Akhirnya aku dan Raisa telah keluar dari hutan dengan melewati sebuah sungai. Di luar hutan ini terdapat pemandangan padang rumput dan beberapa pepohonan yang menghiasinya.
Kami kemudian berdiskusi untuk langkah selanjutnya karena tak jauh dari sini terdapat kota yang akan aku tujui, Flamesea.
"Sekarang kita sudah keluar dari hutan ini, Raisa juga sudah membuat obat yang ada dalam tantangan Raisa. Jadi sekarang apa yang akan kamu lakukan, Dayshi?" tanya Raisa kepadaku dengan menggendong tasnya yang cukup besar yang berisikan berbagai macam benda dan makanan.
"Sudah jelas, Bagaimana kalau Raisa ikut bersamaku. Lagian tujuan kita sama kan untuk keluar dari dunia ini. Kalau soal tantangannya kita saling bantu saja. Belum tentu dalam perjalanan di dunia ini akan aman terus," kataku membujuk Raisa dengan mata yang berkaca-kaca.
Aku ingin merasakan apa yang namanya ikatan teman seperjuangan, teman yang dapat disebut sebagai rekan.
"Idih, amit-amit bareng sama kamu. Kamu ajah di hutan dah tersesat kayak orang gila lari-larian. Sekarang kamu mau aku ikut denganmu. Ah, tidak tidak. Dengar yah di dunia ini yang paling aku takutkan adalah ketularan penyakit gilamu."
Raisa dengan teganya menolak aku sambil mengejek-ejekku. Namun aku tak akan menyerah sampai di sini, pokoknya Raisa harus ikut bersamaku atau aku yang ikut dengannya. Aku tak peduli lagi akan kehormatanku sebagai laki-laki, setidaknya untuk kali ini saja.
"Ok kalau Raisa memang gak mau ikut denganku maka aku akan jadi ekor Raisa, gimana?" kataku dengan senyum sinis di wajahku.
"Apa! Kamu gak boleh jadi ekor Raisa, kalau mau ikut sama Raisa, kamu harus jadi budak Raisa hahaha ...." Raisa memegang pinggangnya dengan kedua tangannya sambil tertawa jahat di depanku.
Baru kali ini aku melihat Raisa sangat jahat sekali denganku, kukira Raisa orangnya tegas tapi baik. Tapi oh tapi Raisa ternyata punya sifat lain, sedih rasanya, dasar loli[1] sadis.
Dengan perasaan yang amat berat aku pun menerima tawaran Raisa untuk menjadi budaknya. Selain itu untuk lebih mengenal satu sama lain, kami saling memperlihatkan status kami. Nama, level, dan skill pun tertera. Aku memiliki level tiga dan Raisa memiliki level 10.
Ini sangat berbeda jauh dari dugaanku, perbedaan levelku dengan Raisa membuatku menganga lebar hingga aku berpikir 'pantaskah aku bersama dengannya?' apalagi Raisa juga memiliki status lain yaitu skill atau kemampuannya yaitu eye elements dan processing.
Skill eye elements aku sudah mengetahuinya yaitu melihat unsur-unsur di sekitar seperti yang Raisa jelaskan sebelumnya.
Namun, untuk skill processing aku sama sekali belum tahu bentuk seperti apa kekuatan tersebut, karena itulah aku menanyakan akan skill tersebut dengan modal rasa penasaran.
Akan tetapi, sebelum aku bertanya Raisa terlihat tersentak kaget melihat status yang kumiliki. Jujur saja, Raisa benar-benar melototi statusku sebelum mengarahkan senter lebarnya itu ke mataku.
Bulu kudukku seketika merinding, lagi-lagi aku menelan ludah karena ketakutan seperti saat aku tersesat di hutan kemarin. Aku yang tadinya ingin bertanya tentang skillnya kini berubah menjadi kata "ada apa?".
Raisa menghela napas kemudian menghembuskannya sembari menatap ke bawah kemudian melihatku kembali.
"Kamu berada di dunia ini sudah berapa hari?"
"A ... Aku, baru satu minggu." Aku gugup karena Raisa tiba-tiba saja bertanya dengan nada yang cukup serius berbeda dengan biasanya.
"Pantas! Tapi Raisa heran deh, bagaimana bisa kamu hanya memiliki satu skill, padahal skill yang diberikan pada saat masuk ke dunia ini kan ada dua. Skill pasif sama skill aktif."
"Apa? Jadi skill apa yang belum aku miliki?"
"Skill aktif."
"Terus aku harus bagaimana dong, biar dapat skill aktif."
"Itu sih deritamu, tapi tenang saja skill aktif itu akan muncul ketika kamu memiliki suatu keinginan yang kuat."
"keinginan yang kuat, ya ...," ucapku lemas hingga terduduk.
Setelah lama berdiskusi, akhirnya kami bekerja sama untuk saling membantu untuk keluar dari dunia ini. Raisa memutuskan untuk pergi ke kota Flamesea untuk menyelesaikan tantanganku terlebih dahulu, pastinya bersama denganku.
...➕➖✖️➗...
kami sudah hampir sampai di kota Flamesea, dari atas dataran tinggi yang berupa bebatuan, kami sudah dapat melihat kota tersebut.
Anehnya kota itu penuh dengan asap hitam dan seketika kami pun tersadar serta terkejut melihat keadaan kota Flamesea pada saat ini.
Kota ini sungguh sudah benar-benar hancur bisa dikatakan kota ini akan musnah. Bagaimana tidak, kami jelas-jelas melihat pemandangan mengenaskan ini.
Di balik asap hitam yang begitu tebal, terdapat berkas cahaya merah dan biru terhembus ke mana-mana, cahaya tersebut adalah api yang dalam sekejap mata melahap Kota Flamesea hingga menjadi abu.
Namun yang sebenarnya membuat kami terkejut bukan kepalang adalah makhluk yang berada di balik asap hitam nan tebal itu, makhluk yang dapat menyemburkan api panas dan membara besar.
Benar, itu adalah makhluk yang dinamakan naga. Naga yang begitu besar bahkan melebihi besarnya suatu kota bahkan bisa sebesar satu gunung. Siluet makhluk itu ternyata sudah sangat jelas jika diperhatikan dengan baik-baik.
Bukanlah awan dan lagi yang hitam. Melainkan tubuh dari makhluk besar itulah yang membuat langit menjadi gelap dan nyala merah yang merupakan api besar yang menghabiskan kota Flamesea.
Aku yang melihat hal tersebut pun seketika berlutut gemetar ketakutan, sedangkan Raisa seketika menarikku bersembunyi di balik bebatuan besar.
Naga hitam dengan sayapnya yang begitu besar, matanya begitu merah berapi, dan cakarnya yang sangat terlihat kuat dan tajam. Apakah aku dapat menyelesaikan tantangan ini, aku mulai meragukan kemampuanku.
Brztt..
Sebuah notifikasi muncul dihadapanku bersamaan dengan semburat cahaya merah yang membentuk sebuah hologram.
Itulah tantangan yang harus diselesaikan tapi notifikasi hologram merah ini sedang terbakar di hadapanku dan notifikasi itu kembali semula dengan tantangan yang sama.
Kali ini aku gagal menyelesaikannya dan inilah yang terjadi, tantangan ini kembali bertuliskan BERSIHKANLAH, SATUKANLAH, DAN JAYAKANLAH.
Padahal tantangan bersihkanlah sudah aku selesaikan. Namun sayang, ini kembali semula sebab tragedi di Kota Flamesea.
Mataku menjadi kosong, aku tak dapat mengontrol pikiranku yang ke mana-mana. Raisa yang melihatku itu kemudian menggoyang-goyangkan tubuhku hingga aku tersadar kembali.
Selang beberapa jam setelah naga-naga itu pergi keluar perbatasan wilayah Sumut. Aku yang tak bisa mengontrol tubuhku akibat rasa takut dan perasaan lain dari emosiku seketika berlari ke kota Flamesea yang sudah menjadi abu.
Aku sudah tidak tahu apakah ini aku ataukah ada pribadi lain yang sedang menguasai diriku hingga aku berlari meninggalkan Raisa.
Raisa juga tidak tinggal diam, dia mengejarku dari belakang dan berteriak untuk tenang dan berhenti. Namun apa daya aku sudah kehilangan kesadaran.
...~Raisa POV~...
Dalam keadaan seperti ini Raisa harus terus tenang. Panik tidak akan mendatangkan sebuah solusi melainkan panik hanya akan mendatangkan petaka yang baru. Jadi, apa yang harus Raisa lakukan.
Yang harus Raisa lakukan saat ini tak ada, Raisa hanya perlu diam menunggu waktu hingga gerombolan Naga itu pergi.
Sialnya, Dayshi malah shock akan keadaan ini. Ia sama sekali tak bergerak di tempat dan manik matanya membulat kosong.
Beberapa kali Raisa goyangkan tubuh Dayshi agar kembali bangun, Tetapi sayang, hasilnya nihil tak ada perubahan, yang ada Dayshi malah semakin tak bisa mengontrol emosinya.
Shock yang Dayshi miliki malah membawanya berlari ke dalam kota yang telah menjadi abu itu. Baiknya, gerombolan Naga tersebut telah pergi sebelum Dayshi menyentuh tanah kota Flamesea.
Raisa sendiri lantas mengejar Dayshi yang telah kehilangan akal. Raisa terus mengejar hingga Dayshi berhenti dan terkapar di pusat pertengahan kota.
Ya, kecepatan Dayshi memang tak dapat Raisa tandingi dalam keadaan seperti ini. Yang ada ketika Raisa telah mendapatinya, Raisa terkapar duduk di samping Dayshi.
Panas, sangat panas, udara di sini seperti sedang berada di panci berisikan air yang tengah dimasak. Raisa sudah seperti orang yang terpanggang, seluruh tubuh Raisa begitu merah dan bermandikan air keringat begitu pula dengan Dayshi.
Saat Raisa menarik Dayshi, Raisa melihat sebuah garis celah berbentuk persegi yang ternyata itu adalah sebuah pintu ruangan bawah tanah.
Raisa pun masuk ke ruangan tersebut sambil menyeret tangan Dayshi, di dalam ruangan ini panasnya ternyata lebih panas dari pada yang di luar.
"[ Processing, the hands of the tree ] Level 1" [2]
Dengan terpaksa, Raisa pun mengeluarkan skill pengolahan yaitu sebuah skill yang menyerap karbon dioksida dan menggantinya menjadi oksigen. Udara dalam ruangan ini yang tadinya seperti berada di oven, kini seperti di atas gunung.
Walaupun agak gelap, tetapi di dalam ruangan ini masih ada terdapat sedikit cahaya yang masuk melalui celah pintu ruangan bawah tanah dan menerangi ruangan ini.
Ketika Raisa mulai fokus akan keadaan sekitar. Raisa dikejutkan dengan ceceran darah kental yang tepat berada di hadapan Raisa sendiri. Refleks Raisa mementalkan badan ke belakang menduduki kepala Dayshi.
Sesaat ketika Raisa kembali memberanikan diri, alih-alih pemilik ceceran darah tersebut terlihat masih ada dalam keadaan antara sadar dan tak sadar, padahal puluhan tombak tertancap hebat menembus darah dagingnya.
Ketika aku sedikit aku mendekatinya, orang itu tampak juga menyadari akan keberadaan Raisa dan bibirnya yang dipenuhi darah berusaha untuk bergerak.
Raisa yang penasaran dengan apa yang akan disampaikan orang itu, lantas mendekat berusaha mendengar kata-kata terakhirnya.
"Ja ... Ya ... Ka ... Sa, lin, du, ngi. Ki, mu, la, di, se ...."
Itulah ucapan akhir riwayat hidupnya yang masih sempat terdengar di telinga Raisa. Ia memang sudah tak dapat diselamatkan.
Raisa menjadi bersimpati kepadanya,
dan untuk menghormati orang tersebut, Raisa kembali menenangkan pikiran dan berusaha mencerna perkataan orang itu.
"Jayakasalindungi. Kimuladise ...." Raisa tidak tau maksud dari kalimat perkataan tersebut, yang Raisa hanyalah kata awal yang tampak seperti nama ibu kota wilayah Bodhas ini, Jayakarsa.
Untuk terakhir kalinya sebelum mengubur mayat ini, Raisa menguatkan jiwa dan raga untuk memperhatikan siapakah orang tersebut.
Seseorang dengan tinggi kira-kira 170 cm dan memakai kacamata minus. Siapa dia? Karena Raisa baru pertama kali datang ke sini, Raisa tidak tahu siapakah orang ini.
Sudahlah.
Raisa menarik Dayshi ke tempat yang tidak terdapat darah dan membaringkannya. Untuk sementara Raisa menginap di tempat ini sambil menunggu Dayshi terbangun.
Raisa juga memutuskan untuk membersihkan ruangan ini selepas mengubur mayat tersebut karena cepat atau lambat mayat itu akan berbau busuk. Bahkan tumpahan darahnya yang sekarang saja sudah berbau amis.
...~Dayshi POV~...
Kepalaku terasa masih pening, bahkan telingaku sekarang masih berdenging. Kedua tanganku yang terasa berat kuusahakan untuk mengusap wajah lalu membuka kelopak mata.
"Akhirnya kamu bangun juga, kamu ini benar-benar tidak bisa tenang ya, Dayshi," ujar Raisa.
Aku yang sudah tersadar akhirnya menjadi celangak-celinguk melihat tempat ini. Bukankah kota Flamesea telah hangus terbakar terus mengapa aku seperti berada di dalam ruangan?
"Raisa, kita ada di mana?" tanya aku yang kemudian mendorong tubuhku dengan kedua tangan untuk bangkit dan duduk terkapar di lantai.
"Pokoknya untuk sekarang kamu jangan panik dulu. Raisa akan menjelaskan keadaan saat ini dan mungkin ini akan menjadi petunjuk untuk tantangan kita kali ini."
Raisa kemudian menjelaskan apa-apa saja yang telah ia lakukan selama aku sedang dalam keadaan tidak sadar.
Di akhir setelah menceritakan kejadian tadi. Raisa tampak seperti memikirkan sesuatu dengan keras.
"Akan di mulaikah! Mungkin perkataan akhir dari orang tersebut 'kita akan mulai diserang". Kalau begitu ini akan gawat, wilayah Bodhas ini sebentar lagi akan diserang kembali."
Raisa akhirnya mengingat sesuatu yang penting dan sepertinya ini akan menjadi sebuah bencana dan kendala yang besar untuk keluar dari dunia ini.
"Raisa sepertinya ... Tidak, Raisa harus membicarakan ini kepada Dayshi, sesama rekan dan teman Raisa harus mempercayainya," gumam Raisa sendiri. Ia tak tahu bahwa aku mendengar apa yang dia katakan.
...°°°...
Sekedar informasi.
Loli, gadis yang berwajah/mempunyai tubuh anak-anak dibawah umur 16 tahun
"Tangan pohon itu"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Ashidart
1818
2021-01-26
0