Penguji itu menjulurkan tangannya ke arahku. Seketika sebuah cahaya yang tampak seperti monitor komputer muncul di hadapanku. Lebih tepatnya aku seperti melihat sebuah VR (Virtual Reaility), namun ini lebih tampak realistis.
Ukh, rasa mual seketika menjulur di seluruh tubuhku. Aku merasa gentar, mataku seolah menghindar apa yang membentuk dalam monitor tersebut.
"Bah, tampaknya kamu memiliki trauma besar dengan ini."
"Yah, tapi aku merasa ini tak separah di dunia nyata ku. Meski aku merasa sesak, tapi rasa kantuk yang biasa kudapat kan, kini tak ada. Aku tak tahu mengapa hal ini terjadi, alam bawah sadarku pun sadar akan keganjilan ini."
"Bah, jadi apakah kau ingin lanjut."
"Bukannya tak ada pilihan lain lagi kan."
"Bah, bagus-bagus,kalau begitu kita mulai dari tahap termudah dulu. Silahkan sebutkan dan tulis ulang apa yang ada di hadapanmu itu. Bukankah kau sudah sering mempelajarinya."
Aku menarik napas. Sejak aku memasuki kelas 3 SMP, aku merasa ingatanku telah hilang sebagian. Sejak saat itu juga aku sudah tak pernah melihat lama angka maupun simbol. Aku hanya sering mendengar saja akan angka-angka itu, itupun jika tubuhku bertahan untuk tidur, itu bukan hal normal lagi yang kurasakan waktu itu.
Tatapan orang-orang selalu memandangku dengan kasihan. Entah mengapa aku juga sudah sering bertanya alasan mereka menatapku begitu, tetapi setiap jawaban yang aku dengar selalu tak bisa aku ingat kembali, dan ketika aku menanyakan lagi tentang alasan mereka, mereka tak mau menjawabnya lagi. Mereka berkata, "lebih baik kau tak mengetahuinya."
Di dunia ini, meski tak ada orang yang akan memberitahukanku. Aku cukup mengingat kembali ingatanku yang hilang.
Aku menatap tajam monitor yang ada di hadapanku. Lagi-lagi aku merasa gentar, tetapi aku memaksa pandanganku untuk terus memperhatikannya. Yang di hadapanku hanyalah sebuah angka dari nol sampai sembilan. Meski angka, namun pikiranku yang mengamat objek tersebut seolah melihat jauh.
Itu hanyalah angka, tapi yang kulihat seolah ada gambaran-gambaran tak menyenangkan. Perasaanku seolah meluap-luap, air mataku mengucur begitu saja. Aku terengah-engah, tak bisa bernapas dengan baik.
"Aku tak ingin mengingatnya, aku tak ingin mengingatnya, aku tak ingin mengingatnya..."
Aku tak sadar kata-kata tersebut terucap dalam mulutku. Rintihanku bergemetar. Aku menutup kembali mataku, mengalihkan pandangan dari objek tersebut. Pikiranku kemana-mana.
Aku berusaha kembali fokus akan tujuanku. Ketika pikiranku sudah tenang, aku kembali melihat objek angka tersebut. Aku fokus dengan tatapanku yang tajam, tak sekalipun aku berkedip menatap angka-angka tersebut.
Aku masih tak tahu akan ingatan sama-samar yang menyakitkan itu. Yang perlu kuperhatikan hanyalah fokus dengan apa yang ada di hadapanku sekarang.
"Bah, apakah kamu sudah mengetahui angka-angka yang ada di hadapanmu,."
Aku mengangguk. Jelaa sekali, angka-angka tersebut sudah lama sekali aku tahu.
"Bah, kalau begitu, sekarang tulislah angka tersebut menggunakan jarimu."
"Jariku?"
"Bah, iya."
Sebuah monitor cahaya muncul lagi melintang datar di hadapanku. Monitor tersebut memiliki tampilan yang khusus untuk menulis di dalam bidang tersebut.
Aku pun kemudian menulis di atas bidang tersebut menggunakan jariku. Dadaku berdegup kencang dan tak kalah hebatnya dengan keringatku yang mengucur padahal angin malam ini sangatlah begitu sejuk.
0, 'nol;, aku Menulisnya dengan begitu lancar.
1, 'satu' , tulisan awal yang membayangkanku terhadap kulit yang ditekan.
2, 'dua'' aku terbayang akan warna merah. Caraku menulis semakin pelan.
3, 'tiga' , aku menggigit bibirku.
4, 'empat', aku menarik napas.
5, 'lima', aku menutup mata terbayang dengan wajah seseorang yang dekat denganku.
6, 'enam', aku seperti mendengar suara teriakan.
7, 'tujuh', aku bergemetar dengan hebat. Terdiam begitu lama.
"Bah, apakah kamu masih bisa melanjutkannya."
Aku menoleh kepada penguji tersebut. Wajahku pastinya sudah begitu pucat. Aku menggeleng-gelengkan kepala dengan air mata yang masih terus mengucur di wajahku.
"Bah, apa kamu masih ingat dengan konsekuensi jika kamu gagal."
Mataku melotot panik. Aku kembali menatap angka-angka yang ada di hadapanku. Beberapa kali aku melihat monitor tempatku menulis. Berlinang air mata menembus monitor tersebut.
"Bah, jika kamu tak ingin terus-terusan merasa sakit, lebih baik kau segera menghadapinya."
Aku memiliki penyesalan dan rasa tak berdaya. Aku memiliki seorang teman dan dia takkan pernah bisa aku temui lagi karena aku yang meninggalkannya.
8, 'delapan', aku mulai bisa menenangkan diri.
9, 'sembilan', tiba-tiba aku berteriak kencang. Aku mengingat wajah yang paling aku benci sekaligus aku memiliki ketakutan besar terhadap wajah tersebut.
Aku terjatuh, terduduk dan menggeliat mundur berusaha menjauhi monitor yang menampilkan objek angka di hadapanku meski usaha itu sia-sia karena monitor tersebut tetap menyesuaikan tampilan pandangan di penglihatanku.
"Bah, tampaknya hari ini kita cukup sampai di sini saja."
Penguji tersebut menatapku lamat-lamat. Dia menghela napasnya.
"Sampai jumpa, kita bertemu lagi besok."
Penguji tersebut meninggalkanku, yang mana aku masih dalam kondisi tidak sadarkan diri, aku hanya terus menggeliat ketakutan dan berteriak histeris.
Ingatan samar-samar terus membayangi. Aku tak bisa menghilangkan ingatan ini, ya aku sudah bertekad untuk menghadapi rasa sakit tersebut. Aku merintih dal kondisi akhir dimana sebelum aku tertidur aku berkata dengan rasa yang teramat sakit dalam hati "Aku tak bisa mengingatnya."
****
"Simbol. Sekarang apa yang kamu ketahui dengan simbol-simbol tersebut."
mataku kosong, memperhatikan apa yang ada di hadapanku. Aku pun menjelaskan dengan asal dan sebatas pengetahuan yang telah aku ingat kembali.
"➕, 'tambah', apa yang diberikan akan semakin banyak. Seperti kamu punya satu apel, lalu aku beri kamu satu apel lagi maka kamu punya dua apel. 1 + 1 \= 2.
"➖, 'kurang', apa yang diberikan akan semakin sedikit. Contohnya dua apel yang kamu punya tadi kamu kembalikan satu apel ke aku, maka sisa apel yang kamu punya sisa satu. 2 - 1 \= 1.
"✖️, 'kali', seperti halnya kita melipatgandakan sesuatu. Mungkin seperti menghitung keseluruhan baris dengan kolom .... Huh. Aku kurang pandai menjelaskannya bagaimana, yang jelas contohnya 2 x 3 itu sama aja kayak 2 + 2 + 2 atau 3 + 3, yang mana hasilnya sama-sama 6."
"➗, 'bagi', hmmmm, 6 / 2 \= 3, artinya berapa jumlah angka yang diberikan agar sama rata. Seperti ada enam apel di depan kita, biar aku sama kamu ini adil mau ambil apel tersebut maka aku sama kamu sama-sama punya tiga apel. "
Sulit untuk dijelaskan agar orang lain dapat memahaminya dengan mudah.
" Bah, ya yang penting kamu sudah paham. Sampai di sini aku juga yakin kamu bisa menghadapi masalahmu sendiri ke depannya. Baiklah, aku anggap kamu sudah lulus di pengujian ini. Aku takkan berkomentar banyak lagi.
"Sekarang perhatikan monitor yang ada di hadapanmu. Monitor atau layar yang mengambang di hadapanmu itu bisa kamu hilangkan dan bisa kamu lihat kembali dengan menyebutkan kata-kata kunci tertentu. Seperti kata 'status' coba kamu sebut."
"Status."
"Tampilan monitor yang ada di hadapanku terganti."
"Status, akan menampilkan stat-stat yang kamu miliki."
"Stat?"
"Stat, statistik keseluruhan dari keadaanmu, baik fisik maupun mental. Statistik yang terbaca diantaranya ialah Strength, kekuatan atau tenaga fisik kamu.
"Agility, kelincahan atau kecepatan bergerak. Intelligence, kecerdasan atau seberapa cepat kamu memahami sesuatu. Vitality, ketahanan. Dan, Dexterity, ketangkasan atau refleks kamu dengan keadaan sekitar."
Yah, layaknya seorang pemandu. Penguji ini memberitahukan segala fitur yang nanti aku miliki. Mirip sekali dengan game dengan tema petualangan maupun pertarungan. Hahaha, benar-banar seperti survival yang nanti akan aku jalani.
" Satu lagi yang perlu kamu perhatikan. Kekuatanmu itu berlandaskan dari apa yang kamu inginkan. Ia akan menyokong perkembanganmu. Karena keinginan kamu di dalam dunia ini lebih banyak berharap untuk mendapatkan ingatanmu, maka kekuatan yang kamu peroleh adalah matematika, faktor utama yang ada dalam masalahmu."
"Close!"
Tak ada lagi layar monitor yang menghalangi pandanganku.
"Bah, kalau begitu selamat berjuang. Semoga kamu bisa mendapatkan apa yang kamu inginkan."
Aku terus saja diam menyimak kata demi kata dari penguji tersebut. Hingga pada akhirnya penguji tersebut melambaikan tangannya padaku. Penglihatanku menjadi pudar. Aku tak pusing, namun semuanya menjadi gelap. Aku menutup mata dan seketika pandanganku sudah berada di tempat yang lain.
Tempat yang begitu gelap, derisan daun yang begitu berisik, suara-suara hewan kecil ikut bergabung. Yah suara yang tidak asing, mungkin itu jangkrik, belalang, dan kodok.
"Huh, kenapa ya, aku berpindah selalu di malam hari."
...Dukung terus yah dengan...
...Like, Vote, dan rate bintang limanya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
kick.
suka banget
2022-04-22
0
Pemuda Pancasila
Bjir gua kira bakal KALIBATAKU
2022-02-16
1
Mommy Gyo
3 like hadir thor mampir di karyaku cantik tapi berbahaya
2021-09-02
0