Di kediaman Wiratmaja
"Mana calon mantu, Mama? tanya Mamanya Wiratama penuh selidik.
"Anak pulang bukannya di sambut dengan pelukan, malah di tanyain calon mantu! Mama itu sayang nggak sih sama, Tama?" sahut Tama sembari mengerucutkan bibirnya persis seperti Anak kecil minta jajan es krim, tetapi tidak di bolehin Mamanya.
"Ehhh Iya Mama sampai lupa." Tutur Mamanya menepuk jidatnya sendiri.
"Sayang dong! anak Mama yang paling tampan dan ganteng." Tutur Mamanya kembali.
"Nah gitu dong! Sayang sama anak sendiri!" sahut Tama merebahkan kepalanya di pundak Mamanya.
"Mama segalanya buat Tama." kata Tama mencuri satu ciuman di pipi Mamanya.
Annisa (Mamanya Tama), hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku Anaknya yang terkadang masih seperti anak bayik, tetapi kalau di lihat dari orangnya bukan bayik lagi, tetapi sudah tua.
Walaupun usianya tidak muda lagi, tetapi Mama Annisa selalu menjaga berat badannya supaya ideal, yang tidak sering melihatnya pasti di sangka Mama Farida masih mahasiswa.
Setiap hari Mama Annisa selalu menjaga pola makannya, dan pola hidup sehat. Menghindari makanan yang banyak mengandung lemak, minyak. Dan lebih sering mengkonsumsi makanan yang di rebus atau sayur dan buah-buahan.
Selesai mandi, Tama turun ke bawah ke tempat Mamanya yang lagi asyik menonton berita selebritis yang hits.
"Ma, nonton apaan sih! di panggil Anaknya sampai nggak dengar."
"Bentar Tam, Mama lagi nonton berita perceraian artis papan atas Indonesia, berinisial K."
"Kamu kenal nggak, Tam?"
"Mama ini yang di bicarakan malah artis, percuma Tama pulang lebih baik Tama kembali ke Apartemen." Tutur Tama bangkit dari duduknya.
"Eh jangan dong! Mama masih kangen." Sahut Mamanya, menahan lengannya Tama yang berniat meninggalkan rumahnya.
"Kangen itu yang di perhatian Anaknya, Ma! bukan berita aktris."
"Klikk...." saluran televisi sudah di matikan Mama Annisa.
Mama Annisa memeluk Tama sangat erat, dan sebaliknya Tama membalasnya tidak kalah eratnya.
"Tama sudah punya calon belum?" tanya Mamanya hati-hati, takut menyinggung perasaan anaknya.
"Belum Ma! Semenjak ada pengkhianat Tama malas untuk mulai yang baru, Ma?" Jawab Tama menyandarkan kepalanya di paha Mamanya, yang menjadi bantal untuknya.
"Mama jodohin, mau?"
"Mama mah bicaranya ngelantur kemana-mana."
"Ini bukan zaman Siti Nurbaya, Ma! Tama mau cari sendiri! tidak mau di jodoh-jodohin."
"Iya-iya Mama mendoakan! semoga di segerakan."
Kedua Ibu dan Anak asyik mengobrol sampai lupa waktu, karena hari sudah sore. Langit gelap menghiasi angkasa, mendung bergelayut manja, lembayung senja meninggalkan peraduannya.
"Sudah hampir Maghrib, Papa-mu kok belum pulang ya, Tam." Ucap Mama Annisa yang sedikit resah dan gelisah, jam menunjukkan pukul 17.10 Wib suaminya belum pulang dari kantor.
"Mungkin jalanan macet, Ma."
Tama berusaha menenangkan Mamanya, supaya Mamanya tetap berfikir positif. Biasanya sore hari bertepatan jam pulang kerja, jalanan pasti macet. Di tambah sore ini cuacanya sedikit mendung, mungkin juga di sana sedang turun hujan.
Tin... Tin... Tin....
Mang Japri membunyikan klakson mobilnya, supaya penjaga rumah majikannya membukakan pagarnya. Seorang laki-laki setengah tua, berjalan tergopoh-gopoh untuk membukakan pintu untuk majikannya yang baru pulang dari kantor.
Setelah di bukakan pintu mobilnya oleh mang Japri, Pak Adi keluar dari mobil dengan menentang tas kerja yang berisi laptop dan dokumen penting lainnya.
Ada guratan lelah di kedua matanya, setelah sampai rumah Pak Adi duduk di sofa ruang tamu, sembari memejamkan kedua matanya, untuk menghilangkan rasa lelahnya, rasa capeknya karena pekerjaan di kantor sangatlah padat.
"Ehh Papa sudah pulang,! Mama kok nggak dengar suara mobil Papa."
"Capek Ma!"
Mama Annisa memijat pelipis suaminya, sedikit bisa mengurangi rasa lelahnya. "
Ayo ke kamar Pa, biar Mama bantu pijat."
Papa Adi mengekor di belakang istrinya, tas kerjanya juga sudah pindah di tangan istrinya. Tangannya masih aja memijat pelipisnya yang sedikit pusing, lelah dan ngantuk. Jalannya pun sedikit terhuyung, akibat kurang asupan makanan, Pak Adi tidak sempat makan siang hanya sarapan saja di rumah.
***
Di kediaman keluarga Bhakti
Mereka sedang menikmati makan malam bersama, suara dentingan sendok garpu yang menghiasi meja makan, dan suara jarum jam yang terus saja berputar pada porosnya. Mereka makan sangat khidmat, tidak ada yang berani berbicara, hanya suara orang seperti mengunyah makanan.
Setelah makan malam, mereka mengobrol bersama, mereka saling bertukar cerita tentang sekolahnya, tentang sahabatnya dan masih banyak yang di obrolkan.
Puas mengobrol, kantuk pun datang. Semuanya masuk ke kamarnya sendiri-ndiri, kamar Kanaya dan Rudi bersebelahan. Sedangkan kedua orang tuanya sedikit agak jauh, kamarnya berseberangan dengan dapur, dan meja makan.
***
Pagi seperti biasanya, Kanaya dan Rudi sudah umek di kamarnya. Mereka berdua bangun kesiangan, padahal hari ini ada ulangan mata pelajaran matematika. Kanaya di buat pusing tujuh keliling, di tambah lagi belajarnya berkurang, akibatnya asyik mengobrol dengan keluarganya semalam.
Kanaya mandi dan dandan secara kilat, daripada telat di hukum lebih baik Kanaya melakukannya secara kilat. Setelah bersiap, Kanaya pamit kepada kedua orang tuanya untuk berangkat dulu dan pamit tidak sarapan, dengan alasan akan telat karena ada ulangan di jam pertama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
alvika cahyawati
kapan kanaya ketemu nya sm tama terus nikah nya.
2023-04-18
2
Haslinda
mulai bosan thor bacanya kelamaan
2021-06-27
4
Masiah Firman
astaga sdh sampai di part ini msh blm jelas ..malah yg diceritakan kegiatan hari 2 ....kalau bgn trus sampai ratusan episode gak end 😁
2021-06-26
4