Kami memutuskan untuk pergi dari kota Flamesea. Namun ketika kami akan berangkat, tiba - tiba aku mengingat sesuatu yang penting. Ada beberapa keganjalan dari surat itu, tanggal dari surat tersebut ternyata sudah lawas.
Tertera dengan tulisan buram, tanggal 13 Maret. Dan, sekarang adalah tanggal 27 Maret. Seharusnya surat tersebut sampai padaku dua hari setelah pengiriman.
Pasti ada sesuatu ... pembawa suratnya! Aku harus bertanya kepadanya. Namun, siapa pembawa suratnya? Sial, aku tidak tahu. Atau aku tanya saja pada burung merpati putih itu. Hahaha, dasar aku baru ingat yang membawa surat ini adalah seekor burung merpati.
"kamu gila?" tanya Raisa yang terheran-heran dengan ekspresi mukanya jijik melihatku.
"Gak, aku gak gila. Aku tadi Cuma ketawa sendiri." Pastinya aku membela diriku sendiri, siapa yang ingin dikatakan gila.
"Justru karena kamu ketawa sendiri Raisa bilang kamu gila, gimana sih. Emang kamu ketawa karena apa?!" seperti biasa dia gak tanggung-tanggung. Nada suaranya bertambah tinggi.
"Aah, ok ok. Jadi gini Sa, aku teringat sama surat dari Dinata terus ada yang ganjal sama tanggalnya yang beda jauh sampainya ke aku. Terus aku pikir sebaiknya aku nanya aja sama nih pembawa surat. Eh, akunya baru ingat ternyata pembawa suratnya seekor burung merpati hahaha," seru aku menjelaskannya kepada Raisa.
"Haha, lucu?" tanya Raisa dengan nada yang sedikit mencekam.
Aku yang tadinya ngakak pegang perut kini setelah mendengarnya Cuma bisa berkata "asem" Sambil mematung.
"Sini suratnya, Raisa mau lihat,"
Masih mematung.
"Woi dengar gak,"
Masih mematung.
"Nih orang!!" geram Raisa hingga menginjak kakiku.
"Wadidauuw, sakit tau. Napa sih!" Aku terkejut, meloncat kecil sambil memegangi kakiku yang sakit.
"Sini!" Raisa mengulurkan tangannya. Karena itu, aku pun yang masih Ling lung langsung meresponya juga dengan mengulurkan tangan dan memegang tangan Raisa seperti orang yang berjabat tangan. Seketika itu, aku mendapatkan bonus injakan baru.
"Suraaat, susah amat sih," geram Raisa dengan suaranya yang begitu berat bahkan tangannya saja mengepal kesal serasa ingin nonjok orang.
"Nih, Tuan putri Galak,"
Buagh, oh inikah yang namanya "Jangan bangunkan macan yang sedang tertidur". Sakitnya, aku dapat tendangan maut tepat di daerah vitalku. Oh tidak, harapanku untuk memiliki anak di masa depan nanti sepertinya akan lenyap. Aaakh, punyaku sakit sampai ke perut-perut.
Damage nya gila HP[1] ku yang tadinya 305 kini menjadi 155. Sepertinya aku gak mau macam-macam lagi.
"ooh, jadi ini yang kamu tanyakan tadi—tentang tanggal—Shi, coba kamu perhatikan baik-baik apa yang ditulis di surat ini." Raisa menunjuk isi dari surat itu.
"Hmm, cuma surat biasa tuh."
"Bego, liat yang benar. Nih, pada bagian terakhir surat itu mengatakan 'kita akan membahas sesuatu.' Kamu tau itu artinya apa?"
"Ooh, itu artinya surat ini seharusnya datang lebih cepat kepadaku. Dan si burung merpati pasti ada seseorang yang membuat si burung merpati datang lebih cepat kepadaku. Dan juga ini mungkin sangat penting karena ada yang akan di bahas," Jawab aku.
"Benar, tapi itu hanya lima puluh persennya. Lima puluh persennya lagi berarti dari surat ini Dinata yang kamu katakan itu akan membahas sesuatu. Jika dia orang pintar pasti dia akan membuat salinan dari hasil pembahasan tersebut dan mungkin saja dia juga membuat sebuah petunjuk tentang kejadian ini. Karena kamu tidak datang Raisa yakin dia pasti akan membuatnya apalagi dia sangat mempercayaimu," ujar Raisa dengan penuh keyakinan.
"Dia mempercayaiku?" gumamku
"Iya, aku tahu dia mempercayaimu setelah membaca surat ini. Sekarang, pokoknya kita harus cari dimana dia menyimpan petunjuk itu!" Raisa terlihat bersemangat.
Pastinya aku juga ikut bersemangat karena rasa penasaran apakah benar ada petunjuk atau tidak. Tahu akan hal itu aku melihat sekeliling ruangan ini. Sebuah ruangan bawah tanah yang agak terang karena cahaya dari luar pintu ruangan ini.
Hiasan dari ruangan ini hanyalah sebuah kotak yang berukuran 30 × 20 × 10. Ukuran ini berdasarkan rumus dari mengukur sebuah balok yaitu Panjang × lebar × tinggi.
Ah dasar, bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini aku malah belajar. Selain dari kotak itu ruangan ini sungguh benar-benar kosong.
"Raisa sepertinya punya petunjuk. Coba kamu lihat kotak kayu yang tadi Raisa duduki itu."
"Kotak ini? Ayo kita coba buka." Kami mulai membuka kotak tersebut.
Kosong. Kotak ini kosong.
"Sepertinya, Dia tidak meninggalkan petunjuk," Ucapku yang mulai pesimis.
"Shi, bisa kamu angkat kotak ini," kata Raisa sambil memperhatikan kotak balok ini dengan sangat teliti layaknya seperti seseorang yang kehilangan duitnya. Alisnya mengkerut.
Aku kemudian mengangkat kotak ini. Sepertinya dugaan Raisa benar di bawah kotak ini ada beberapa lembaran kertas yang masih utuh. kertas ini pasti sebuah petunjuk.
Raisa mulai membuka lembaran kertas tersebut.
...➕➖✖️➗...
Pada lembaran pertama tertulis.
15-03. Beberapa pengawas dari para master hari ini berkumpul untuk membahas perencanaan selanjutnya.
Rencana pertama: menyebarkan para master untuk membersihkan segala hal yang berkaitan tentang para pengkhianat di guild lain.
(Selesai)
Rencana kedua: para master akan mengajarkan tentang sihir dan juga cara bertarung di luar dari Jayakarsa.
Rencana ketiga: Mengumpulkan anak yang berbakat ke kota pusat, Jayakarsa.
Tujuan: mempertahankan ras Human, memperkuat ras Human, mengalahkan kekuasaan Smuto (Wilayah netral) "
Lembaran kedua
16-03. Hasil perundingan ditetapkan, untuk rencana kedua yaitu memanggil para master pada tanggal 1 April untuk menjalankan rencana kedua. Sekaligus bekerja sama dengan Alice.
'Lembaran terakhir. Lembaran ini terlihat lebih baru daripada lembaran yang lain masih terlihat putih bersih dibandingkan yang lainnya sudah berwarna kuning akibat debu. Lembaran yang paling dalam ini bertuliskan'
26-03. Gerombolan goblin datang menyerang dan menjarah kota ini. Kota ini sudah di ambang batas untuk melarikan diri pun sudah tidak bisa. Mereka sudah memblok seluruh jalan untuk keluar dari kota ini. Para warga menyuruh aku untuk bersembunyi di ruang bawah tanah tapi sayang mereka mengetahuinya.
Ini adalah tugas terakhirku. Kepada siapa saja yang menemukan kertas ini tolong berikan kertas ini kepada Opin yang kini berada di kota Boas.
Mereka akan memulainya.
...➕➖✖️➗...
"Apa-apaan ini, katanya mempercayaiku. Apanya yang percaya jika ini semua saja aku tak tahu," kesalku sembari sedikit menatap keras lembaran kertas yang berada di tangan Raisa.
"Belum saatnya. Mungkin dia berpikir belum saatnya," jawab Raisa yang terlihat seolah berpikir secara rasional, ia memegang dagunya dengan salah satu tangannya kemudian mengangguk kecil saat menatapku.
"Oke, biarkanlah." Aku mulai membaca ulang dan mengamati isi lembaran kertas di tangan Raisa.
Setelah membaca semua lembaran kertas ini. Aku berpikir untuk menjadi lebih kuat, lebih kuat dari sebelumnya.
Maka dari itu aku harus berusaha. Bagaimana pun caranya aku harus menjadi kuat. Berlatih, jika aku sendiri pasti akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Hingga aku pun berpikir jika bersama dengan Raisa dan berlatih dengannya mungkin saja aku dapat berkembang lebih cepat.
Selesai berpikir, aku memantapkan diriku untuk meminta pertolongan kepada Raisa. Rasa malu kubuang sejauh mungkin, perkataan harus tegas tetapi sopan. "Sa, sepertinya aku akan serius untuk mengalahkan orang yang menguasai wilayah Utopia. Maka dari itu kumohon bantulah aku untuk menjadi kuat."
Raisa menatap mataku dengan serius, ia tampak ingin melihat akan kesungguhanku ini. "Kamu ... Baiklah. Melihat matamu yang seperti itu, Raisa tak dapat menolaknya. Tapi ingat, kamu tak boleh mati dari tantangan ini. Jika kamu mati maka ini semua akan berakhir."
Sebuah lontaran jawaban yang tak pernah aku duga masuk ke dalam telinga dengan jelas. sebenarnya aku tak percaya akan apa yang Raisa katakan ini. Dia seorang Raisa benar-benar menerimanya. Dengan perasaan lega, aku berjanji pada diriku sendiri 'aku harus kuat demi orang yang ada di sekitarku'.
Jiwa semangatku keluar bergojolak menjadikan seluruh organ tubuhku bekerja dengan cepat. Lembaran kertas kembali kuperhatikan dan membuat suatu kesimpulan dengan gesitnya.
Organisasi yang pak Dinata buat memiliki tujuan untuk menghancurkan kekuasaan Utopia. Jelas dalam organisasi ini mempersatukan para master yang merupakan seseorang yang memiliki ilmu tentang sihir maupun seni berpedang dan teknik bertarung lainnya. Tidak hanya itu, para master ini pastilah orang-orang yang telah belajar di kota Jayakarsa.
Aku mengatakan hal tersebut karena pada rencana kedua, di situ tertulis bahwa para master akan mengajarkan tentang sihir dan juga cara bertarung di luar Jayakarsa. Itu artinya kota Jayakarsa memiliki sebuah tempat yang sudah lama dibangun untuk belajar tentang sihir, seni pedang, dan lainnya. Apalagi kota Jayakarsa ini adalah pusat dari wilayah Dystopia.
Orang-orang yang telah lulus inilah yang mungkin disebut para master. Dan para master ini juga yang akan disebarkan ke berbagai tempat wilayah Dystopia dengan tujuan untuk mencari orang-orang yang berbakat dan memiliki potensi untuk menjatuhkan kekuasaan wilayah Utopia.
Terus pada lembar kedua dikatakan rencana kedua akan dilaksanakan pada tanggal 1 April. Yang menarik perhatianku di sini ialah pada bagian akhir yaitu bekerja sama dengan Alice.
Seperti kata Raisa sebelumnya, Alice adalah seorang mage yang juga ikut bertempur mempertahankan kekuasaan Dystopia. Bahkan dulu Alice ini adalah salah satu orang yang dapat memojokkan kekuasaan Utopia.
Setelah pertempuran berakhir entah mengapa orang yang dapat memojokkan kekuasaan Utopia ini menghilang dan tak diketahui di mana keberadaannya. Namun dalam kertas ini tertulis bahwa organisasi ini akan bekerja sama dengan Alice. itu berarti Dinata mengetahui keberadaan Alice.
Dan terakhir adalah lembaran tentang masa akhir kota Flamesea. Kota ini ternyata bukan hanya di serang oleh gerombolan naga tetapi kota ini juga di serang oleh gerombolan goblin. Para goblin menyerang dari darat berupaya untuk menghalangi jalan keluar kota Flamesea dan sepertinya bukan hanya goblin saja yang menghalangi kota Flamesea, tetapi para Ogre juga pasti menghadang jalan keluar kota Flamesea.
Para goblin yang berada di dalam kota Flamesea ini juga menggiring para warga ke tengah-tengah kota serta membunuhnya , setelah semuanya selesai para goblin pun mundur, yang kemudian serangan akhir pun dimulai yaitu memusnahkan kota Flamesea dengan mengirim gerombolan naga.
Sepertinya hanya itu saja. Eh, tidak, apa ini? Guild? Apa mereka ingin membuat sebuah guild? Sepertinya pak Dinata pernah menceritakan tentang organisasi yang menyerang kota Flamesea. Apakah guild sama seperti organisasi? ataukah semakin lama aku berada di dunia ini bahasa aneh juga makin bertambah?
...➕➖✖️➗...
-Kota Boas-
3 hari telah berlalu, dengan pengalaman dan arah jalan yang telah kami kuasai. kini kami telah berada di kota Boas dengan tujuan untuk mencari pak Opin.
"Jadi, ini kota Boas yang kamu maksud itu?" sepertinya Raisa sedikit takjub dengan kota ini, terlihat dari matanya yang tampak bersinar memandangi satu persatu bangunan.
"Iya. Baru tau toh, kukira kamu dah lama di sini. Nyatanya tempat ini saja kamu 'dah seperti orang kelaparan yang baru liat makanan."
"Bacot. Sudahlah ayo cepat cari di mana orang yang dimaksud pak Opin itu"
"Oke oke. Gak usah gampang ngambek ngapa."
"Raisa nanya di mana pak Opin! Jangan buang-buang waktu sama omongan gak jelas deh," kesal Raisa berjalan cepat dengan langkah kecil mendahuluiku. Lo lo loh, padahal ia 'kan tak menguasai jalan kota ini?
"Raisa! Mau kemana kamu! Iya deh aku gak bakal bacot lagi. Jadi, sekarang biarkan aku yang memimpin, oke. Lagian 'kan aku yang tahu di mana pak Opin," teriakku mencegah Raisa menghilang di tengah kota.
"Gitu dong dari tadi," ucap Raisa menghentikan langkahnya.
Cih, dasar ngambekkan susah di ajak ngobrol pula. Aku kesal dengan Raisa, tapi aku juga tak membenci dirinya.
Segera aku pun memimpin jalan menuju ke tempat pak Opin yang berada di kediaman wali kota, rumah pak Opin itu sendiri.
...-Kota Boas, kediaman pak Opin-...
Tok tok tok.
"Pak Opin!" panggil aku di depan rumahnya. Ya, rumah yang tampak biasa tetapi berkelas dari yang lainnya di kota boas ini. Di sekitar halamannya dihiasi oleh bunga mawar merah yang saat ini sedang bermekaran dengan indahnya dimataku.
"Hahaha, aku jadi duta sa**o lain ...."
"Jadi kamu pak Opin yah. Perkenalkan saya Raisa yang saat ini adalah rekan dari Dayshi. Langsung saja ... Shi berikan kertasnya."
Tanpa basa-basi saja, si Raisa ini memotong pembicaraan pak Opin sembari menagih surat yang ada di tanganku.
Aku jengkel melihat tindakan tersebut dan lantas aku menegurnya.
"Kamu nih ya. Coba tunjukin sopan santunmu dikit lah. Gini-gini dia juga kepala daerah di sini." Alisku kurasakan berkedut kesal sembari suaraku berbisik-bisik ke telinga Raisa.
Raisa mengernyit. "Hah! Tampang seperti om om mesum gini 'dah keliatan banget banyak omong kosongnya. Malas tau dengarinnya."
"Raisa ...." Aku benar-benar dibuat gemas dengan dirinya.
"A, ah, sudah lah jangan bertengkar," ucap pak Opin melerai pertangkaran adu mulut kami. Walaupun aku merasa dari raut muka pak Opin jelas yang mengatakan "perempuan ini akan sulit dihadapi".
"Cepat berikan DA-I-SYIII," geram Raisa, bahkan namaku pun sudah tak diperhatikan abjad kesaharusannya.
"Iya-iya, gak sabaran banget sih." Aku memberikan lembaran kertas ini kepada Pak Opin.
"Loh?!" Pak Opin tampak kaget ketika melihat lembaran kertas tersebut yang masih berada di tanganku.
"Kalian, bagaimana bisa ...."
...➕➖✖️➗...
Sekedar Informasi
HP, Health Poin atau nyawa dalam kehidupan di dunia ini apabila HP mencapai nol maka Aku akan mati.
Smuto. Wilayah netral yang dikuasai oleh si Raja Gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
『Minecraft』
gw lupa chapter terakhir yg gw baca :(
2022-07-12
0
Ashidart
2053
2021-01-26
0
Imaginator2d
Halo kak
author too beautiful for the alpha sudah mampir dengan membawa like dan rate 5💕💕
Salam hangat🤗
2020-12-10
1