hehe, Jadi kalian yang akan memakai tempat ini yah?"

Sesosok pria aneh lagi-lagi mengejutkanku dan para master di belakangku. Kukira dia adalah kepala daerah tadi, tetapi ternyata dia adalah orang yang berbeda. Hanya saja mungkin sifatnya seperti pak kepala genit itu.

"Hehe, kok pada bengong. Aku tanya, apa kalian yang akan memakai tempat ini?"

"Iya pak. Kami yang akan memakai tempat ini," jawab Ed dengan wajah yang pucat. Mungkin ia mulai khawatir jika penduduk kota Boas ini akan seperti pemimpinnya.

"Hehe, jadi benar kalian toh. Maaf sudah berlaku tidak sopan kepada kalian. Perkenalkan namaku Epin. Saya adalah orang yang selama ini menjaga tempat ini. Kuharap kalian juga dapat menjaga tempat ini dengan baik."

"Benar juga. Kami pasti akan menjaga tempat ini, karena tempat ini adalah tempat yang akan bersejarah untuk kedepannya nanti," ucap Nasy dengan mata yang memancarkan kegembiraan.

***

Setelah beberapa bulan aku tinggal di sini aku tak banyak mengalami perubahan yang pesat. Level ku naik ke level 10. Aku dapat banyak mempelajari akan seputar dunia ini dari para master tersebut.

Para master itu juga merekrut orang-orang khusus yang mereka anggap mampu kembali mengajarkan kepada yang lainnya.

Kemampuan serta ilmu yang mereka berikan dari kelima master itu cukup banyak dan memiliki keahliannya masing-masing. Selain dari mengajar mereka juga meneliti tentang Kota ini. Baik dari aktivitas kota bahkan tingkatan mana dalam kota ini.

Semakin natural tempat tersebut maka mana yang ada akan semakin baik. Keberagamaan mana juga tergantung dari seberapa banyak lingkungan yang terjadi di sana.

"Berapa harga buku dan pena bulu ini? Oh tintanya juga."

"Buku seharga lima puluh kion sedangkan pena buku dan tintanya seharga seratus kion."

Dan, mirisnya aku tak memiliki satu pun keping kion yang dapat untuk diperjualbelikan. Ya, kion ini adalah salah satu mata uang di dunia ini.

"Hahaha, Oh my friend apa kamu sedang kesulitan?" Sebuah suara yang tak asing kudengar dari belakang.

"Oh, pak Opin, sedang di sini ya, " ucapku seolah menyambutnya, walau sebenarnya aku tak ingin berbicara dengannya.

"Hahaha, Sugoi kan. Apa aku mengejutkan? Tenang, aku datang kemari memang untuk menemuimu." Pak Opin mengambil sebuah kantung kecil dari sakunya lalu menyerahkannya kepadaku. "Ini adalah imbalan, tepatnya hadiah karena sudah membantu kota kecil ini."

Aku membuka kantung tersebut yang ternyata berisikan enam puluh keping emas.Yah untung sekali bangunan ini akan menjadi tempat kita mengajar sekaligus tinggal di sini. Tak ada yang perlu dikhawatirkan lagi soal dana dan lain-lainnya.

Semua keping emas ini bukan hanya untukku, tapi semua keping emas ini akan dibagi rata untuk para master lima orang itu.

Satu keping emas untuk masing-masing orang. Aku cukup senang mendapatkannya, mengingat bahwa satu keping emas itu setara 1000 kion jika dirupiahkan berjumlah satu juta.

Karena telah mendapatkan sepuluh keping emas, aku pun menggunakannya untuk membeli buku dan pulpen lalu berterima kasih kepada pak Opin. Dari sinilah aku mulai senang mengobrol dengan pak Opin, aku sadar bahwa pak Opin adalah orang yang ramah.

Hahaha, biasalah kalau kita dibalik bakal kayak gini.

Di tengah perbincangan yang hangat, muncul seseorang yang tak asing di mataku. "Hahaha, Ketemu lagi kita, Nih." Iya, dia adalah pak Epin, orang yang tingkahnya menyerupai pak Opin. Dia datang kemari memberikan kepingan tembaga kepada pak Opin.

"Hutang yang kemarin kan aku pinjam 1638 kion. Jadi sekarang, aku membayar 850 kion terlebih dahulu."

"Hahaha ... kamu jadi duta sa**o lain. Hahaha ... dulu ngutang, sekarang mau bayar." Pak Opin terlihat bingung lalu mendekati telingaku, ia berbisik. "Dayshi, minta tolong hitung sisa hutangnya yah."

Tanda pemberitahuan seketika muncul setelah pak Opin selesai berbisik, ini sebuah quest sampingan. Di bawah dari tulisan quest sampingan tersebut terdapat catatan tentang positif dan negatif.

Kucoba lah mempelajarinya sekaligus menghitung sisa hutang yang dimiliki si pak Epin. Membayar berarti positif, dan hutang berarti negatif.

(-1638) + 850 \= (-788).

"Utang pak Epin ada sebanyak 788 kion."

"Hahaha ... Seperti yang dikatakan Dayshi, utang kamu masih sisa 788 kion yah. Jadi nanti kutunggu kamu bayar lagi. Dan lagi, aku tidak akan pakai bunga, jadi tenang saja." Pak Opin merangkul bahu pak Epin, ia berjalan keluar dari kios.

"Hahaha ... yes my lord," jawab si Epin dengan nada santainya.

"Ah, gila ketemu dengan orang gila pasti saling mengerti, " gumamku melihat kedua orang ini saling berbicara dengan bahasa yang sulit aku maknai.

Sesaat ketika aku telah keluar dari kios, pak Opin yang masih merangkul pak Epin menoleh ke belakang melihatku.

"Eh, ngomong-ngomong kamu itu .... "

"Tunggu sebentar!" aku memotong pembicaraan pak Opin karena mendapatkan notifikasi baru bernyalakan merah. Dan,

Srett srett

Waktu terhenti. Sesosok orang bersweater matematika tampak keluar dari dimensi yang berbeda.

"Bah bah bah ... apa kau masih mengingatku?" sebuah simbol. Tidak, itu adalah si Tambah yang sekarang berada di hadapanku

"Ok ok, aku masih mengingat kalian. Jadi apa yang ingin kalian lakukan sekarang? Apakah aku sudah bisa kembali?" tanyaku.

"Bah bah bah ... jadi kamu masih mengingatku yah. Jadi kedatanganku di sini hanya ingin membantumu memahami tanda positif dan negatif sama aturan-aturannya. Dan kamu masih belum bisa kembali." Si Tambah menekan suaranya di kalimat terakhir. Dia kemudian berjalan membelakangiku.

"Bah bah bah. Sekarang aku bukanlah sebutan tambah, melainkan aku adalah positif dan Rang-rang sekarang adalah negatif ," lanjut si Tambah yang kemudian berhenti dan menoleh kembali ke arahku.

"Ok, langsung ke intinya saja," ucapku yang tak mau mendengar basa-basi.

Si Tambah lantas tertegun sebentar, ia tertawa kecil kemudian mulai menjelaskan bersama dengan si Rang-rang.

A few moments later

“Oke, aku sudah mengerti. Positif dan negatif di penjumlahan dan pengurangan sama saja dengan meminjam dan dipinjam, sedangkan di perkalian dan pembagian sama saja dengan obrolan orang waras dan orang gila.

"Misal positif adalah orang waras dan negatif adalah orang gila. Jadi ibaratnya aturannya seperti ini ...." Aku kemudian menjelaskan dengan panjang lebar.

Si Tambah dan Rang-rang yang merasa diriku telah paham lantas kembali masuk ke dalam distorsi ruang dimensi itu dan hilang dalam sekejap mata bersamaan dengan berjalannya waktu yang kembali semula.

Sepertinya ku sudah terbiasa dengan perhitungan. Angka dan rumus bahkan simbol-simbol tertentu sudah tak mengganggu ku lagi. Ingatan-ingatan itu bahkan tak pernah menggangguku lagi. Entah ingatan apa itu. Aku hanya merasa ingin melupakannya dan mengambil langkah yang baru.

Aku terdiam sejenak setelah semuanya kembali Pupil hitamku melirik ke sana-sini, melihat keadaan sekitar dan kembali ke arah pak Opin yang sedang menatapku dengan matanya yang terus sipit sambil tersenyum U.

"Oh iya. Pak Opin! Jadi apa yang ingin pak Opin katakan kepadaku?"

"Hahaha ... Pasti kamu dari sana lagi! Aku tau tadi waktunya berhenti kan? Dan kamu ini berasal dari real world, sekarang kamu berada di dunia mimpi ini, hahaha!" seru pak Opin sendirian, dia tidak menjawab apa yang kutanyakan. Pak Epin hanya diam, linglung akan pembicaraan.

"Apa?! Bagaimana kamu bisa mengetahuinya?"

Aku terkejut mendengar apa yang dikatakan pak Opin. Bagaimana dia bisa mengetahui ku bahwa aku ini berasal dari real world.

•••

“Oh iya. Pak Opin! Jadi apa yang ingin pak Opin katakan tadi?” tanyaku.

Pak Opin mengangkat tangannya dari bahu pak Epin. Ia mulai menggaruk kepalanya yang gundul itu. Entah apakah karena gatal atau apa.

“Hahaha, pasti kamu dari sana lagi! Waktunya berhenti kan? Kamu ini berasal dari dunia nyata. Dan sekarang kamu berada di dunia mimpi ini kan? Hahaha!” seru pak Opin sendirian.

Pak Epin hanya diam, linglung akan pembicaraan. Aku sendiri terkejut mendengar apa yang dikatakan pak Opin.

Bagaimana dia bisa mengetahuiku bahwa aku ini sedang berada di dunia mimpi? Apakah dia pernah pergi ke dunia nyata atau ada hal lain yang membuatnya dia mengetahuiku dari mana aku berasal.

Dengan perasaan heran aku bertanya kepadanya dari mana ia bisa mengetahui akan statusku. Alih-alih pak Opin diam sejenak, matanya yang disipitkan lantas di buka normal.

Kami mulai mencari tempat untuk duduk yang jauh dari keramaian, di sanalah pak Opin mulai menceritakan akan dirinya sendiri.

Pak Opin memiliki latar belakang yang menarik. Ia sebenarnya dulu adalah seorang pengawas dari dunia ini, biasa juga disebut dengan supervisor. Yaitu, seseorang yang pernah diutus untuk pergi ke duniaku, real world.

Ia ditugaskan untuk mencari seseorang yang memiliki niatan yang kuat untuk mempelajari sesuatu. Dengan Yum[1] sebagai pengantarnya, ia harus memberikannya kepada orang yang telah ia pilih, memastikan untuk meminumnya dan memastikan agar orang pilihan itu tertidur.

Seperti yang kutahu dari penjelasan pak Opin. Yum adalah salah satu kunci untuk memasuki dunia ini, tapi sayangnya bukan kunci untuk keluar dari dunia ini.

Yum memiliki wujud seperti air biasa, sehingga cara pemakaiannya adalah dengan meminumnya lalu menunggu datangnya waktu tidur.

Di saat tidur inilah yang menjadi momen perpindahan jiwa, bertransfer ke dunia fantasi ke dalam wadah yang bertransformasi.

Tubuh luar atau wadah asli akan tetap dalam keadaan normal, walau jiwanya telah kosong tapi waktu akan menunggu jiwa tersebut kembali ke wadah yang asli.

Sebenarnya, bukan hanya pak Opin yang telah menjadi supervisor. Dikatakan masih ada banyak orang yang telah menjadi supervisor, salah satunya adalah orang yang mengirimku datang ke dunia ini.

Entah siapa orangnya yang jelas dia adalah teman dari pak Opin. Pak Opin sendiri terkaget dan tertawa terbahak-bahak ketika aku menjelaskan ciri orang yang memilihku itu adalah orang yang serba hitam kecuali gigi silau yang dimilikinya.

Ya, walau pak Opin mengenal jelas orang yang aku maksud. Namun ia sudah lupa akan nama dirinya, yang jelas dulu si dia dan pak Opin saling berteman baik meski si dia sepertinya tak menyukai pak Opin. Aku mengatakan begitu karena pak Opin sempat menceritakan tentang si Dia.

Lama menahan kaki setelah mendengarkan cerita pak Opin. Aku mulai menoleh ke belakang pak Opin untuk mencari pak Epin yang ternyata telah menghilang pergi entah sejak kapan. Bahkan pak Opin pun sedikit terkejut akan kehilangannya karena tadi ia merasa pak Epin juga ikut bersama kami.

Karena kurasa semuanya telah fine, aku mulai berjalan pulang ke arah apartemen yang aku tinggali. Alih-alih pak Opin juga ikut di belakangku karena mungkin arah pulang kami sejalur.

Sejenak saat berjalan dengan pak Opin, puluhan pertanyaan muncul di pikiranku. Ini semua berkat dari pembicaraan sebelumnya, ada beberapa hal yang tidak dapat aku mengerti. Tak dapat kutahan, aku pun mengeluarkan pertanyaan yang berputar di kepalaku.

“Eh, pak Opin ini mimpiku kah? Atau khayalanku? Tapi mengapa pak Opin tadi mengatakan keluar dari dunia ini. Mencari orang yang sepertiku? Oh atau pak Opin ini orang dari duniaku juga yah! Berarti pak Opin itu ....”

Aku mulai heboh. Benar saja, cerita tadi itu masih banyak yang tak dapat aku mengerti.

Pak Opin yang tiba-tiba mendapat pertanyaan tanpa rem, lantas memberhentikanku untuk terus bertanya.

“Woi woi woi woi, kamu terlalu banyak bertanya, hahaha. Aku adalah orang yang berada di dunia ini. Ini bukanlah khayalan dan ini sebenarnya bukanlah mimpimu ...”

“Loh, bukannya tadi kamu mengatakan ini khayalan. Ok ok, jadi aku ini berada di dunia lain ya.”

Aku mulai mengawur tidak jelas akan apa yang aku bicarakan saat ini, pikiranku sungguh ke mana-mana.

“Hahaha kamu ini.”

Dengan nada agak kesal Pak Opin merangkul bahuku.

“Jangan memotong pembicaraanku dong! Nanti aku lupa. Benar, ini adalah dunia lain dari dunia kamu. Tapi ,waktu di dunia ini tidak berjalan di duniamu. Ingatkan! Waktu di dunia mu berhenti dan waktu disini tetap berjalan seperti di duniamu. Tetap dua puluh empat jam dalam sehari,” lanjut pak Opin.

“Terus!“

Mataku berbinar penasaran.

“Tunggu, tunggu, aku belum selesai. Ketika kamu akan kembali maka waktu akan berjalan di duniamu, dan ingatanmu di duniamu tetap seperti saat kamu sebelum tidur. Walaupun begitu, ingatanmu di dunia ini tidak akan hilang. Yah, walaupun kamu berabad-abad disini juga kamu mungkin tetap bisa hidup.

“Tanpa makan pun kamu tetap bisa hidup. Tapi bila kamu mati berarti kamu akan memulainya dari awal lagi. Dan ingat, semakin kamu lama disini maka kamu akan semakin susah untuk keluar dan terjebak disini. Jika itu terjadi maka dalam satu abad di dunia ini. Maka kamu akan terbangun dengan keadaan gila. Dan jiwamu tetap berada di dunia ini.”

Pak Opin nampak sedikit serius bercerita, mungkin ia terbawa suasana.

Aku sendiri, terus menelan ludah, ada ketakutan dan kekhawatiran, ada kerinduan walau tak akan pernah dirindukan.

“Ok ok. Waktu ini tidak akan kusia-siakan. Karena aku tidak akan mengantuk lagi untuk belajar. Lagian banyak hal yang kurindukan dengan duniaku.”

Aku mengucapkannya cukup tenang, agar pak Opin tidak merasa bersalah.

“Hahaha ... santai saja. Ada aku yang akan selalu membantumu. Karena aku juga pernah menjadi petugas di dunia ini dan sekarang aku sudah pensiun. Jadi kalo ada apa-apa tentang dunia ini tanyakan saja kepadaku.”

Dengan tampangnya seperti om mesum, pak Opin memberikan sebuah senyum Pepsodant seraya menunjuk dadanya dengan jempolnya, ia membanggakan diri.

Tidak terasa aku hampir sampai di apartemenku. Dari kejauhan di jalanan yang begitu poros sudah tampak kelihatan apartemenku itu.

“Oke, oke. Sebelum kita berpisah bisakah kamu menjelaskan tentang waktu. Soalnya dari tadi aku selalu mendengar kata ini.”

Aku memegang daguku, agak tersipu atas pertanyaanku sendiri. Memang aku mengerti akan waktu tapi itu belum sepenuhnya.

“Hahaha ... Kukira kamu sudah mengatahuinya. Kamu tahu jam?” tanya pak Opin. Aku mengangguk mengiyakannya.

“Nah, jam itu adalah satuan waktu. Dan waktu adalah rangkaian proses, perbuatan, atau keadaan berada atau berlangsung.

"Singkatnya apa-apa yang kamu lakukan itu adalah waktu. Untuk lebih jelasnya kita harus mengetahui tentang satuan waktu.

"Satuan waktu diantaranya adalah detik, menit, jam, hari, Minggu, bulan, tahun, windu, dasawarsa, abad, dan millenium.

"Satuan waktu yang paling cepat adalah detik dan yang paling lama adalah millenium ....” pak Opin malah mulai menjelaskan serinci mungkin.

Aku ternganga dan mencatat apa yang ia katakan dalam buku kosong yang telah kubeli tadi.

“Ok, ok. Yang jelasnya aku harus bisa mengingat satuan satuan waktunya kan.” Seperti biasa, aku berusaha untuk bersikap tenang.

“Hahaha ... kalo soal begini mah kamu harus tau. Karena waktu itu sangat berharga,” ucap pak Opin kepadaku sebelum kita berpisah sebab beberapa langkah lagi aku sampai di apartemenku.

...➕➖✖️➗...

Sudah banyak waktu yang telah aku lalui. Walaupun aku tahu tentang waktu, tetap saja yang kujalani ini sungguh tidak terasa.

Bahkan ketika aku masuk ke dunia ini yang kujalani sampai saat ini terasa seperti hanya beberapa menit lalu. Tidak! Mungkin terasa seperti sekejap saja.

Waktu terus berjalan, semua hal yang aku lakukan akan menjadi sejarah dalam hidupku baik kemarin, hari ini, detik ini bahkan pada saat ini. Yang berlalu itulah sejarah aku, yang menjadi ukiran dalam kepala ini.

Munculnya matahari dari timur dan terbit ke arah barat yang kemudian datanglah cahaya rembulan serta hamparan bintang yang menghiasi langit malam.

Tidak terasa tibalah saatnya untuk pergi dari kota ini. Aku dipanggil oleh Dinata melalui surat yang dibawa oleh seekor burung merpati putih.

^^^--,--^^^

Untuk Dayshi Andrian

Bagaimana dengan kota yang telah kamu awasi. Mungkin kota itu telah memiliki banyak ilmu karena kamu adalah pengawas yang cemerlang. Jadi, kembalilah ke kota Flamesea. Kita akan membahas sesuatu.

Dari Dinata.

Seperti ada yg kurang jelas dari surat ini, tapi biarlah. Notifikasi muncul lagi. Yah melayang itu mengatakan bahwa aku harus kembali lagi ke kota Flamesea menemui Dinata.

Lagi-lagi misi yang melelahkan dimulai.

••••

Sekedar informasi

Yum, sebuah air yang jika diminum dapat memasuki dunia lain. Berwujud hampir serupa dengan air biasa, tidak berwarna dan tidak berbau.

Akan bekerja saat tertidur. Gejalanya saat bekerja yaitu, ketika tertidur seluruh tubuh terasa ringan dan melayang, kondisi seakan-akan sangat sadar akan gejalanya itu.

Terpopuler

Comments

Riki Prananda

Riki Prananda

jadi pengen minum yum wkwk
semangat upnya thor!

2022-02-10

2

Yukity

Yukity

hadir Thor👍🏼😍

2022-02-02

1

『Minecraft』

『Minecraft』

Ya, waktu itu berharga, emas ( harta) paling berharga di dunia

2022-02-01

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 1. AWAL DARI KEKUATAN FANTASI MATEMATIKA
3 1.1 : Penguji
4 1.2 : Quest
5 1.3 : Dinath
6 1.4 : Supervisor pak Opin
7 2. RAISA DAN TANTANGAN UTAMA
8 2.1 : Lekas keluar dengan pose dua jari
9 2.2 : Naga di langit kota Flamesea.
10 2.3 : Seputar "dunia ini"
11 2.4 Surat lawas
12 2.5 Tentang Si Raja Gila, yang mungkin musuh utama kami.
13 3. START THE JOURNEY
14 3.1 Ber-party
15 3.2 Latihan pertarungan awal di dunia, done.
16 3.3 Tuyul berkulit hijau
17 3.4 Gadis misterius
18 3.5 H-BOMB
19 3.6 Hubungan yang memperlihatkan status.
20 3.7 Hampir Kehilangan Arah
21 4. DESA ROSE
22 4.1 Upacara penyambutan Desa Rose
23 4.2 Rose Arcenciel
24 4.3 Potion
25 4.4 Pernah si Raja Gila singgah
26 4.5 Menghilang
27 4.6 Pak Opin terculik
28 4.7 Rencana mencari petunjuk keberadaannya
29 4.8 Telah ditemukan petunjuknya
30 4.9 Peta Benua Celebesia di Upperworld
31 5. SERANGAN DADAKAN
32 5.1. Sejenak berehat
33 5.2 Sigil
34 5.3 Momon agresif pemangsa, Tiger.
35 5.4 bertahan dari serangan Tiger
36 5.5 Gerombongan preman (?)
37 5.6 Skill Tree
38 5.7 Spear Breaker, Vyno.
39 5.8 Fregia, Demi human Tiger
40 5.9 Keuletan Mirai
41 5.9 Keuletan Mirai (2)
42 5.10 POV Fregia
43 5.11 Dia bukan bocah biasa
44 5.12 Transformasi Demi Human Tiger.
45 5.13 Sekilas masa lalu Fregia
46 5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin
47 5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin (2)
48 5.15 Mereka berhasil meloloskan diri
49 6. DESA ORCHID
50 6.1 Pascapertempuran
51 6.2 Tingkatan
52 6.3 Ajaran Resha
53 6.4 Cincin api jentik
54 6.5 Jati diri kakek
55 6.6 Prajurit
56 6.7 Mana drop
57 6.8 Eva Nieos
58 6.9 Eva Nieos (2)
59 6.10 Orchadiellion
60 7. INFORMASI MIO DAN SURVIVE DI HUTAN AERIEL
61 7.1 Reynald dan si kakak 12 tahun
62 7.2 Bersama dengan Mio.
63 7.3 Pergi melatih adik bawahan Resha
64 7.4 Latihan Survival
65 7.5 Kelompok Leo
66 7.6 Kekuatan Gerry
67 7.7 Siapa gadis yang dulu mengejar Mio
68 7.8 Pertukaran
69 7.9 Sedikit informasi tentangnya
70 7.10 Melewati rawa
71 7.11 Dalam masalah
72 Pengumuman....
73 7.12 Momon yang memanfaatkan mana
74 7.13 Ujung dari latihan survive
75 7.14 Penyelamatan kelompok Leo
76 8. UPPIN LEVEL
77 8.1 Mirai sang Enchantmenter
78 8.2 Diriku yang lemah
79 8.3 Ledakan
80 8.4 Pengecut
81 8.5 Gerombolan Burung Garuda Haast.
82 8.6 Rasa haus darah Resha
83 8.7 Tak peduli dengan apapun, harus bertahan.
84 8.8. Tikus yang kehilangan arah demi kawanannya
85 8.9 Dipojokkan
86 8.10 Asta
87 9. KOTA TUJUAN
88 9.1 Guild Iin
89 9.2 Emerald Bougenville
90 9.3 Pinggiran
91 9.4 Penguatan mantra
92 9.5 Sekutu
93 9.6 Ketahuan
94 9.7 Penyamaran
95 9.8 Diawasi
96 9.9 Menuju lorong rahasia (?)
97 10. PEMBERONTAKAN
98 10.1 Sang Prajurit
99 10.2 Ares
100 10.3 Perkara Sepotong Roti
101 10.4 Pengasuh
102 10.5 Kebebasan atau Pembalasan
103 10.6 Next
104 10.7 The Burning Sunflower
105 10.8 Sisi kemanusiaan
106 10.9 Kepercayaan diri Ares
107 10.10
108 Resh - Revisi
109 11. Last : The MAD and The Crazy
110 11.1 : Riko
111 11.2 : Riko (2)
112 11.3 : Reuni tanpa ingatan
113 11.4 : Reuni tanpa ingatan (2)
114 11.5 Reuni tanpa ingatan (3)
115 11.6 Reuni tanpa ingatan (4)
116 12. Kebangkitan dan Kehancuran.
117 12.1 Kebangkitan dan Kehancuran (2) - Tamat.
Episodes

Updated 117 Episodes

1
PROLOG
2
1. AWAL DARI KEKUATAN FANTASI MATEMATIKA
3
1.1 : Penguji
4
1.2 : Quest
5
1.3 : Dinath
6
1.4 : Supervisor pak Opin
7
2. RAISA DAN TANTANGAN UTAMA
8
2.1 : Lekas keluar dengan pose dua jari
9
2.2 : Naga di langit kota Flamesea.
10
2.3 : Seputar "dunia ini"
11
2.4 Surat lawas
12
2.5 Tentang Si Raja Gila, yang mungkin musuh utama kami.
13
3. START THE JOURNEY
14
3.1 Ber-party
15
3.2 Latihan pertarungan awal di dunia, done.
16
3.3 Tuyul berkulit hijau
17
3.4 Gadis misterius
18
3.5 H-BOMB
19
3.6 Hubungan yang memperlihatkan status.
20
3.7 Hampir Kehilangan Arah
21
4. DESA ROSE
22
4.1 Upacara penyambutan Desa Rose
23
4.2 Rose Arcenciel
24
4.3 Potion
25
4.4 Pernah si Raja Gila singgah
26
4.5 Menghilang
27
4.6 Pak Opin terculik
28
4.7 Rencana mencari petunjuk keberadaannya
29
4.8 Telah ditemukan petunjuknya
30
4.9 Peta Benua Celebesia di Upperworld
31
5. SERANGAN DADAKAN
32
5.1. Sejenak berehat
33
5.2 Sigil
34
5.3 Momon agresif pemangsa, Tiger.
35
5.4 bertahan dari serangan Tiger
36
5.5 Gerombongan preman (?)
37
5.6 Skill Tree
38
5.7 Spear Breaker, Vyno.
39
5.8 Fregia, Demi human Tiger
40
5.9 Keuletan Mirai
41
5.9 Keuletan Mirai (2)
42
5.10 POV Fregia
43
5.11 Dia bukan bocah biasa
44
5.12 Transformasi Demi Human Tiger.
45
5.13 Sekilas masa lalu Fregia
46
5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin
47
5.14 Dentingan duel Resha dengan Mio, si dalang penculikan Pak Opin (2)
48
5.15 Mereka berhasil meloloskan diri
49
6. DESA ORCHID
50
6.1 Pascapertempuran
51
6.2 Tingkatan
52
6.3 Ajaran Resha
53
6.4 Cincin api jentik
54
6.5 Jati diri kakek
55
6.6 Prajurit
56
6.7 Mana drop
57
6.8 Eva Nieos
58
6.9 Eva Nieos (2)
59
6.10 Orchadiellion
60
7. INFORMASI MIO DAN SURVIVE DI HUTAN AERIEL
61
7.1 Reynald dan si kakak 12 tahun
62
7.2 Bersama dengan Mio.
63
7.3 Pergi melatih adik bawahan Resha
64
7.4 Latihan Survival
65
7.5 Kelompok Leo
66
7.6 Kekuatan Gerry
67
7.7 Siapa gadis yang dulu mengejar Mio
68
7.8 Pertukaran
69
7.9 Sedikit informasi tentangnya
70
7.10 Melewati rawa
71
7.11 Dalam masalah
72
Pengumuman....
73
7.12 Momon yang memanfaatkan mana
74
7.13 Ujung dari latihan survive
75
7.14 Penyelamatan kelompok Leo
76
8. UPPIN LEVEL
77
8.1 Mirai sang Enchantmenter
78
8.2 Diriku yang lemah
79
8.3 Ledakan
80
8.4 Pengecut
81
8.5 Gerombolan Burung Garuda Haast.
82
8.6 Rasa haus darah Resha
83
8.7 Tak peduli dengan apapun, harus bertahan.
84
8.8. Tikus yang kehilangan arah demi kawanannya
85
8.9 Dipojokkan
86
8.10 Asta
87
9. KOTA TUJUAN
88
9.1 Guild Iin
89
9.2 Emerald Bougenville
90
9.3 Pinggiran
91
9.4 Penguatan mantra
92
9.5 Sekutu
93
9.6 Ketahuan
94
9.7 Penyamaran
95
9.8 Diawasi
96
9.9 Menuju lorong rahasia (?)
97
10. PEMBERONTAKAN
98
10.1 Sang Prajurit
99
10.2 Ares
100
10.3 Perkara Sepotong Roti
101
10.4 Pengasuh
102
10.5 Kebebasan atau Pembalasan
103
10.6 Next
104
10.7 The Burning Sunflower
105
10.8 Sisi kemanusiaan
106
10.9 Kepercayaan diri Ares
107
10.10
108
Resh - Revisi
109
11. Last : The MAD and The Crazy
110
11.1 : Riko
111
11.2 : Riko (2)
112
11.3 : Reuni tanpa ingatan
113
11.4 : Reuni tanpa ingatan (2)
114
11.5 Reuni tanpa ingatan (3)
115
11.6 Reuni tanpa ingatan (4)
116
12. Kebangkitan dan Kehancuran.
117
12.1 Kebangkitan dan Kehancuran (2) - Tamat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!