"Permisi, apa saya berbicara dengan mbak Nara Prameswari?" tanya seorang wanita berusia 30an.
Nara tersenyum dan menganggukkan kepalanya, "Iya bu benar saya Nara. Ibu siapa ya?" tanya Nara dengan sopan.
Ibu tersebur tersenyum menatap Nara, ia melirik Nara dari ujung rambut hingga ke ujung kakinya.
"Lumayan rapi tapi apa hubungan gadis ini dengan Pak Zayn? pasti dia gadis spesial sampai Pak Zayn turun tangan langsung minta aku buat awasi dia." batin ibu tersebut.
"Saya kepala kebersihan di rumah sakit ini, nama saya Asih kamu bisa panggil bu Asih. Pak Zayn menelpon langsung dan meminta saya untuk membantu kamu dalam masa evaluasi atau magang." jawabnya.
Nara ber-oh ria mendengar perkataan ibu tersebut, syukurlah mereka bertemu disini jadi Nara tidak perlu repot mencari kesana-kemari.
"Ah namanya Zayn, okey Zayn." gumam Nara mengingat nama dokter kejam itu.
"Ayo ikut saya, kamu ganti baju dulu." ajak ibu Asih.
Nara menganggukkan kepalanya, ia berjalan di belakang ibu Asih mengikutinya, mudah-mudahan saja Nara bisa melakukan pekerjaan ini dengan baik.
Selesai mengisi data serta mendapatkan seragamnya, kini Nara mendapatkam tugas pertamanya yaitu mengepe lantai rumah sakit.
"Wah.. aku harus pel semuanya?" gumam Nara.
Baru melihat penampakan lantai satu saja Nara sudah lemas membayangkan betapa lelahnya mengepel ruangan sebesar ini dengan orang yang terus berlalu lalang kesana kemari.
"Tak apa Nara! kamu pasti bisa. Udah berapa lama aku hidup sendiri? hanya mengerjakan ini saja tidak akan terlalu sulit." gumamnya.
Tanpa banyak bergumam, Nara meletakkan floor sign di daerah yang akan ia pel terlebih dahulu.
Dengan cekatan Nara mengepel sembari bersenandung, menikmati pekerjaan barunya yang terpenting ia berhasil mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhannya.
2 jam kemudian
"Hah.. hah.. akhirnya selesai juga... astaga kayanya besok harus pake koyo." gumam Nara sembari memegangi pinggangnya yang terasa pegal.
"Udah selesai Nara?" tanya bu Asih yang tiba-tiba saja muncul.
"Eh, iya bu udah selesai." ucap Nara.
Bu Asih tersenyum kemudian menepuk bahu Nara berulang kali.
"Sekarang kamu pel lantai dua ya, setelah itu kamu langsung istirahat dan makan siang di kantin." ucap bu Asih.
Nara melongo mendengarnya, belum sempat dirinya berucap apapun dan mengatakan apapun namun bu Asih sudah lebih dulu melenggang pergi.
"Ah yang bener aja? masa iya gue ngepel lantai dua juga? perasaan ob dan og disini bejibun deh." gumam Nara kesal.
Namun mau tak mau Nara menurutinya, ia berjalan dengan lesu sembari mendorong alat kebersihannya dan menaiki lift menuju ke lantai dua.
Bisa mampus kalau Nara menaiki anak tangga satu per satu.
Ting
Lift terbuka, Nara langsung mengangkut peralatannya keluar dari lift, dengan langkah pelan ia melirik ke penjuru lantai dua.
Tidak sebesar lantai satu, apalagi di lantai dua hanya terkhusus untuk kamar inap dan bagian tengah lantai terbuka.
"Kayanya bisa selesai dalam waktu satu jam." ucap Nara senang.
Nara langsung mengerjakan tugasnya, mengepel satu per satu daerah di lantai dua sembari sesekali berkenalan dengan ob og lain dan juga perawat yang ada di rumah sakit tersebut.
...💜💜💜...
Zayn menghela nafasnya, senyum indah terbit dibibirnya walaupun terhalang oleh masker yang digunakan olehnya.
Operasi yang ia lakukan hari ini berhasil dilakukan dengan baik, Zayn yakin orang tua dari gadis ini akan begitu senang mendengarnya.
"Bagus, kalian semua sudah bekerja keras. Rapikan peralatan dan steril segera." ucap Zayn kepada perawat yang ada didalam ruang operasi.
"Kalian berdua dan juga perawat Na, bawa pasien ke ruangannya, awasi terus keadaan pasien dan segera panggil saya jika pasien sudah sadar." ucap Zayn.
Kedua dokter residen dan juga perawat tersebut membungkukkan badannya, "Baik dokter." ucap mereka serempak.
Zayn keluar dari ruangan bersama dengan dokter Ana, setelah membuang pakaian OK nya, Zayn dan Ana langsung keluar dari ruang operasi.
Disana kedua orang tua dari gadis itu sudah menunggu dengan wajah penuh harap dan pasrah, kakak dan juga beberapa saudaranya juga tampak menemani disaat penting gadis itu.
"Dokter bagaimana anak saya? operasinya berhasil kan dok?" tanya sang ibu sembari berusaha untuk menyentuh lengan Zayn.
Dengan cepat Zayn langsung berpindah tempat, dokter Ana yang tau tentang penyakit Zayn hanya bisa memakluminya dan mengambil alih keadaan.
"Ibu tenang saja, operasi berhasil dilakukan dengan baik dan kini kita tinggal menunggu anak ibu sadar dan perkembangannya selepas operasi hari ini." ucap Ana dengan suara lembut.
Sang Ibu langsung terduduk dilantai, ia menangis bahagia mendengar bahwa operasi anaknya berhasil dengan lancar.
"Terima kasih dokter, terima kasih." ucap sang ayah kali ini.
Sanak saudara yang ikut menunggu pun terlihat begitu senang mendengar kabar baik tersebut.
"Anak ibu akan segera kami pindahkan ke ruang rawat, tapi saya sarankan jangan berisik dan tetap jaga situasi tetap terkendali di dalam ruangan ya bu. Anak ibu sekarang perlu istirahat yang cukup dan segera panggil perawat jika terjadi sesuatu." ucap Ana lagi.
"Baik dok." jawab ibu dan ayah gadis itu bersamaan.
Ana tersenyum mendengarnya, "Ayo Zayn." ajaknya.
Zayn langsung melenggang pergi begitu saja meninggalkan Ana yang masih berdiri ditempatnya.
"Selalu ninggalin." gumam Ana.
Zayn mengambil cairan disinfektan di kantong snelinya, menyemprotkannya ke sekelilingnya.
"Hah, segar." gumamnya.
Zayn langsung berjalan ke arah lift khusus untuknya, Ana yang tadinya berjalan langsung berlari mendekat.
"Zayn, jangan lupa jam 3 sore kita ada operasi kanker usus, okey?" ucap Ana kemudian segera berlalu.
Zayn menghela nafasnya pelan dan masuk ke dalam lift sembari kembali menyemprotkan disinfektan. Di dalam lift, Zayn teringat dengan gadis itu, Nara.
"Kira-kira pekerjaan apa yang Asih berikan kepadanya?" gumam Zayn penasaran.
Zayn mengambil ponselnya dam menghubungi Ibu Asih secara langsung.
"Halo pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Asih di ujung sana.
"Apa yang sedang dikerjakan oleh Nara?" tanyanya to the point.
"Dia sedang mengepel di lantai dua pak." jawab Asih.
Zayn langsung menutup telepon setelah mendapatkan informasi.
Ting
Lift terbuka tepat di lantai atas dari rumah sakit ini, lantai yang hanya bisa diinjak oleh Zayn, sang mama dan juga beberapa dokter dan perawat pilihannya.
Namun Zayn tak juga keluar dari liftnya, ia malah tertarik untuk melakukan sesuatu saat ini.
Buru-buru Zayn memencet tombol berangka dua dan lift kembali tertutup.
"Aku penasaran sebaik apa dia bekerja hingga memohon kepadaku seperti kemarin." gumamnya.
Ting
Lift terbuka tepat di lantai dua, Zayn keluar dari lift dan melihat ke arah sekelilingnya.
Terlihat cukup sepi karena hanya ada ruang inap di lantai ini dan sebagian besar pasiennya hanya bisa berbaring di atas brankar.
Zayn menatap ke sekelilingnya, tepat didekat tangga gadis yang dicarinya dengan wajah semangat mengepel lantai.
"Wow, aku baru tahu dia sepekerja keras itu." gumam Zayn senang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Mei Pertiwi
jatuh cinta nanti
2021-07-13
0