Waktu yang berlalu sangat berharga untuk Kanaya lewati, walaupun Kanaya anak perempuan satu-satunya, tidak membuat Kanaya manja atau tidak mandiri.
Dari usia dini Kanaya sudah di ajarkan kedua orang tuanya untuk hidup disiplin, karena kedisplinan itu kunci kesuksesan dan keberhasilan.
Tepat hari ini, hari minggu, hari libur untuk orang yang sekolah maupun bekerja. Hari ini Kanaya manfaatkan waktu untuk bermalas-malasan di dalam kamar, di hari libur begini, Kanaya tidak mempunyai kesibukan yang berarti, karena hari minggu Kanaya dan yang lainnya tidak masuk sekolah.
***
Menurut Ibunya Kanaya, hari minggu baginya seperti hari-hari biasanya, karena setiap hari juga harus masak dan pekerjaan rumah lainnya. Tetapi untuk hari minggu ada kelonggaran sedikit, Ibu Melati tidak harus bangun pagi-pagi sekali, ini lebih santai keduanya bisa berdiam diri, bermesraan dengan suaminya di kamar.
"Buk, lama ya kita nggak seperti ini."
"Iya Pak, Ibu kangen lho sama Bapak."
"Bapak juga kangen, Buk."
Mereka berdua saling berpelukan sangat erat, walaupun sudah mempunyai buntut tiga yang sudah besar-besar, tidak menyurutkan kemesraan keduanya.
"Kangen ini, Buk."
"Apa Pak?"
"Mumpung hari minggu Anak-anak masih di dalam kamarnya, mari kita ulangin malam tadi yuk." Ucap pak Bhakti merayu istrinya, sembari tangannya tidak bisa dia, membelai rambut panjang istrinya.
"Ahh Bapak! kita sudah tua, masih aja suka main bola." Sahut Ibunya yang berusaha menahan tangan suaminya.
"Bapak kangen, nolak suami dosa lho, Buk." Kata Bhakti dengan jurus andalannya, membuat istrinya tidak mampu menolak keinginan suaminya.
Pagi itu, keduanya melewati pagi terpanas untuk dua sejoli yang usianya sudah di katakan tidak mudah lagi, tetapi bagi keduanya usia tua tidak masalah, karena itu merupakan kebutuhan biologis.
Keduanya menikmati permainan bola yang di perankan suami istri, tidak ada nampak kelelahan, yang ada keringat bercucuran membasahi keduanya.
Pak Bhakti begitu bersemangat dalam menendang bola, begitu lihai dalam memacunya ke dalam gawang. Tidak bosan-bosannya keduanya menikmati madu manisnya kemenangan, kemenangan karena gawangnya di masukin bola, bolanya sangat pelan-pelan Pak Bhakti memasukkannya.
Berulang-ulang teriakan keduanya memenuhi kamarnya, banyak jurus, banyak gaya yang di tunjukkan Pak Bhakti kepada istrinya, membuat istrinya klepek-klepek.
Setelah puas dengan hasil kemenangan, keduanya nampak mengatur nafasnya dengan keringat bercucuran membasahi keduanya.
Mereka saling berpelukan, menghujani bertubi-tubi ciuman di seluruh wajah istrinya. Setelahnya keduanya tertidur sangat pulas, tidak memikirkan kedua Anaknya mungkin karena sudah besar dan hari minggu juga.
***
Pukul 08.00 WIB, Kanaya keluar dari kamarnya. Suasana rumahnya begitu sepi, Kanaya celingak-celinguk mencari keberadaan kedua orang tuanya, yang biasanya ibu sudah berkutat di dalam dapur, Bapak menyirami tanaman di depan, tetapi ini kok tidak ada tanda-tanda kehidupan di rumahnya.
"Pada kemana ya?" guman Kanaya.
Kanaya menopangkan dagu sembari bola matanya melirik ke kanan dan kiri, tetapi tidak ada siapapun di di rumah.
"Apa belum pada bangun ya." guman Kanaya
"Tumben-tumben-nya Bapak Ibu-nya belum bangun, seperti bukan kebiasaan-nya." Ucap Kanaya bermonolog dengan dirinya sendiri, tetapi di jawab Kanaya sendiri.
Lama kelamaan merinding, bulu kuduknya Kanaya berdiri, wajah memerah karena rasa takut mendominasi. Akhirnya Kanaya memutuskan kembali ke kamarnya, mengulang kembali bobok cantiknya.
"Hoshhhhh.... hoshhhhh....." Kanaya menutup dirinya dengan selimut, yang membungkus tubuhnya yang menggigil ketakutan.
"Menyeramkan pagi-pagi di rumah sendiri, seperti ada orang yang berjalan." ucap Kanaya dengan selimut di pegang-nya sangat erat, takut selimutnya melorot.
"Zzzzzz...." Kanaya mulai bobok kembali, dengan dahinya yang sedikit mengkerut, dan bobok-nya sedikit tidak nyaman.
***
Sedangkan di kamarnya Rudi, Rudi baru saja selesai mandi, selesai berganti pakaian, selesai pakai minyak wangi. Berulang-ulang Rudi mematutkan dirinya di depan cermin, berkali-kali juga Rudi tersenyum sendiri dengan penampilannya.
Seperti biasanya, hari minggu Rudi nongkrong bareng dengan sahabatnya, terkadang mereka menikmati hari liburnya dengan mancing di sungai yang tidak jauh dari rumah sahabatnya.
Rudi bergegas melenggang melangkahkan kakinya untuk Keluar dari kamarnya, Rudi celingak-celinguk di sudut ruang tamu yang tidak ada siapa-siapa. Seluruh lampu rumahnya sudah di matiin, terus pada kemana ya?
"Ahhh masa bodoh." guman Rudi meninggalkan rumahnya.
***
Kedua suami istri yang sudah tidak muda lagi mulai menggeliat tubuhnya,
sang istri berusaha menyingkirkan tangan suaminya yang memeluknya sangat posesif. Tubuhnya sangat capek sekali, rasanya lelah, lemas enggan untuk bangun.
Suaminya masih hebat permainan bola-nya, tulang-tulangnya sakit seperti remuk redam, tetapi rasanya masih seperti yang dulu. Bila mengingat permainan barusan, membuat pipinya merah merona dan tersenyum geli sendiri.
Selesai membersihkan badannya, Ibu Bhakti keluar dari tempat persembunyiannya, ekor matanya celingak-celinguk mencari kedua Anaknya, tetapi yang ada hanya kesunyian, rumahnya sepi.
Ibu Bhakti berjalan mengendap-endap ke dalam dapur, Ibu akan malu bila Anak-anak tahu, ibunya baru saja bangun tidur, dan habis bermain bola dengan rambutnya yang masih basah.
Pikiran ibunya terpatahkan, karena keduanya tidak terlihat. Sedangkan kamar Rudi sudah terbuka, kamar Kanaya masih tertutup rapat, mungkin juga masih tidur.
Ibu Bhakti memasak menu sarapannya, sekalian makan siang, waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 Wib. Berkutat di dalam dapur adalah pekerjaan-nya, terkadang di bantu Kanaya.
Ibu Bhakti sangat lihai mengolah berbagai macam jenis sayur mayur di olah menjadi makanan yang lezat dan bergizi. kedua Anaknya sangat suka masakan Ibunya, jarang mereka jajan di luar kecuali di rumah sudah tidak ada makanan baru beli di luar.
Selesai memasak dan meletakkan masakan diatas meja, ibu Bhakti memasuki kamarnya untuk membangunkan suaminya.
Ceklek... pintu terbuka menampilkan sosok suaminya yang masih pulas dalam mimpinya, Ibu Bhakti berjalan menghampiri suaminya, berniat untuk membangunkannya malah tubuhnya di tarik tangan suaminya. Keduanya saling menindih, kedua matanya bertemu, menikmati deru nafas keduanya.
"Bapak masih pengen, Buk."
"Pengen makan, Pak! ibu ambilkan ya."
"Bukan."
"Apa?"
"Main bola, Buk."
Ibu Bhakti langsung bangkit dari tindihan suaminya, berusaha untuk bangun dan keluar kamar, bisa-bisa otaknya tidak waras lama-lama berada di kamar.
***
Kanaya terbangun dari tidurnya, dengan mengucek-ngucek kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam kamarnya.
"Ternyata sudah siang."
"Kanaya melupakan sarapan! pantas saja perutnya keroncongan minta diisi."
Setelah mandi, Kanaya keluar kamar menghampiri meja makan yang sudah tersaji beberapa menu makanan. Kanaya mulai makan dengan lahap, nasinya saja sampai belepotan di sudut bibirnya.
"Alhamdulillah kenyang-nya."
Setelah makan dan mencuci piringnya, Kanaya duduk di ruang tamu untuk melihat acara televisi, yang mungkin ada destinasi wisata yang menarik di Solo.
Kanaya sangat fokus memperhatikan layar televisi, padahal sudah ada di sampingnya ada Bapaknya duduk manis di sebelahnya. Sedangkan sang ibu memilih sarapan di meja makan seorang diri, perutnya sudah bernyanyi dengan suara nyaring.
"Rasanya lelah, lemas." guman ibunya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 205 Episodes
Comments
Rima Ummu Abelzhifa
membosankan
2024-01-20
0
Dikii Satria
ini ceritanya apa ya
2021-12-04
2
Ninie Zika
garing thor dan berbelit2 kpn tamanya ktemu sm kanaya nya
2021-12-04
2