Hari Minggu Sore
"Pakai gaun dan juga semua yang aku berikan, aku jemput pukul 6 nanti."
Nara tersenyum usai membaca pesan yang Zayn dikimkan padanya, ia menatap ke arah beberapa paper bag besar yang baru saja ia terima.
"Apa isinya ya?" gumam Nara penasaran.
Nara mengambil salah satu paper bag yang terbesar dari yang lainnya, apa isinya sampai paper bagnya sebesar ini pikir Nara.
"Kotak?" tanya Nara.
Nara membuka kotak tersebut dan langsung takjub saat melihat sebuah gaun berwarna putih selutut yang terlihat begitu cantik dan juga elegan.
Nara terus menatap takjub gaun tersebut, seumur hidupnya baru kali ini ia mendapatkan hadiah sebuah gaun seperti ini.
"Pasti harganya sangat mahal." gumam Nara.
"Apa aku pantas memakainya?" gumamnya lagi.
Nara meletakkan baju tersebut diatas kasur miliknya, beralih mengambil paper bag yang lain dan membukanya.
"Kotak juga."
Nara membukanya dan matanya langsung berbinar melihat sebuah high heels cantik di depan matanya.
"Tapi aku tidak pernah memakai high hells, bagaimana ini?" gumam Nara.
"Ah apa isi dari paper bag ini?" tanya Nara.
Nara membuka paper bag yang lain, di dalamnya ada kotak lagi seperti yang lainnya dan jelas merupakan barang bermerk.
"Tas? wow.. sudah lama aku menginginkannya namun aku tak menyangka bisa memakai yang asli." ucap Nara takjub.
Nara beralih menatap ke arah paper bag yang satunya lagi, kali ini ukurannya jauh lebih kecil dibandingkan dengan paper bag yang lainnya.
"Ah.. perhiasan." gumam Nara tak enak hati saat melihat kotak beludru.
Jika itu kotak beludru maka bisa dipastikan itu adalah perhiasan, tidak mungkin Nara salah. Dan saat dibukanya betapa terkejutnya Nara melihat satu set perhiasan mewah.
Dan paper bag terakhir, ah banyak sekali pemberian dari Zayn.
"Hah, astaga ini makeup dari brand ternama!" pekik Nara kaget.
Tiba-tiba saja Nara merasa tak enak hati, ia merasa bahwa dirinya tidak pantas untuk memakai semua yang Zayn berikan kepadanya.
Nara mengambil ponselnya dan menghubungi Zayn. Hingga dering ke empat, Zayn mengangkat teleponnya.
"Ada apa?" tanya Zayn.
"Dokter.. aku merasa tidak enak." ucap Nara.
Zayn mengernyitkan dahinya, "Tidak enak bagaimana maksudmu?"
Zayn yang tengah konsultasi bersama dengan salah satu pasiennya terpaksa harus meminta izin berbicara dengan Nara.
"Maksudku, pemberianmu ini dokter... semuanya adalah barang-barang mahal yang jika aku bekerja seumur hidup pun aku tidak akan mampu membelinya jadi bagaimana bisa aku memakainya?" tanya Nara.
Terdengae diujung sana Zayn menghela nafasnya sendiri, "Aku memberikannya bukan cuma-cuma, kau harus membantuku dengan baik setimpal dengan apa yang aku berikan kepadamu. Jadi pakai itu dan tunggu telepon dariku."
"Tapi dokter.."
"Aku tidak butuh alasan Nara, aku sedang ada pasien jadi lebih baik kau gunakan waktumu sekarang untuk berias karena aku akan kesana sebentar lagi, mengerti?" ucap Zayn.
Nara menganggukkan kepalanya, "Ya dokter, aku mengerti.. aku akan memakainya dan membantumu dengan sangat baik." ucap Nara.
"Bagus kalau begitu, aku tutup." ucap Zayn dan langsung menutup teleponnya.
Nara menghela nafasnya pelan, di tatapnya semua barang-barang pemberian dari Zayn tersebut.
"Kalian terlalu berharga untuk kupakai, tapi jika tidak kupakai sayang sekali.."
"Zayn juga memintaku untuk membantunya, apalagi dia mengancam aku tidak akan lulus magang jika tidak mau.." ucap Nara sedih.
"Baiklah, tolong kalian bantu aku ya.. hah, aku harus mandi terlebih dahulu dan mencuci rambutku agar wangi." ucap Nara.
Nara langsung bersiap-siap dengan cepat, selesai mandi ia langsung mengeringkan rambutnya dan merias wajahnya dengan makeup yang Zayn berikan.
Polesan makeup yang naturan dan tidak terlalu mencolok begitu cocok di wajahnya yang cantik dan juga bersih. Nara menyisir rambutnya dan menggerainya sehingga rambut panjangnya itu terlihat sangat cantik.
Nara menatap ke arah pakaian dan barang lainnya, ia memakainya satu per satu, menggunakan parfum dan perhiasan dari Zayn juga untuk sentuhan terakhirnya.
"Wah.. aku jadi sangat cantik hanya dengan menggunakan ini." gumam Nara takjub dengan dirinya sendiri.
Namun satu kekhawatiran Nara, ia melirik ke arah high hells yang Zayn berikan kepadanya.
Ragu-ragu Nara memakainya dikakinya, "Pas sekali di kakiku.. bagaimana dia tau nomor sepatuku?" gumam Nara.
"Tapi bagaimana cara aku berjalan dengan hells setinggi ini?" gumam Nara.
Nara mencoba untuk berjalan sembari berpegangan pada dinding kamarnya, perlahan ia berlatih melangkah perlahan-lahan sendirian.
"Lebih susah dari dugaanku." gumam Nara meringis.
Namun Nara terus mencoba, ia tidak ingin membuat Zayn malu karena dirinya tidak bisa memakai hells tinggi.
Hampir 15 menit Nara mencoba, dirinya mulai bisa memakai hells tersebut dan terbiasa. Ia mencoba untuk berjalan tanpa berpegangan dengan dinding kamarnya.
"Ah aku bisa! aku bisa!" pekiknya senang.
Tiba-tiba saja ponsel miliknya berdering, Nara langsung mengambil ponselnya dan ternyata Zayn yang menghubunginya.
"Cepat keluar, aku sudah sampai di depan."
Nara menatap aneh kearah ponselnya, ia belum mengatakan apapun Zayn langsung berbicara saat telepon terhubung dan langsung mematikannya begitu saja.
"Dasar dokter kasar, ah aku harus cepat." ucap Nara.
Ia langsung mengambil tasnya dan berjalan keluar, dengan hati-hati ia melangkahkan kakinya takut jika ia terjatuh dan merusak semua barang pemberian Zayn.
Zayn membuka kaca mobilnya, "Hei, jalan yang cepat! kenapa lama sekali!" ucapnya tak sabar.
"Tidak bisa bersabar sedikit apa, aku juga kesulitan melangkahkan kakiku." gumam Nara kesal.
Nara berdiri di samping mobil Zayn, ia tersenyum manis dan membungkukkan badannya memberi hormat kepada atasannya itu.
Zayn menatap Nara tak percaya, menatapnya dari ujung kepala hingga ke ujung kaki. Bahkan Zayn tak berkedip untuk memastikan yang ada didepannya benar adalah Nara.
"Astaga, bagaimana bisa dia berubah menjadi secantik ini?" batinnya.
"Dokter Zayn? kau diam saja, ada apa?" tanya Nara.
Zayn langsung memalingkan wajahnya ke depan, "Kau! aku lelah menunggumu disini. Kenapa lama sekali jalannya?"
Nara menunduk meminta maaf, "Maafkan aku dokter, aku belum pernah memakai sepatu seperti ini sebelumnya jadi sulit untukku berjalan." ucap Nara.
Zayn menghela nafasnya, "Hah, kau memang benar-benar... sudahlah, kita sudah terlambat." ucap Zayn.
"Maafkan aku dokter, maafkan aku."
Zayn mengambil semprotan disinfektan yang ia bawa didalam mobilnya dan memberikannya kepada Nara.
"Semprotkan ini ke seluruh tubuhmu, aku tidak ingin ada kuman dan bakteri yang masuk ke dalam mobilku." ucap Zayn.
Nara menganggukkan kepalanya, mengambilnya dan menyemprot dirinya sendiri dengan disinfektan. Biarlah orang disekelilingnya menatap aneh dirinya daripada ia dikuliti hidup-hidup oleh Zayn si dokter kasar.
"Sudah dokter, aku sudah bersih dari kuman dan bakteri penyebab penyakit." ucap Nara.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mardiana
Nara kerjain aja zayannyaaa ...😊
2023-04-02
0
siti fauziah
gila harus pake disenfektan terus
2021-07-10
0