Selesai Kanaya mengantar Adiknya ke sekolah, Kanaya melajukan motornya untuk menuju ke sekolahnya yang berada di tengah kota Solo.
Kanaya selalu melewati jalan tikus, bukan karena ada apa-apa cuma Kanaya takut kena tilang Pak polisi, ke sekolah Kanaya tidak pernah memakai helmnya dengan alasan kepalanya pusing.
Semenjak saat itu, Kanaya tidak pernah ke sekolah pakai helm walaupun sedang hangoutt dengan sahabatnya.
Mereka selalu melewati jalan tikus kemungkinan besar tidak ada acara tilang-menilang seorang polisi, karena yang di lewatinya jalan kampung yang padat penduduknya.
Setelah sampai ke tempat parkiran, Kanaya memprakirkan motornya di pojok sendiri biar tidak ada yang menggeser motornya bila ada yang mau keluar dari parkiran.
Selesai merapikan motornya, Kanaya berjalan menuju kelas sedikit tidak semangat, semalam tidurnya sedikit terganggu gara-gara nonton drama Korea di ponselnya.
Kanaya memasuki kelas, dan menelungkupkan kepalanya diatas meja belajarnya, dan mulai memejamkan kedua matanya saking ngantuknya bisa-bisanya Kanaya tertidur pulas.
"Nay, bangun sebentar lagi gurunya datang." Ujar Maldifa sembari mengguncang bahunya, dan menepuk pipinya dengan lembut.
"Hmm." guman Kanaya.
"Nay, bangun Buk Hesti sudah datang." Tutur kedua sahabatnya di samping telinganya.
"Mana-mana, Dif?" tanyanya Kanaya dengan muka bantalnya.
"Selamat pagi Anak-anak..." Sapa Buk Hesti.
"Selamat pagi Buk guru Hesti." Ujar semua muridnya.
"Nay, ada apa mukamu kok kusut begitu?" tanyanya Buk Hesti penuh curiga.
"Tidak apa-apa, Buk! sedikit tidak enak badan saja." Tutur Kanaya yang menguap berkali-kali.
"Kamu istirahat di UKS saja! daripada nanti tumbang di kelas." Ujar Buk Hesti sedikit khawatir dengan kesehatan Kanaya yang sebentar lagi akan ujian kenaikan kelas 3.
"Baik! kalau ibu mengijinkan."
Kanaya bersiap bangkit dari duduknya, dan berjalan sedikit sempoyongan karena menggantuk, membuat kedua sahabatnya tidak tega, dan meminta ijin mengantarkan Kanaya ke ruang UKS.
Baiknya lagi Buk Hesti mengijinkan Maldifa, dan Andina mengantar Kanaya, dan menemaninya di UKS.
Setelah sampai ranjang di dalam UKS, Kanaya langsung naik ke tempat tidurnya, dan memejamkan kedua matanya yang sudah sangat mengantuk dari awal masuk ke kelasnya.
Kedua sahabatnya cuma melongo melihat aksi sahabatnya, yang bisa-bisanya langsung tertidur tanpa memperdulikan kedua sahabatnya yang sedang menunggui di ruang UKS.
Teng....teng...teng...
Jam pelajaran pertama sudah selesai, saatnya jam istirahat. Kanaya masih saja tertidur pulas tanpa terganggu dengan suara lonceng sekolahannya yang menandakan jam pertama, jam nya Buk Hesti sudah selesai.
Kanaya mulai menggeliat dalam tidurnya, Kanaya mulai menyesuaikan cahayanya, dan membuka kedua matanya untuk melihat ruangan yang serba putih seperti ruangan yang berada di rumah sakit.
Kanaya melirik sekilas disampingnya, kedua sahabatnya yang tertidur pulas di atas kursi ranjang tidurnya. Tangan Kanaya terulur untuk mengelus rambut kedua sahabatnya, yang begitu perhatiannya kepada Kanaya.
Dif, bangun." Ujar Kanaya sembari mengguncang bahunya
"Din, bangun! sebentar lagi jam kedua di mulai." Bisiknya Kanaya.
Keduanya mulai menggeliat tubuhnya, dan menyesuaikan cahaya di ruang UKS yang nampak berwarna putih.
Dirasa nyawanya sudah terkumpul, ketiganya keluar dari ruang UKS dengan muka bantalnya, tetapi lebih fresh, dan segar daripada jam pertama tadi.
Ketiganya masuk ke dalam kamar mandi untuk mencuci mukanya, dan merapikan penampilannya yang rambutnya sedikit berantakan, dan Kanaya merapikan jilbabnya yang sedikit kusut.
Mereka bertiga beriringan masuk ke dalam kelasnya, dan menunggu jam kedua di mulai sembari menunggu gurunya datang, ketiganya memainkan ponselnya memakai wifi sekolah.
*****
Setelah menempuh perjalanan udara yang kurang lebih 16 jam, pesawat keduanya sudah mendarat di Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng, Jakarta.
Mereka keluar dari kabin pesawat dengan rasa bahagia terutama Reksa, yang sudah tidak sabar untuk menghubungi keluarganya yang berada di Solo.
Reksa langsung merogoh ponselnya yang berada di saku celananya, dan berniat menelepon Adiknya untuk mengabarkan bahwa kakaknya Reksa sudah tiba di Jakarta dengan selamat.
Tetapi niat itu Reksa urungkan, hanya di angan-angan saja! karena hari sudah malam tidak enak menganggu istirahat Adik-adiknya yang mungkin sudah tertidur pulas.
Reksa dan Tama berjalan beriringan dengan satu tangan menggeret kopernya, untuk menuju pintu keluar Bandara yang sudah di jemput sopir keluarga Wiratmaja.
Tama mengabarkan orang rumah untuk menanyakan perihal sopirnya sudah tiba di Bandara apa belum?
Tama berniat untuk mendial nomer Mamanya, belum juga ketemu nomornya, Mamanya sudah menelepon terlebih dahulu, dering pertama panggilan di terima Tama.
"Assalamu'alaikum, Ma..."Sapa Tama.
"Walaikumsalam, Nak." Jawabnya Mamanya.
"Ma, yang jemput Tama udah berangkat belum?" tanyanya Tama.
"Sudah, Nak dari 30 menit yang lalu." Jawab Mamanya yang kata-katanya begitu meneduhkan.
Ya sudah ya, Ma Tama matikan dulu teleponnya." Tutur Tama tidak kalah lembut suaranya.
Mamanya oleh yang pertama menyemangati untuk bangkit dari keterpurukan akibat masa lalu, yang membuat Tama sedikit frustasi, dan depresi. Tidak diterima yang namanya di khianati, semenjak itu Tama menutup dirinya dari yang namanya Wanita.
Selesai menelepon Tama merasa lega, sopirnya sudah menunggu di parkiran pintu keluar Bandara.
Tama melenggang pergi terlebih dulu, untuk ke toilet umum mencuci matanya yang sedang perih, tidak sengaja tangannya mengucek-ngucek matanya yang mungkin ada debu masuk atau tangannya yang kotor.
Reksa hanya diam menunggu di bangku tunggu Bandara, sesekali melirik ke arah toilet untuk melihat kemunculan Tama dari toilet, tetapi nihil Tama belum selesai.
Reksa merogoh saku celananya untuk mengeluarkan ponselnya, untuk melihat galeri foto keluarganya yang tersimpan di simcart ponselnya.
Sesekali Reksa tersenyum melihat tingkah laku Adik-adiknya, ini yang selalu membuat Reksa merindukan keluarganya, ingin rasanya memboyongnya ke Jakarta lagi demi setiap hari bertemu keluarganya.
Mungkin setelah Reksa punya rumah, baru keluarganya di boyong ke Jakarta kaki ya hehehe.
"Ayo, Sa mang Udin sudah menunggu di parkiran." Ujar Tama mengajak Reksa untuk bangkit dari duduknya.
"Ayo, Tam." Jawabnya Reksa singkat.
Mereka berdua berjalan ke pintu keluar, yang sudah menunggu mobil hitam plat B yang di kemudikan mang Udin.
Mang Udin membuka pintu mobilnya, dan mempersilahkan Tama, dan Reksa untuk masuk ke dalam mobilnya.
"Nginap di rumah saya apa langsung pulang, Sa?" tanyanya Tama.
"Pulang ke apartemen saja, Tam." Ujar Reksa.
"Saya ambil cuti, boleh?" tanyanya Reksa.
"Mau kemana, Sa?" tanya Balik Tama.
"Hmm.. mau pulang ke Solo, Tam." Jawabnya Tama dengan menggaruk-garuk pelipisnya yang tidak gatal.
"Ok nggak apa-apa, tetapi jangan lama-lama di Solo-nya." Ujar Tama dengan kekehan.
"Makasih, Tam."
"Tama mengangguk, Iya sama-sama."
Di dalam mobil diisi dengan obrolan mereka berdua, mang Udin yang melihatnya cuma bisa tersenyum tipis, keakraban sahabat yang dulu sempat terpisah akhirnya di pertemukan lagi oleh takdir-Nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Eni Sekar Rengganiaty
lanjut kak
2021-06-28
1
Ius Wonga
kpan ktemunta ni pmran utama wanita n pria...kok dr tdi bc sputar skolah....kntor hdeh agk greget npa thorr
2021-06-20
2
Dirah Guak Kui
mulia juga ya sang kakak bisa punya niat utk memboyong adik2nya ke Jakarta😇😇😇😇
semoga niat baik sang kakak terujut😇😇😇
2021-06-16
3