"Itu salah mom sendiri, kan aku sudah mengatakan belum ingin menikah dan jikapun ada wanita yang ku cintai, aku pasti akan langsung mengenalkannya padamu mom." ucap Zayn santai.
"Tidak bisa Zayn, jika menuruti keinginanmu bisa-bisa kau menikah ketika kuburan mom sudah berlumut!" pekik mommynya.
"Tidak akan mom, kau terlalu berlebihan untuk itu. Bukankah dirimu masih sangat muda mom? lihatlah kulit mulusmu itu mom, tidak seperti wanita berumur 50an." puji Zayn.
Fey memincingkan matanya, "Kau.. jangan pikir mom akan tergoda karena pujianmu itu! sekarang itu sudah tidak berpengaruh lagi untuk membujuk mom."
"Lalu apa yang kau inginkan mom sampai datang jauh-jauh ke rumah sakit dan menemui putramu yang tampan ini?" tanya Zayn.
"Menikah."
Zayn tertawa mendengarnya, "Mom, kau tidak menyerah juga ternyata. Aku kan sudah bilang akan membawa sendiri wanita pilihanku nantinya." ucap Zayn.
Mommy Fey menyunggingkan senyumannya, "Ya, karena kau bilang akan membawa sendiri maka mom mau kau membawa calon istri ke hadapan mom dalam minggu ini!"
Zayn membelalakkan matanya, "Apa mom? mana mungkin aku membawa gadis kepadamu dalam minggu ini. Kau tahu mom jadwalku padat, aku sangat sibuk dan-"
"Mom tidak perduli Zayn, kau harus segera menyembuhkan OCD mu itu atau mom tidak akan pernah mewariskan seluruh kekayaan ini kepadamu!" pekik Momnya.
Mommy Fey menatap Zayn tajam dengan nafas yang memburu, "Pokoknya kau harus membawa seorang wanita pilihanmu kepada mom minggu ini ke mansion atau namamu akan mommy coret dari kartu keluarga dan mom akan membuatmu tidak bisa bekerja dimanapun." ancam mommynya.
Zayn menelan ludahnya, kali ini ia kalah telak dengan ancaman mommynya itu. Zayn tau dengan benar bagaimana berkuasa dan berpengaruhnya mommynya itu di negeri ini terutama di bidang kesehatan yang menjadi pekerjaan utama mereka.
"Kau paham Zayn? mommy tunggu kehadiranmu dan wanita itu hari minggu ini. Awas saja jika kau tidak datang.." ucap mommynya.
Brak
Mommy Fey langsung pergi dan membanting pintu ruang kerja Zayn membuat perawat Aeri yang ada diluar pun ikut tersentak kaget.
"Pintuku bisa rusak mom!" pekik Zayn.
Zayn menghela nafasnya pelan, menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sembari memijit kepalanya.
"Kenapa mom seperti ini? ah, aku baru berusia 32 tapi dia sudah seperti orang gila menyuruhku menikah terus menerus." ucap Zayn tak percaya.
"Lalu siapa yang harus kubawa menemui mom minggu ini? aku tidak mengenal satu wanita pun." pikirnya.
Tok tok tok..
"Permisi dokter.."
"Ya Aeri ada apa?"
"Kau memiliki janji temu dengan beberapa pasien di bawah dok, mereka sudah menunggumu." ucap Aeri.
"Baiklah, kau boleh turun duluan nanti aku akan menyusul kesana." ucap Zayn.
"Baik dok, saya permisi." ucap Aeri dan langsung menutup pintu sepelan mungkin.
Zayn menatap pintu yang tertutup dengan wajah frustasi, "Tidak mungkin jika aku membawa Aeri, mom tidak akan percaya sama sekali jika aku membawanya." gumam Zayn.
Zayn menggeleng-gelengkan kepalanya, "Lalu siapa yang harus aku bawa ke mansion?" gumamnya lagi.
"Ah sudahlah, aku pusing.. lebih baik aku memikirkan nasib pasien-pasienku." ucapnya.
Zayn mengambil peralatannya dan langsung turun ke bawah, kali ini ia akan bekerja terlebih dahulu baru setelah itu memikirkan langkah apa yang akan diambilnya untuk menghadapi mommynya.
Ting
Lift sampai tepat di lantai satu, beberapa perawat dan juga dokter yang lewat di depan Zayn langsung berusaha menjaga jarak dengannya daripada mereka harus mengalami hal menyedihkan.
Begitu pula dengan Nara yang tengah sibuk mengepel lantai, begitu melihat para pekerja berbisik-bisik ia langsung mencari tahu ada apa.
Dan ternyata dokter kasar tengah berada di dekatnya dengan wajah datar tanpa ekspresi andalannya itu.
"Selamat pagi dokter." sapa Nara sembari menundukkan kepalanya.
Zayn yang sedang lewat langsung menghentikkan langkahnya membuat beberapa perawat dan dokter lainnya ketakutan dan merasa kasihan dengan Nara.
"*Pasti dokter Zayn akan memarahinya."
"Ah, pasti ia akan kena omel karena tidak menjaga jarak dengannya dan malah menyapanya seperti itu." ucap yang lainnya*.
Nara mengangkat sebelah alisnya saat melihat Zayn berhenti dan menatap dirinya dari ujung kepalanya hingga ujung kaki.
"Dia benar-benar kacau.." gumam Zayn saat melihat penampilan Nara.
"Ya, pagi. Sebaiknya kau pel lantai ini dengan benae atau aku tidak akan meluluskanmu dalam masa magangmu itu." ucap Zayn dan segera berlalu.
Nara mencebikkan bibirnya, "Selalu seperti itu, dokter kasar." gumamnya dan kembali bekerja.
Namun Nara menjadi tidak nyaman saat orang-orang menatap ke arahnya membuatnya bingung, "Ada apa?" tanya Nara.
"Ah sepertinya dia baik-baik saja." gumam seorang perawat.
"Apa dokter Zayn tidak memarahinya?" bisik yang lainnya.
"Beruntung sekali dia hari ini, dokter Zayn bersikap baik kepadanya." ucap yang lain.
Orang-orang langsung kembali beraktivitas seperti biasanya, tidak memperdulikan Nara lagi.
"Ada apa dengan mereka semua? tatapannya membuatku takut." gumam Nara dan lanjut bekerja.
...💜💜💜...
"Terima kasih dokter, saya akan memikirkan saran dokter ini." ucap seorang pasien.
"Iya, lebih baik jika ibu langsung menyetujui untuk melakukan beberapa kemotrapi dan juga mengkonsumsi beberapa obat-obatan. Dan jika memungkinkan, kita akan melakukan operasi untuk pengangkatan sel kanker tersebut sebelum keadaan bertambah buruk." jelas Zayn.
Pasien tersebut menganggukkan kepalanya mengerti, "Baik dokter, saya akan membicarakannya dengan suami saya dan kembali lagi nanti. Saya permisi." ucapnya.
Zayn menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah sampai pasiennya itu menutup pintu ruangannya.
Zayn melepaskan kacamatanya, menyandar pada kursi sampai perawat Aeri masuk ke dalam ruangannya.
"Pasien terakhir anda untuk siang ini akan datang 10 menit lagi dokter, ia terlambat karena terjebak kemacetan." ucap perawat Aeri.
Zayn menatap ke arah jam di ruangannya, pukul dua siang artinya ia sudah duduk disini selama kurang lebih empat jam lamanya.
"Hah, aku benci sekali dengan yang namanya terlambat." gumam Zayn yang masih dapat di dengar oleh Aeri dengan jelas.
"Kau tunggu dia diluar Aeri, beritahu saya jika dia sudah datang." ucap Zayn.
"Baik dokter."
Aeri tersenyum sambil menundukkan kepalanya lalu kembali keluar dan menutup pintu meninggalkan Zayn sendirian di dalam ruang prakteknya itu.
Zayn menghela nafasnya, memijit kepalanya sendiri. Sepertinya ia mengalamo migrain karena semua masalah internalnya, ia juga kembali teringat dengan ucapan mamanya dan entah bagaimana wajah Nara terlintas di kepalanya.
Zayn langsung tersentak, "Astaga, kenapa aku memikirkannya?" gumam Zayn kaget.
Namun Zayn langsung diam membeku dan menyungingkan senyuman saat mendapatkan sebuah ide berlian di kepalanya dan Zayn yakin ini akan menguntungkan bagi berbagai pihak.
"Bagaimana jika aku membawa Nara saja untuk menemui Mommy?" pikir Zayn.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments