Zayn tersenyum saat memikirkannya. Kini masalahnya akan selesai dengan mudah.
"Aku akan meminta Nara untuk membantuku setelah ini." gumam Zayn sambil tertawa keras.
Perawat Aeri yang tengah duduk diluar ruangan ikut tersentak kaget saat mendengar Zayn tertawa sendiri.
"Apa itu? apa dokter Zayn mengidap penyakit lain?" gumamnya ketakutan.
Di tempat lain, Nara tengah membersihkan jendela setelah ia baru saja menyelesaikan tugasnya untuk mengepel lantai.
"Ah benar-benar tidak berperasaan. Aku bahkan belum menikmati makan siangku dan harus segera membersihkan debu di jendela sialan ini."
Nara berdecak kesal, jika bukan karena membutuhkan uang untuk tetap bertahan hidup maka Nara tidak akan mau melakukan pekerjaan seperti ini yang begitu berat untuk dirinya.
Pinggang dan tangannya serasa ingin copot dan tulangnya terasa remuk saat ini, entahlah besok Nara akan sanggup untuk kembali bekerja atau tidak.
"Semangat Nara! bu Asih sudah bilangkan kalau aku menyelesaikan ini maka aku bisa langsung pulang ke rumah dan tidur." ucapnya.
Nara menjadi semangat lagi setelah mengingat empuk dan juga betapa nyamannya kasurnya dan betapa damainya ia di kamar kostan yang baru.
"Kenapa aku tidak pindah ke kostan yang ini saja dulu? ibu kosnya sangat baik." gumam Nara menyesal.
Hah, ia menghela nafas kasar saat mengingat bagaimana kejamnya ibu pemilik kostannya yang dulu, dan bagaimana sulitnya Nara untuk membayar uang kost.
***
Satu jam berlalu, Nara menyeka keringatnya saat dirinya sudah selesai membersihkan jendelanya.
Tak lama kemudian bu Asih datang menghampiri Nara dengan wajah sedikit khawatir.
"Nara, cepat.." ucap bu Asih.
Nara mengernyitkan dahinya, "Ada apa bu?"
"Dokter Zayn memanggilmu, dia bilang ini keadaan darurat jadi kau harus segera kesana." ucap bu Asih.
Nara langsung membelalakkan matanya, jantungnya langsung berdegup kencang saat mendengar kata 'darurat' dan harus segera menemui dokter Zayn.
"Saya harus menemui dokter Zayn dimana bu?" tanya Nara.
"Ruang prakteknya, ruang prakternya ada disana.." ucap bu Asih sembari menunjuk ke arah jam 9.
"Ah.. baik bu, saya akan segera kesana." ucap Nara.
"Ya, sana cepat. Peralatannya biar ibu saja yang membawanya." ucap bu Asih.
Nara menganggukkan kepalanya dan langsung berjalan ke arah yang ditunjukkan oleh bu Asih.
Aeri yang melihat seorang petugas kebersihan berjalan ke arahnya langsung berdiri dan berlari menghampirinya.
Tadi Zayn sudah mengatakan kepadanya untuk membawa masuk gadis bernama Nara yang merupakan petugas kebersihan di rumah sakit ini.
"Kau Nara bukan?" tanya Aeri.
Nara mengerjapkan matanya dan langsung tersenyum, "Ah kau perawat kemarin kan?" tanya Nara.
Aeri menganggukkan kepalanya, "Benar sekali, ini aku. Namaku Aeri dan aku merupakan perawat yang bekerja langsung untuk dokter Zayn."
"Ah kau bekerja dengannya.." gumam Nara.
"Kau pandai memilih perawat yang cantik ya dokter kasar.." batin Nara.
"Ayo masuk, dokter Zayn sudah menunggumu di dalam." ucap Aeri.
Nara menganggukkan kepalanya, mereka berjalan bersamaan ke arah ruangan Zayn. Ketika sampai di depan ruangan Zayn, Aeri menghentikan langkah Nara
"Sebentar." ucapnya.
Nara diam memperhatikan apa yang akan Aeri lakukan dan ia langsung menghela nafasnya saat melihat Aeri mengeluarkan semprotan yang Nara yakin adalah cairan disinfektan.
"Kau akan menyemprotku juga?" tanya Nara.
Aeri tersenyum manis, "Aku harus melakukannya atau dokter Zayn akan memecatku." ucapnya.
Nara menghela nafas pasrah, menutup hidungnya sendiri dan Aeri langsung menyemproti Nara dengan cairan disinfektan serta menyeka keringat yang masih ada dikulit Nara.
"Sudah, kau bisa masuk sekarang." ucap Aeri.
"Hah.. hah.. aku hampir kehabisan nafas." ucap Nara.
Aeri tersenyum manis melihatnya, Nara sepertinya orang yang lucu pikirnya.
"Silahkan, dokter Zayn menunggumu." ucap Aeri kemudian membuka pintu ruangan Zayn.
"Dokter, Nara sudah disini." ucap Aeri.
"Suruh dia masuk."
Nara langsung masuk ke dalam ruangan Zayn dengan nyali yang menciut saat dilihatnya lelaki itu menatapnya dengan tatapan tajam dan mengintimidasi.
"Ck, seperti selebriti saja. Kenapa kau lama sekali?" tanya Zayn.
"Maaf dokter, aku tadi masih ada pekerjaan." jawab Nara, ia memilih berdiri jauh dari Zayn.
"Kenapa kau berdiri jauh sekali? Aeri sudah mensterilkan dirimu kan?" tanya Zayn.
Nara membelalakkan matanya, "Dia pikir aku ikan kalengan harus di sterilkan." gumam Nara kesal.
"Kalau ingin mengeluh, bicara dengan suara pelan."
"Tidak dokter, maafkan saya." ucap Nara sembari menundukkan kepalanya.
Zayn menggerakkan jarinya mengisyaratkan Nara untuk mendekat ke arahnya. Nara langsung berjalan perlahan mendekat.
"Diam disitu." ucap Zayn.
Nara langsung berhenti, "Dokter, apa kau tidak akan menyuruhku duduk?" tanya Nara.
Zayn berdecak kesal dan mendorong sebuah sofa ke arah Nara.
"Duduk disitu." ucap Zayn.
Nara duduk di sofa kemudian menatap Zayn takut-takut apalagi pria itu menatapnya seperti ingin menguliti dirinya hidup-hidup.
"Dokter.. kau membuatku takut.. apa aku melakukan kesalahan padamu?" tanya Nara.
Zayn hanya diam, ia terlihat sibuk dengan pemikirannya sendiri membuat Nara menerka-nerka apa yang ia lakukan hingga membuat Zayn marah.
"Ah, apa kau ingin bertanya soal steak kemarin dokter? ah.. hahaha steaknya sangat enak, aku sangat berterima kasih padamu karena kebaikanmu itu aku bisa mencicipi bagaimana enaknya steak mahal." ucap Nara sembari tertawa.
Namun tak lama tawanya kembali pudar saat Zayn melototinya dengan seram.
"Dokter..."
"Kau! apa kau punya kekasih?" tanya Zayn tiba-tiba.
Nara tersentak mendengarnya, "Hah? kau bertanya apa dokter?" tanya Nara.
"Aku tidak mengulang pertanyaanku, jadi jawab saja." ucap Zayn.
Nara menelan ludahnya lalu menggelengkan kepalanya, "Haha.. haha.. akukan hanya gadis miskin dokter, mana ada pria yang ingin berpacaran denganku." jawabnya sembari tertawa.
"Baguslah kalau kau sadar." ucap Zayn yang membuat Nara langsung diam.
"Benar-benar bermulut pedas! dokter tidak punya hati." batin Nara.
"Ekhem.. karena kau tidak mempunyai pacar, aku ingin meminta bantuanmu.. bisa dibilang ini saling menguntungkan." ucap Zayn.
Nara mengerutkan dahinya, "Kau ingin aku membantu apa dokter? tentu dengan senang hati aku akan membantu, kan kau sudah membantuku untuk mendapatkan pekerjaan." ucap Nara.
"Hah apalagi yang dokter kasar ini rencanakan..." batin Nara.
"Baguslah kalau kau tau bagaimana membalas budi, tidak salah aku membantumu." ucap Zayn sembari tersenyum.
"Aku akan memberikanmu tempat tinggal yang layak nantinya di lantai bawah apartementku dan juga uang bulanan untuk dirimu sebagai balasannya." ucap Zayn.
Mata Nara langsung berbinar mendengarnya, wajahnya langsung berseri-seri mendengar kata apartement, dirinya akan tinggal di apartement dan mendapat uang bulanan.
"Aku siap dokter, aku siap! apa yang harus aku lakukan untuk membantumu kali ini?" tanya Nara.
"Kau bersemangat sekali mendengarnya.. aku suka dengan semangatmu itu." ucap Zayn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
hariyani
ini cerita sederhana kenapa dikit yg like, gaya bahasanya jg bagus
2021-06-22
2