Tut....tut....tut...
Bunyi sirine kereta api telah menggelar suaranya, Kereta berlahan-lahan meninggalkan stasiun balapan, kereta berjalan semakin menjauh, jauh menuju stasiun Senen Jakarta.
Di dalam gerbong kereta api, Kanaya selalu memandangi kaca jendela. Terdiam sesaat untuk melihat pemandangan kota-nya, dan meninggalkan kota-nya untuk sementara waktu untuk berlibur ke Jakarta.
Teringat akan kedua sahabatnya Maldifa, dan Andina walaupun Kanaya sudah pamit jauh sebelum keberangkatannya. Ada rasa rindu di hatinya, sahabatnya paling mengerti akan dirinya sahabat semenjak SMP sampai SMA masih satu sekolahan.
"Kak, ponselnya bergetar."
"Ehhh Iya!"
Kanaya merogoh ponselnya di saku jaketnya, terlihat notifikasi dari kakaknya Reksa. Muncul senyum di sudut bibirnya, kakaknya selalu perhatian, dan sangat penyayang dengan keluarganya. Masih di dalam kereta saja kakaknya menanyakan ini itu, dan masih banyak lagi pertanyaannya.
"Siapa Kak?"
"Kak Reksa tanya sudah berangkat belum."
"Ohhhhh, kiraiin pacar kakak soalnya kakak senyum-senyum sendiri."
"Kamu itu Dik sekolah masih SMP udah tahu kata pacar."
"Habis kakak mencurigakan senyum-senyum."
"Kata teman-temanku kalau orang suka senyum-senyum tandanya jatuh cinta."
"Oalah dik, sekolah yang benar dulu."
"Hehehe."
***
Di kantornya tempat Reksa bekerja, sedang berkutat dengan laptop yang menyala di meja depannya, banyak tugas yang harus deadline hari ini, makanya Reksa mengebut kerjaan-nya. Reksa berharap kedua orang tuanya, dan kedua Adiknya di Jakarta tidak ada kata lembur sampai malam, karena Reksa ingin meluangkan waktu untuk keluarganya selama berlibur ke Jakarta.
Selesai pekerjaan, Reksa mengambil ponselnya untuk menanyakan kabar Adiknya sudah sampai mana? sudah makan belum?, dan masih banyak pertanyaan lainnya.
Setelah membaca balasan pesan Adiknya, membuat Reksa lebih tenang dalam bekerja. Reksa kembali lagi ke laptopnya, mengetik berkas yang akan di buat rapat bulanan yang biasanya di gelar awal bulan.
***
Suasana di dalam kereta begitu hening, kedua orang tuanya tertidur pulas, sedangkan Kanaya, dan Adiknya masih nampak segar bugar belum mengantuk sama sekali. Kanaya membalas chat dari duo sahabatnya, yang menanyakan kabarnya sudah sampai mana! permintaan maaf yang tidak bisa mengantar ke stasiun.
Kanaya terenyuh hatinya, membaca pesan duo sahabatnya yang begitu baik, dan sangat perhatian. Kanaya membuncah bahagia memandangi hamparan sawah yang terbentang luas, walaupun dari kaca jendela malah membuatnya fresh karena tanamannya tumbuh subur.
Kereta melaju sangat kencang, tidak terasa kereta sudah sampai stasiun besar Bandung. Kanaya mengabarkan kakaknya kalau sudah sampai di stasiun Bandung, sedang berhenti sebentar.
***
Reksa yang membaca chat Adiknya tersenyum sumringah, berarti sebentar lagi keluarganya akan segera tiba di Stasiun Senen.
Reksa mulai membereskan pekerjaan kantornya, karena Reksa ingin menjemput keluarganya di stasiun. Sebelumnya Reksa sudah meminta ijin atasannya untuk bekerja setengah hari, dan Alhamdulillah di ijinkan oleh Tama.
"Tam, Aku pulang duluan mau jemput keluarga! mereka sudah sampai stasiun Bandung."
"Ok sobat! hati-hati."
"Benar nggak mau ikut, Tam? lihat ciwi-ciwi di stasiun."
"Semprull kamu, Sa." Tama melempar bolpoin ke tubuhnya Reksa. Hahahaha Keduanya tertawa bersama
"Kerjaan banyak ini, Sa."
"Ya sudah Aku berangkat dulu ya! jangan kangen Aku." Kata Reksa dengan emoticon tertawa terbahak-bahak.
Reksa cepat-cepat keluar dari ruangannya Tama, di luar ruangan Reksa melanjutkan tertawanya. Secepat mungkin Reksa menyesuaikan diri, berjalan di koridor kantornya.
Banyak tatapan pegawai yang iri, dan memuja ketampanannya, banyak yang ingin mendekati Reksa, tetapi bagi Reksa menggapnya semuanya teman kerja.
Reksa sudah di parkiran Stasiun, mencoba menghubungi Adiknya sebelum Reksa masuk ke dalam stasiun. Deringan kedua Kanaya menerima panggilan video call kakaknya, terpampang jelas muka tampan kakaknya masih dengan baju kantor.
"Assalamu'alaikum, Dik, sudah sampai mana?"
"Bentar lagi sampai stasiun, kak."
"Kakak tunggu di parkiran, Dik."
"Ok Kakakku yang tampan." Tutur Kanaya dengan emoticon mengedipkan matanya.
Reksa Melihat centilnya Kanaya, membuatnya mengulum senyum.
"Udah ya kakak matiin, dik."
"Iya kak."
Sambungan telepon terputus, Reksa masuk ke dalam stasiun bertepatan kereta dari solo datang. Rasa rindu, dan bahagia menjadi satu kesatuan, sekian lama tidak pulang ke Solo akhirnya keluarganya mau datang ke Jakarta walaupun sekedar untuk berlibur, itu sudah membuat Reksa bahagia.
"Kakak, Sa." Teriaknya Kanaya sangat memekik, membuat seluruh penumpang menoleh ke arah Kanaya.
"Iya Dik." Reksa melambaikan tangannya.
Satu keluarga yang terpisah antara Jakarta-Solo akhirnya bertemu kembali, pertemuan di stasiun Senen yang di impikan hari ini jadi kenyataan.
Mereka berlima saling berpelukan untuk melepaskan rasa rindu, yang membuncah di hatinya Reksa. dan ada rasa rindu di kedua orang tuanya untuk Reksa putra pertamanya, yang bekerja jauh di Jakarta.
Banyak yang ingin mereka ceritakan, banyak ingin berbagi keluh kesah, ingin merasakan masakan Ibunya yang sudah lama sangat Reksa rindukan. Reksa bergelayut manja di lengan Ibunya, tanpa ada rasa malu sedikitpun walaupun mereka masih di stasiun.
Tunggu next part selanjutnya.
dukung cerita ini ya readers dengan cara mudah, like, koment, dan votenya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 204 Episodes
Comments
Ita Lestari
jenuh bgt bacanya
2023-02-09
0
Dewi Fuzi
maaf aku mau nanya emang d daerah jakarta ada Stasiun bandung kok aku baru denger ya perasaan yg biasa d sebut itu stasiun Gambir, jati negara, senen bisa d jelasin gak
2022-10-17
0
Fitriani Khumaira Zidny
muter muter ceritanya tor di situ situ aja jenuh bacanya antara Tama sama reksa mana yg tokoh utama nya perasaan reksa terus yg banyak di bahas.
2022-03-16
1