Nara berjalan dengan gontai masuk ke dalam ruangan yang tadi ditunjuk oleh Zayn. Namun sebelum ia menyentuh gagang pintu ia teringat bahwa dirinya sendiripun belum memperkenalkan diri dengan dokter kasar tersebut.
"Bagaimana caranya aku melamar besok? dokter itu saja tidak tahu namaku, bagaimana ia akan mengawasi ku?" gumam Nara.
Nara membalikkan badannya dan menatap lorong yang tadinya dilewati oleh Zayn.
"Tadi dokter kasar itu bilang ingin beristirahat kan? berarti ia pergi ke kamarnya! aku harus kesana untuk memperkenalkan diri padanya." gumam Nara lagi.
Nara berjalan perlahan, ia melangkahkan kakinya dengan pelan menuju ke lorong tersebut dan matanya tak henti-hentinya mengagumi setiap figuran dan desain interior dari apartement tersebut.
"Wah.. aku tidak tahu kau sekaya apa dokter kasar, tapi aku yakin uangmu tidak akan habis tujuh turunan sekalipun." gumam Nara.
Kemudian Nara melihat sebuah foto besar yang terpajang di dinding, disana ada dokter kasar dan juga beberapa orang lainnya yang Nara tidak ketahui.
"Dia berfoto di depan sebuah rumah sakit, tapi rumah sakit ini terlihat berbeda dengan yang dikota." gumam Nara berpikir.
Nara kemudian melihat sebuah bingkai foto kecil yang ada di atas meja, sebuah foto anak laki-laki berusia sekitar 5 tahun ditaman bermain.
Nara mengambil foto tersebut, ia memperhatikannya dari jarak dekat.
"Wah bahkan dokter sudah tampan sejak masih kecil." ucap Nara iri.
Sedangkan Zayn, ia masih merasa tidak tenang di kamarnya karena takut Nara tidak mengikuti perkataannya dan malah berkeliaran di dalam apartement miliknya.
"Hais!! aku seperti baru memelihara seekor anjing disini." ucap Zayn.
Zayn turun dari atas ranjang, ia membuka pintu dan keluar untuk memastikan bahwa Nara benar-benar berada di kamar yang telah Zayn siapkan untuknya dan tidak berkeliaran.
Namun mata Zayn langsung membelalak kaget dan nafasnya terasa tercekat saat melihat gadis tersebut tengah berdiri di lorong menuju kamarnya sambil memegang sebuah bingkai foto ditangannya.
Staphylococcus saprophyticus, Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Serratia
liquefacients, Serratia marcescens, Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter aerogenes, Citrobacter freundii, Salmonella sp, Basillus cereus, Neisserria mucosa...
Beragam jenis bakteri langsung berlarian dikepala Zayn dengan cepat dan membuatnya merinding.
"APA YANG KAU LAKUKAN DISANA?!" Bentak Zayn.
Nara tersentak kaget mendengar suara yang begitu menakutkan diujung lorong, matanya membelalak melihat Zayn tengah berdiri sambil menatap tajam dirinya.
Praangg!!
Tanpa sengaja Nara menjatuhkan bingkai foto yang dipegang oleh dirinya hingga kacanya pecah dan terburai kesana kemari.
"Astaga!" Pekik Nara kaget.
Zayn juga tak kalah kaget melihatnya, buru-buru ia menghampiri Nara dan emosinya langsung naik ke ubun-ubun begitu melihat foto masa kecilnya jatuh kelantai.
"Kau.." Zayn menunjuk Nara dengan menggunakan jarinya.
Nara langsung menundukkan kepalanya, takut jika Zayn marah kepadanya. Ia merutuki dirinya sendiri yang tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh barang-barang milik dokter kasar tersebut.
"Apa kau lupa apa yang kukatakan?! JANGAN MENYENTUH SATUPUN BARANG-BARANGKU, APA KAU TIDAK MENGERTI?!" Bentak Zayn sampai urat dilehernya terlihat jelas.
Nara semakin menunduk takut, "Aku minta maaf dokter, aku hanya-"
"HANYA APA? KATAKAN PADAKU APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!"
"Aku tadi ingin pergi ke kamarmu karena aku belum memperkenalkan diriku kepadamu, hanya memperkenalkan diriku dan juga namaku dan aku ingin mengetahui namamu dokter." jelas Nara.
Zayn menatap tajam ke arah Nara, "Kau yakin? hanya itu saja atau kau punya maksud lain?"
Nara menggelengkan kepalanya sambil menggerakkan kedua tangannya. Ia bahkan bermaksud untuk berlutut kepada Zayn namun pria itu malah semakin menatapnya tajam hingga Nara tidak jadi berlutut meminta maaf.
"Aku tidak punya maksud lain dokter, aku serius hanya ingin memperkenalkan diriku kepadamu."
"Lalu bisa kau jelaskan mengapa kau menyentuh bingkai fotoku hingga pecah seperti ini?" tanya Zayn lagi sambil menunjuk ke arah pecahan kaca dan juga fotonya.
"Itu.. aku minta maaf dokter, aku benar-benar minta maaf kepadamu dokter.. aku tidak sengaja menyentuhnya."
Zayn menghela nafasnya pelan, pikirannya semakin kalut dan kepalanya semakin sakit memikirkan gadis dihadapannya.
"Hah, harusnya aku meninggalkanmu sjaa di parkiran bukannya memungutmu seperti ini. Benar-benar merepotkan!" keluh Zayn.
"Maafkan aku dokter, aku akan mengambil sesuatu untuk membersihkan pecahan kacanya." ucap Nara.
"Jangan bergerak! biar aku saja yang membersihkannya. Lebih baik kau masuk ke kamarmu dan tidur! kita lanjutkan besok, aku pusing melihatmu." ucap Zayn.
Nara mendesah pelan lalu menganggukkan kepalanya, "Baik dokter, aku akan kembali ke kamarku. Selamat malam." ucap Nara dengan suara lesu.
"Hemm."
Nara menundukkan kepalanya dan berjalan dengan pelan menuju ke kamarnya, ia membuka pintu kamar tersebut dengan pelan.
Sebelum masuk, Nara sempat membalikkan badannya sebentar melihat dokter kasar yang tengah membersihkan pecahan kaca dengan menggunakan sarung tangan.
"Bahkan kau tidak mau menyentuh langsung barang yang aku pegang. Sebenarnya kau sakit apa dokter?" gumam Nara sambil bersandar di pintu.
Zayn yang merasa di perhatikan langsung mengangkat kepalanya, ia menatap tajam kearah Nara sambil mengangkat pecahan kaca.
Nara langsung bergidik ngeri dan langsung masuk ke dalam kamar, menutup pintunya dengan rapat.
"Wah.. kamar ini bagus sekali.." gumam Nara takjub.
Nara berjalan kearah kasur yang ada ditengah ruangan, kasur yang tidak terlalu besar namun begitu empuk dan nyaman.
"Apa dokter itu membersihkan sendiri seluruh ruangan diapartementnya? bahkan aku tidak melihat sedikitpun debu disini, semuanya mengkilap dan bersih." gumam Nara.
Bruk
Nara menjatuhkan tubuhnya keatas ranjang, ia menatap langit-langit dikamar tersebut dengan tatapan kosong.
"Ayah, Ibu.. aku merindukan kalian.. apa kalian bahagia disana? andai kalian masih ada disini.. aku ingin memelukmu bu, mendekapmu dengan erat dan aku ingin bercengkrama hingga larut malam dengan ayah, aku merindukan kalian.."
Tanpa sadar air mata Nara menetes, ia kembali mengingat bagaimana tragisnya kecelakaan pesawat yang mereka alami dan merenggut nyawa kedua orang tuanya begitu saja.
"Andai saat itu aku tidak duduk diseberang ayah dan ibu, andai aku duduk dikursi yang ada didepan atau dibelakang mereka. Aku yakin pasti sekarang aku bisa bersama ayah dan juga ibu."
Kenangan pahit saat pesawat jatuh dengan cepat ke lautan karena mesin pesawat yang mendadak mati membuat Nara memejamkan matanya, kepalanya sakit saat mengingatnya.
Dari 100 orang lebih penumpang pesawat tersebut hanya ada 50 orang yang berhasil diselamatkan termasuk Nara salah satunya setelah ia berhasil melewati masa kritisnya.
Tak lama Nara langsung terlelap di atas tempat tidur dengan bekas air mata yang masih membasahi pipinya.
"Ayah... Ibu..." gumam Nara dalam tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments