"A-apa?! ". teriak layya begitu mendengar kata kata yang terucap di seberang telponnya.
"begitulah layya? tadi pak manager di hubungi oleh asisten Imperial sendiri kalau kerja sama kembali bisa di lanjut, pak kevin juga sudah menerima karna tidak ada alasan juga untuk menolakkan? ".
Layya menggertakkan giginya menggeram kesal.
"tidak ada alasan? alasannya sudah jelas kan, dia memutuskan kontrak seenak jidatnya dan sekarang dia kembali melanjutkan kontraknya, apa tidak ada CEO lain se plin plan dia? ". layya berteriak marah bahkan kedua anaknya yang berada di ruang tengah sedang menonton film animasi kesukaan mereka ikut melihat ke arah dapur di mana layya di sana dengan celemek masak di bagian depan tubuhnya.
"dia? sepertinya kamu sangat kenal lama dengan CEO imperial layya? ". suara bingung nadia jelas terdengar.
"sudahlah, aku akan keperusahaan setelah menyelesaikan ini". layya membalik badan melihat ke makanan anaknya yang belum siap hanya tinggal di taruh ke kompor.
"tapi pak kevin bilang kamu bisa langsung ke perusahaan imperial, untuk men sah kan kontrak awal".
"tunggu, pak kevin tidak mengajukan kontrak baru? hanya kontrak awal?".
"iya? CEO imperial sendiri yang bilang tidak perlu kontrak baru, karna desain masih tetap desain awal mereka pakai".
Layya menggertakkan giginya. licik, pria itu licik.
"layya...? ". panggil nadia yang mendengar layya tidak menyahut lagi.
Layya menarik nafas.
"bukan itu masalahnya nadia...? paling tidak aku bisa ajukan beberapa syarat terutama untuk tidak aku sendiri yang turun tangan untuk memantau, aku bisa memantau sesekali tidak aku yang turun tangan seperti kontrak awal".
"oh untuk itu kamu tenang saja, pak kevin tidak mengizinkan perusahaan dulu menerima projek untukmu sebelum kerja sama dengan imperial selesai".
Layya menyatukan alisnya.
"oh ya? pihak imperial menambahkan dana kerja sama 20% ke perusahaan kita untuk masalah kemarin".
Layya mendengus.
"untuk menyuap? ".
"untuk permintaan maaf mereka dan pak kevin senang,di tambah...mereka mengizinkan perusahaan kita untuk ikut tender hotel swiss imperial layya, 60% kemenangan akan berpihak untuk kita! bukankah ini masalah membawa keuntungan?! ". nadia bersorak riang sedangkan layya semakin tidak mengerti.
'apa maunya pria itu?'. layya menggeram.
'tadinya aku ikut karna aku tertarik ke proyek tersebut dan dengan mereka melihat hasil desain ku mereka akan menerima untuk perusahaan kami ikut tender tapi jika sekarang mereka sudah mengizinkan perusahaan kami ikut tender bahkan sebelum desain ku mereka lihat, bukankah ini seperti penghinaan untukku sebagai seorang desainer...? apa maksud pria itu...?'. layya lagi lagi menggeram.
"nanti aku hubungi lagi, sampaikan salamku untuk semua". ucap layya terlihat buru buru.
"tunggu layya, pak kevin menyuruh mu ke imperial hari ini sebentar untuk mengecek semuanya lalu liburmu tetap berlaku, hanya untuk mengecek".
Layya menggeram.
"permintaan CEO imperial?". geram layya nyaris ingin memecahkan hpnya.
"kok kamu tahu? ".
"aku akan ke sana". klik. layya mematikan hpnya beralih melihat ke kedua anaknya yang sedang asik bermain sambil menonton. ia membalik badan melanjutkan kerjanya yang tertunda. memasak.
💓💓💓
Pukul 10:04
Dengan wajah dingin dan datar sama sekali tidak ada keramahan atau senyuman di sana untuk seseorang bisa menyapanya.
Layya melangkah di lobby imperial dengan tatapan para karyawan karyawan di sana yang tidak asing lagi bagi mereka. apalagi setelah masalah kemarin.
Langkah layya berhenti tepat di meja resepsionis. ia seharusnya bisa langsung naik lift menuju ruangan di mana di mana ruangan yang sedang berada dalam tanggung jawabnya tapi sebelum itu, ia perlu menemui seseorang dulu. seseorang yang membuatnya kembali berada di sini. ia pikir hidupnya akan bebas dan aman dari pria itu tapi nyatanya?.
"selamat pagi bu? ada yang bisa kami bantu?". sapa seorang wanita di sana yang layya ketahui namanya dila.
"dimana ruangan pemilik gedung ini? ". ia tidak perlu minta untuk menghubungi rayyan atau...membuat janji bertemu pria itu.
"ya? "
"baiklah, ruangan CEO kalian di lantai berapa? ".
"euhmmm...maaf bu? tapi...apa sudah ada janji temu bu? masalahnya di sini, kami tidak bisa mengatakan jika tidak ada janji bertemu dengan Pak CEO! kami bisa di pecat, biar saya hubungi sekretaris CEO dulu dan membuat janji bertemu, bisa? ". tanya dila hati hati karna dia tahu siapa yang wanita yang berdiri di depannya desainer yang sedang bekerja sama dengan perusahaan ini tapi tetap saja jika tidak ada janji temu maka tidak bisa bertemu dengan CEO mereka, terkecuali 3 orang, ibu dan ayah CEO lalu...bu reina.
Layya mendesah lelah. ini pertama kali ia yang berinisiatif duluan mau bertemu dengan seorang CEO.
"baiklah katakan aku desainer Zunaira mau bertemu dengan pak Rayyan Zeki adryatama".
Dila tercengang dengan wanita di depannya yang memanggil nama CEO mereka dengan sangat lengkap dan tersirat kekesalan di sana. apa gosip itu benar?.
"oh...baiklah, tunggu sebentar ya bu? ". ucap dila gugup. dia menekan beberapa tombol di sana lalu menunggu untuk panggilannya masuk.
Mata layya menjelah ke sekitar lobby tersebut. tanpa peduli tatapan para karyawan yang lewat di sana atau...sengaja turun dari lantai atas untuk melihatnya, lihat saja di sisi lift yang baru terbuka dan keluar beberapa karyawan menambah kerumunan yang ada hanya untuk melihatnya. apa yang terjadi di sini? apa mereka sudah tahu ia siapa?.
Mata layya tersentak saat melihat seseorang yang dia kenal dan baru keluar dari lift dan sepertinya lift itu beda dengan kedua lift yang lain. ia menoleh melihat dila yang masih menantikan telponnya tersambung.
Layya meraih benda tersebut dari telinga dila mematikan panggilan sambil memasang senyum tipis diwajahnya menatap dila.
"aku rasa tidak perlu lagi, kamu bisa melanjutkan pekerjaan mu, pagi juga dila". senyum layya sebelum berlalu meninggalkan dila yang kebingungan di tambah teman di sampingnya yang melongo.
Suara high heels layya mengalun indah di telinga para pria yang menatapnya penuh pesona bagitu juga dengan aldi yang dari tadi menghentikan langkahnya saat melihat dari kejauhan desainer yang baru dia kenal melangkah ke arahnya.
"pagi pak aldi? ". sapa layya begitu tiba di depan asisten perusahaan tersebut.
"oh...pagi juga bu Zunaira".
Layya tersenyum manis dan tipis.
"kebetulan anda datang dan aku tidak perlu bantuan resepsionis di sini jadi...bisa minta bantuan anda? ".
"bantuan... apa? ".
"aku mau bertemu dengan CEO imperial yang tidak bertanggung jawab sekaligus plin plan itu, bisa anda katakan di mana letak kantornya? oh tentu anda tidak perlu menemani saya ke sana karna kelihatannya anda sedang sangat sibuk". mata layya melihat ke berkas yang ada di dada aldi.
Aldi mengedip ngedipkan matanya, mencerna kata demi kata yang wanita di depannya ucapkan. sedetik kemudian dia mau tertawa tapi...dia berusaha keras untuk menahannya.
"oh itu...ada di lantai 11, ke kiri, jalan lurus akan ada satu pintu besar berdaun dua warna coklat di dalam ada sekretaris rose anda bis..".
"terima kasih pak aldi? silakan lanjut kerja anda lagi". layya melangkah melewati aldi. aldi membalik menatap punggung layya yang melangkah ke lift.
'sepertinya akan seru? haruskah ia tunda kepergian nya dulu? '. aldi menimang.
Cklekc...
Layya membuka pintu tepat yang di katakan aldi.
Melihat pintu yang terbuka rose sontak melihat ke pintu dan seketika membuat matanya melebar.
"euhmmm, CEO di dalam? ". layya tidak tahu harus memanggil apa. dia menutup pintu di belakangnya pelan.
Rose memutar kepalanya menatap ke pintu ruangan atasan mereka. mengikuti arah pandangan wanita yang layya tahu bernama rose. layya tersenyum.
"terima kasih ya? ". ucap layya sambil menyungging senyum ramahnya dan melangkah ke pintu tersebut.
"tapi.. ". belum rose menyelesaikan ucapannya layya sudah dulu membuka pintu tersebut.
Ckleck...
Layya membuka lebar pintu dan yang pertama dia lihat adalah rayyan yang sedang berkutat dengan berkas di depannya di meja kerjanya.
Merasakan seseorang masuk yang tanpa mengetuk pintu dulu. rayyan bisa menebak jika bukan papinya maka maminya namun siapa sangka begitu pandangannya naik menatap ke pintu. wanita...yang beberapa hari ini sukses membuatnya menarik ucapannya sendiri.
Bersandar ke sandaran kursinya menatap wanita di depannya dengan jarak mereka 6 meter lebih karna terhalang meja kerjanya, kursi sofa yang luas dan ruangan yang luas.
"oh...selamat datang desainer Zunaira...atau...desainer Layya Zunaira? ".
"aku selalu bertanya tanya bagaimana ruangan kerja seorang CEO imperial yang terkenal kejam dan dingin itu, tapi siapa sangka? hari ini aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri". layya melangkah perlahan masuk setelah menutup pintu. dia melangkah ke jendela kaca yang tertutup tirai.
"seorang desainer terkenal datang melihat ruangan kerjaku, suatu hal yang sangat menakjubkan, lihat lihatlah, siapa tahu bisa menjadi inspirasi untuk desainmu". sinis rayyan takkalah dari layya.
Layya membalik badan sebentar melihat rayyan sebelum dia membuka tirai dan melihat keluar jendela yang memperlihatkan jalanan kota.
"karna ini kamu karna itu desain ruangan ini ada pada ruanganmu, kesan kejam, dingin dan menyesakkan sama seperti dirimu dan menurutmu...semua manusia sama sepertimu? mereka akan memilih nuansa tenang dan nyaman, ah satu lagi? tidak ada inspirasi yang bisa di ambil dari ruanganmu terkecuali mau membuat rumah hantu". ucap layya sambil melangkah langkah melihat ruangan rayyan.
Rayyan menggeram.
"apa kamu kemari untuk membuatku marah? ". rayyan masih setia menatap layya dari kursi kerjanya.
"senang mendengarnya ". karna kamu duluan yang membuatku harus masuk ke sini lagi.
"jika kamu tidak terima maka kamu bisa ajukan pembatalan kontrak kepada kami".
Layya menghentikan gerakan tangannya yang mau meraih koleksi barang di atas meja nakas.
'ya, itu yang pria itu mau, kenapa aku bisa tidak tahu? dengan begitu dia menang, nama baik perusahaannya baik baik saja namun tidak untuk perusahaannya'.
"ray? apa kamu pernah dengar kata menjilat air liurmu sendiri? ". layya membalik menatap rayyan dengan kedua tangannya terlipat di dadanya.
Tatapan mata rayyan terlihat tajam memicing ke arah layya. ia tahu maksud dari wanita ini.
"aku tidak menyangka kamu bisa menelan ucapanmu sendiri ray? ". layya melangkah langkah santai di ruangan kerja rayyan dengan kepalanya melihat ke dekorasi ruangan rayyan.
Rayyan bersikap santai.
"kamu sudah selesai bicara? ". rayyan beranjak dari kursinya dan berdiri di depan meja kerjanya bersandar di sana dengan kedua tangannya terlipat dan kaki tersilang menatap layya dengan tenang tidak seperti tadi. ia tahu sekarang wanita ini ke sini untuk membuatnya marah lalu ia akan benar benar memutuskan kontrak kerja mereka. tidak akan.
Melihat tatapan rayyan yang tenang, membuat layya mendengus lalu dia tersenyum.
'apa pria ini pikir aku tidak tahu apa maunya? mempermainkanku? ayo kita lihat, siapa yang bertahan, aku akan membuat mu mati geram di perusahaanmu sendiri'. tatapan mata layya menjadi tajam dan penuh emosi.
Layya melangkah ke pintu.
Rayyan menyatukan alisnya melihat hal tersebut.
'apa wanita ini kemari hanya untuk mengatainya? lalu pergi? '.
Sebelum membuka pintu layya menoleh melihat rayyan.
"aku hanya mau mengatakan kalau aku akan mengecek lagi senin nanti, karna beberapa hari ke depan aku libur kerja, paling tidak aku tidak melanggar kontrak bukan?...permisi Tuan CEO ". layya memberikan senyum ramah ke rayyan yang sengaja dia paksakan.
Brakhhh...
Suara bantingan pintu yang sengaja layya lakukan. paling tidak ia bisa melampiaskan ke miliknya.
"sudah selesai bu? ". tanya rose begitu layya berada di ruangan sekretaris rayyan.
"oh ya, maaf mengganggu mu".
"tidak sama sekali". rose sontak mengeleng.
"baiklah saya permisi, lanjut kan kerjamu"
"ibu mau mengecek room meeting? ".
Layya mengangguk.
"oh...selamat bekerja bu Zunaira ". rose tersenyum sumrigah.
"sama sama". jawab layya setelah tertawa kecil. ia pikir ada masalah apa.
"itu bu... ". rose menghentikan langkah layya yang mau membuka pintu.
"ya?! ". tanya layya menoleh melihat rose.
"makan siang di kantin perusahaan ini sangat enak! apa ibu...mau mencobanya? saya akan temenin ibu".
Layya terlihat berpikir sebentar sebelum menjawab.
"bagaimana kalau lain kali saja? hari ini tidak bisa". karna aku sudah ada janji ke tempat lain.
"oh baiklah, saya akan menunggu".
"hm". senyum layya lalu melangkah keluar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Bibit Iriati
Ray mati kutu...
Aldi yg kepo....
2021-04-25
0
Rhanifitriani
wow😍😍
2021-04-19
0
Elise MoeZza
rayyan mati berdiri kalo tau anak itu anaknya
2020-11-04
0