Setelah menghabiskan waktunya bersama kedua sahabatnya di Mall, Kanaya di antar pulang sahabatnya. Pukul 17.00 WIB Kanaya sudah tiba di, bertepatan dengan kakaknya Reksa pulang kerja.
"Darimana Dik, kok jam segini baru pulang?" tanya Reksa sembari melepas sepatu kerjanya, dan di taruhnya di tempat rak khusus sepatu dan sandal.
"Habis dari Mall , Kak." Jawabnya Kanaya, menundukkan bokongnya di sofa ruang tamu appertement kakaknya.
"Sama siapa?" tanya Reksa kembali
"Sahabat SD Nay, Kak." Jawab Kanaya
"Laki-laki apa perempuan?" tanya Reksa begitu posesif.
"Perempuan Kakakku tersayang! mang kenapa, Kak?" tanya Kanaya balik.
"Kakak cuma nanya aja, kirain jalan pacaran hehehe."
"Iiiih kakak nyebelin!" Kanaya melempar kacang atom, mengenai tubuh kakaknya yang masih berdiri di dekat rak.
"Kirain Adik Kakak sudah dewasa! sudah punya pacar."
"Kanaya masih ingin fokus sekolah dulu, Kak! ingin mengejar cita-citanya Kanaya."
"Bagus itu baru Adiknya kakak."
Mereka saling berpelukan, melepas rindu setengah hari tidak bertemu. Membuat keduanya melupakan acara ganti pakaian atau mandi terlebih dahulu.
"Ehemmmmmm..." deheman Ibunya membuat keduanya melepaskan pelukannya, membuat keduanya sedikit terjinggat kaget.
"Ibunya nganggetin saja." Ucap Kanaya dengan bibirnya mengerucut.
"Hushhh... sana ganti pakaian atau mandi duluan keburu malam." Tutur Ibunya mengusir keduanya.
Sampai di kamarnya Kanaya langsung merebahkan tubuhnya, yang sedikit pegal-pegal setelah berkeliling Mall. Walaupun tidak berbelanja pa-pa, tetapi Kanaya sangat bahagia bisa kembali ketemu dua sahabatnya.
Kanaya menerawang atap kamarnya, sejenak Kanaya mengingat laki-laki berjas yang ia tabrak pas di Mall. Kanaya senyum-senyum sendiri, mengingat wajah lelaki yang di tabrak- nya ternyata ganteng juga.
Satu menit, Lima detik, bahkan lima menit Kanaya belum bangkit dari rebahan-nya. Kanaya masih fokus mengingat-ngingat wajahnya, kelak ketemu kembali, wajahnya tidak di lupakan.
Suara Adzan Maghrib berkumandang, Membuat sang Kanaya bangkit dari rebahan-nya. Masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah kaki yang gontai, dan malas.
"Enaknya tidur." Kanaya membatinnya.
Selesai dengan ritualnya, Kanaya menjalankan perintah-Nya. Rangkaian selesai Kanaya keluar dari kamarnya, menuju meja makan yang sudah ada anggota keluarga kecuali dirinya.
"Dari semedi dimana, Kak? kok lama banget kita udah nunggu kakak dari tadi lho." Kata Rudi mencebikkan bibirnya.
"Duduk Nay." Titah Ibunya.
Kanaya tidak menimpali perkataan Adiknya, yang ada nanti malah ribut, tidak jadi makan. Sedangkan perutnya sudah meronta-ronta minta di isi ulang.
Keluarga Kanaya makan dengan khidmat, hanya suara dentingan sendok dan suara Kanaya yang ikut menimpali pertanyaan kakaknya Reksa. Sedangkan kedua orang tuanya makan dengan diam, tidak ada kata yang di keluarkan. Begitupun Rudi, makan sangat tenang tidak terpengaruh pembicaraan kedua kakaknya.
Selesai makan, Kanaya membantu ibunya membereskan meja makan, dan membantu mencuci piring. Sedangkan para laki sudah duduk manis, menonton acara bola di televisi. Ketiganya suka olahraga bola, dan ketiganya punya jago masing-masing dalam legenda sepakbola baik di dalam negeri maupun luar negeri.
"Goolllll....." Reksa mengangkat tangannya, karena timnya bisa mencetak satu gol ke dalam gawang lawan.
"Ishhh kakak berisik banget." Tutur Rudi.
"Biarin Wlekk wlek....." Reksa menjulurkan lidahnya, karena timnya unggul satu gol.
Bapak yang melirik kedua Anaknya bergantian, ikut tersenyum simpul. Melihat Reksa masih seperti Adiknya Rudi, padahal usia Reksa lebih tua.
Walaupun Reksa terlihat dewasa di luar rumah, tetapi bila di dalam rumahnya tidak bisa membohongi bahwa Reksa terkadang sifatnya seperti Anak kecil, yang masih membutuhkan Ibunya.
Hasil akhir pertandingan, timnya Reksa yang menang 1-0. Sedangkan Rudi sedikit cemberut karena timnya kalah dari kakaknya.
Pukul 22.00 WIB malam, anggota keluarga sudah memasuki kamarnya. Rudi memilih tidur di ruang tamu sekaligus menjadi ruang keluarga, telivisi masih menyala dengan volumenya sedikit di kecilkan, supaya tidak mengganggu anggota yang lain yang sudah tertidur nyenyak.
Sang waktu berjalan begitu cepat, senja terlewati bergantikan malam, jarum jam berputar pada porosnya, Hari berganti hari, Satu Minggu sudah Kanaya dan keluarga di Jakarta, tinggal satu minggu lagi Kanaya kembali ke Solo untuk memulai sekolahnya.
Begitu banyak sang waktu berpihak kepadanya, seperti pagi-pagi ada tamu di apartemen kakaknya. Laki-laki itu Tama atasannya kakaknya Reksa. Pertama kali melihat atasan kakaknya, membuat Kanaya terpesona dengan bunyi detak jantung yang sangat kencang. Berulang-ulang Kanaya membenahi penampilannya.
"Mau minum apa, Kak?"
"Kopi."
"Tunggu kak, Nay buatkan dulu."
Tama Mendongak kepalanya, untuk melihat wajahnya Adik Reksa. Belum juga Mendongakkan wajahnya, ponselnya Tama bergetar, ada panggilan masuk dari Mamanya Tama.
"Assalamu'alaikum, Ma."
"Walaikumsalam, Nak! lagu di mana, Tam?"
"Di apartemen Reksa, Ma! ada apa, Ma?"
"Nggak pa-pa, Nak! lanjut saja."
"Ya sudah ya Ma! Tama tutup teleponnya."
Klik' klik... Bunyi sambungan telepon terputus, Tama kembali ke ruang tamu, untuk menunggu Reksa bersiap.
Sebenernya tujuan Tama mampir ke apartemen Reksa, untuk bisa bersilaturahmi dengan keluarga-nya Reksa, kebetulan kedua orang tuanya Reksa bersahabat dengan orang tuanya Tama.
Tama celingak-celinguk mencari keberadaan Adiknya Reksa, suara deheman membuat seorang tama sedikit kikuk, dan salah tingkah.
"Ayo Tam, berangkat Aku sudah siap."
"Ayo, Sa!"
Setelah keduanya berpamitan dengan orang tuanya, mereka menuruni lift bersama, dan melangkah kakinya bersama keluar dari lift. Keduanya memasuki mobil mewah, mobilnya Tama yang di kendarai oleh mang Oyeng supir pribadi keluarga Wiratmaja yang di tugaskan untuk menjadi supir pribadinya Tama.
****
Liburan telah usai, waktunya Kanaya dan keluarga kembali ke Solo. Lusa Kanaya dan Rudi sudah masuk sekolah, mereka sudah packing dari pagi, sebenarnya berat meninggalkan Reksa di Jakarta sendiri, tetapi apa mau dikata ada Kanaya dan Rudi masih bersekolah di Solo.
Waktu berlalu sangat cepat, baru kemarin liburan sekolah, Satu bulan lagi sudah semester ganjil, sudah ujian kenaikan kelas. Menghadapi kenaikan kelas tiga, Kanaya sangat giat belajar, Kanaya ingin mengapai cita-citanya untuk kuliah di Jakarta di universitas Negeri Jakarta.
Hari berganti menjadi Minggu, Minggu berganti menjadi bulan. Hari ini terakhirnya Kanaya ujian semester kenaikan kelas, kedua sahabatnya sama semoga nilai-nilai bagus, dan bisa naik kelas.
Satu minggu sudah terlewati, libur semester telah tiba. Kanaya sudah naik kelas tiga SMA, sedangkan Rudi naik kelas tiga SMP. Liburan kali ini Kanaya isi kerumah Neneknya di Yogyakarta, mereka menginap satu minggu si sana.
Reksa berniat pulang ke Solo, membuat keluarga Kanaya mempercepat kepulangannya dari rumah Neneknya. Di dalam kereta Kanaya tidak bisa diam, ada aja tingkah Kanaya yang membuat kedua orang tuanya tidak ada kata tidak untuk tersenyum.
"Kanaya belahan hatinya, detak jantungnya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Kosong
Asli sampe episod ini aku kebanyakan skipnya 🤣
2023-10-08
0
sri nuryati
cerita tamanya sedikit banget... padahal da part 16....
2021-07-26
1
Masiah Firman
gak yambung ya.....kan sdh pernah ketemu di mall , trus ketemu di apartemen tp koq gak advareaksibdr keduanya, dan sdh sampai di episode ini cerita yg panjang lebar tp blm jelas arahnya
2021-06-26
3